Sabtu, 14 Maret 2020 | 12:58 Wita
Ikhtiar Langit dan Ikhtiar Bumi
■ Oleh: Aslam Katutu, Penulis Buku Membangun Jalan Tol Menuju Surga
HidayatullahMakassar.id — Corona, telah menjadi trending topik saat ini. Tidak bisa dipungkiri epedemi ini menjadi perhatian kita bersama karena menjadi sebuah ancaman yang bisa saja lebih besar dibanding ancaman perang dunia ketiga dengan teknologi nuklirnya yang mengancam kehidupan manusia di muka bumi ini jika itu terjadi.
Banyak polemik yang bertebaran dalam menyikapi kejadian luar biasa ini. Sesuai dengan ekspetasi masing-masing pihak dengan sudut pandang yang berbeda. Semuanya sah-sah saja, sebagai ekpresi bagaimana menyikapi persoalan kehidupan saat ini yang terjadi di akhir zaman ini.
Sampai detik ini, saat membuat tulisan ini. Saya sebagai warga DKI mengamati denyut kehidupan di Jakarta sekarang masih berlangsung seperti biasanya. Masing-masing sibuk menjalani aktifitasnya sehari-hari, dan doa saya semoga tetap terjaga kehidupan seperti ini di Ibukota maupun di kota-kata lain di Nusantara. Tidak seperti di negara lain yang sudah melanda kepanikan yang luar biasa, akhirnya terjadi kehidupan yang tidak normal. Semua lumpuh bak kota mati, kalau seperti ini kita bisa berbuat apa lagi?
Pada Jumat kemarin saya memilih sholat Jumat di masjid sunda Kelapa Menteng, sengaja mencari masjid yang punya halaman luas dan kebetulan saya dapat tempat di bawah pohon rindang dan angin bertiup sepoi-sepoi, di situ saya bisa gelar koran dan sajadah. Dan senagaja tidak memilih sholat di dalam ruangan di atas karpet. Pikiran saya hanya satu, saat ini kita harus mengambil langkah-langkah preventif dan waspada atas penularan virus Corona. Apalagi dalam perjalanan saya sempat mendengar pesan kewaspadaan Gubernur DKI memberi tips waspada menghadapi virus menjelang sholat Jumat 13 April 2020 .
Corona telah tiba, Selamat datang
Yah, tidak ada pilihan dan kita semua tidak bisa berbuat banyak bisa mencegah kedatangannya jika Allah sudah berkehendak. Keyakinan kita sebagai ummat yang beragama, apapun kejadiannya adalah yang terbaik dari Allah untuk kita semua. Pasti ada hikmah dibalik itu. Allah sedang menunjukkan kekuasaannya, menundukkan kesombongan manusia, menegur kemaksiatan manusia, menghentikan kekejian perilaku manusia kepada sesamanya termasuk kepada makhluk lainnya, Makar Allah lebih dahsyat dan manusia tidak ada apa-apanya. Teknologi manusia sehebat apapun, ekonomi sekuat apapun sekejap luluh lantah hanya dengan makhluk kecil berukuran 400-500 mikro. Sebuah kota besar yang modern tiba-tiba dalam waktu singkat berubah menjadi sebuah kota mati , semuanya lumpuh seperti kota hantu.
Haruskah saat ini kita PANIK? Memborong bahan pokok makanan di toko dan swalayan, menumpuk masker, menyiapkan hand strelizer, menyemprot cairan antiseptic kemana-mana? Semuanya tidak salah, yang kurang tepat adalah kepanikannya. Karena bisa jadi kepanikan menjadi barometer kadar keimanan kita, bahkan ada yang lebih ektrem lagi mencap kalau kepanikan itu adalah sikap yang lebih takut kepada Virus Corona daripada kepada takut kepada Allah.
Saya sangat setuju dengan pernyataan Anies Baswedan, yang mengutip pesan Umar Bin Khattab, “menghindari wabah bukanlah lari dari takdir Allah tapi berpindah dari dari satu takdir Allah ke takhir Allah yang lain”.
Virus Corona telah tiba dan tidak bisa kita hindari takdir ini, kita hanya bisa mencoba berpindah dari satu takdir Allah ke takdir Allah yang lain dengan Ikhtiar atau usaha. Adalah Ikhtiar Bumi dan Ikhtiar Langit, istilah yang sering saya gunakan dalam Training Spiritual.
Ikhtiar bumi nya :
Ikuti pesan kewaspadaan dari Rosulullah yang diriwayatkan Abdurrahman bin Auf. “Apabila kamu mendengar wabah berjangkit di suatu negeri, maka janganlah kamu datangi negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, janganlah kamu keluar dari negeri itu karena hendak melarikan diri darinya” (HR. Muslim)
Kita menerjemahkan pesan ini dengan sikap waspada. Melakukan hal-hal apapun untuk menghindari diri, keluarga, kerabat dan siapapun agar tidak terjang oleh virus Corona.
Ikhtiar Bumi bukan karena kawatir tapi sebagai langkah menjalani hak yg telah disematkan oleh Allah ta’ala kepada manusia. Kalau kewaspadaan dianggap kurangnya taqwa, Apakah ada yg taqwanya melebihi Rasulullah?
Hendaknya ikhtiar bumi dilakukan dengan penuh keikhlasan, dilakukan karena semata-mata karena Allah Ta’ala.
Ikhtiar Langit nya :
Meminta perlindungan dari Allah swt dengan meningkatkan ketagwaan kepadaNya. Perbanyak Istigfar, Perbanyak Zikir, melakukan kewajiban ibadah sebaik-baiknya, berbagi kepada sesama dengan berinfak dan bersedekah dan menjauhi segala laranganNya.
Ikhtiar Langit dibarengi dengan sikap Ridho. Berserah diri atas takdir apapun yang bakal Allah tetapkan kepada kita semua.
Jika sudah kita maksimalkan dua ikhtiar ini, lalu Allah memilih kita menjadi bagian dari korban, maka Rasulullah menyampaikan ;
“Kematian karena wabah adalah surga bagi tiap muslim (yang meninggal karenanya)”. (HR Bukhori)
Jakarta, 14 Maret 2020
TERBARU
-
Kadep Perkaderan Hidayatullah Raih Doktor di UIN Makassar. Ungkap Strategi Komunikasi Dakwah Pendiri Hidayatullah
26/11/2024 | 13:38 Wita
-
Transformasi dan Transmisi di Masa Transisi Hidayatullah
24/11/2024 | 07:58 Wita
-
Nilai dan Keutamaan Hidup Muhammad Sebelum jadi Rasul
22/11/2024 | 06:04 Wita