Kamis, 12 Maret 2020 | 10:54 Wita
Urgensi Makanan Halalan Thoyyiba Dibalik Kasus Virus Korona
■ Oleh: Dr. Syamsul Rahman, S.TP, M.Si, Dosen Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Islam Makassar
HidayatullahMakassar.id — “Dan makanlah yang halal lagi baik dari apa yang Allah rezekikan kepadamu (QS Almaidah: 88)”.
Virus korona telah membuat geger warga dunia, termasuk Indonesia. Sebab, selain dapat menyebar dengan sangat cepat, virus ini juga telah menyebabkan kematian pada banyak orang di beberapa negara, utamanya di Tiongkok. Pemerintah Tiongkok mengatakan, virus yang pertama kali muncul di daerah Wuhan ini telah memakan korban ribuan jiwa di beberapa negara di belahan dunia, terutama negara yang jumlah warganya banyak korban meninggal akibat virus korona seperti Tiongkok, Jepang, Italia, Korea Selatan, Iran, Amerika Serikat (AS), Singapura, Malaysia, Thailand hingga Indonesia sudah puluhan orang terpapar oleh virus yang mematikan ini.
Tanpa kita sadari betapa mengerikannya penyebaran virus ini. Bahkan ia dapat mengancam siapapun juga. Hal ini di dasari oleh sistem kehidupan dunia kekinian yang serba bebas (liberal). Bebas melakukan apa saja termasuk urusan makanan. Tanpa melihat dari sisi layak atau tidak, halal ataupun haramnya. Selama bisa memenuhi perut yang kosong semua bisa dimakan.
Korona Berasal dari Hewan Liar
Virus korona berasal dari hewan liar yang dijual di Pasar Makanan Laut Huanan (Huanan Seafood Market) yang terletak di pusat Kota Wuhan. Di pasar ini dijual berbagai jenis makanan unik. Mulai dari anak serigala, rubah hidup, buaya, kelelawar, salamander raksasa, ular, tikus, burung merak, landak, daging unta hingga musang. Berbagai binatang yang dijual di pasar itu merupakan spesies yang terkait dengan pandemi sebelumnya, yakni Server Acute Resporatory Syndrome (SARS). Sehingga muncul dugaan, virus mematikan ini disebarkan oleh sup kelelawar, sebuah makanan populer di Wuhan, Tiongkok.
Hal ini disejalan dengan pendapat Dokter Huda Darusman, yang merupakan Ketua Umum Asosiasi Dokter Hewan Satwa Liar, Aquatik dan Hewan Eksotik Indonesia, bahwa kelelawar berpotensi menyebarkan virus pada manusia. Dia menjelaskan, kelelawar memiliki daya tahan tubuh yang spesifik yang mampu berperan sebagai reservoir atau penyimpan agen penyakit. Sehingga ketika kelelawar dimakan virus itu bisa ditransmisikan ke manusia, meskipun virus sangat mudah dinonaktifkan dengan pemanasan atau bahan tertentu dalam proses pemasakannya. Demikian juga pendapat Joko Pamungkas, Peneliti Pusat Studi Satwa Primata LPPM – IPB, mengatakan bahea potensi penyebaran virus tidak hanya terbatas pada orang yang memakan daging hewan liar, tetapi transmisi virus bisa juga terjadi pada orang yang berburu, menyimpan (pengumpul sementara), atau mengolah sebelum memasak hewan liar tersebut.
Aspek Halalan Thoyyiba Suatu Makanan
Perintah untuk mengonsumsi makanan yang halal dan thoyyib telah dijelaskan dalam dua sumber utama rujukan umat Islam, salah satunya QS. Almaidah: 88. Hal ini bertujuan untuk mengatur segala sendi kehidupan manusia, termasuk di dalamnya mengenai pemenuhan kebutuhan akan makanan. Selain mengenai faktor rasa, gizi, kebersihan dan keamanan suatu makanan, terdapat aspek lain yang tidak kalah penting yaitu status halal dan haramnya makanan. Ayat tersebut juga memperhatikan pada aspek sumber makanan, kebersihan, cara pengolahan, penyajian sampai cara membuang sisa makanan.
Menurut Syukriya dan Faridah (2019) pada dasarnya segala makanan dan minuman yang berada di bumi adalah halal, kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Wilayah keharaman sangat sempit jika dibandingkan dengan wilayah kehalalan. Sehingga ketika tidak ada dalil yang mengharamkan atau menghalalkan maka kembali pada hukum asal yaitu boleh. Namun dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan menjadikan semakin banyak penelitian di bidang pangan, kedokteran, farmasi dan sains. Termasuk mengenai dampak negatifnya makanan yang tidak halal dan thoyyib.
Di balik larangan yang tertera di dalam Al-Qur’an pasti terkandung kebaikan dan manfaat bagi yang menaatinya. Penelitian terkini mengenai makanan dan minuman yang mempengaruhi aktivitas tubuh. Makanan dan minuman haram seperti babi, bangkai, darah, burung yang berkuku tajam, binatang yang menjijikkan, dan minuman keras merupakan makanan dan minuman yang dilarang dikonsumsi oleh seorang muslim. Selain sebagai ujian keimanan, mengonsumsi makanan dan minuman haram juga menimbulkan banyak mudharat bagi tubuh serta kesehatan manusia.■
TERBARU
-
Perubahan
29/11/2024 | 08:04 Wita
-
Kadep Perkaderan Hidayatullah Raih Doktor di UIN Makassar. Ungkap Strategi Komunikasi Dakwah Pendiri Hidayatullah
26/11/2024 | 13:38 Wita
-
Transformasi dan Transmisi di Masa Transisi Hidayatullah
24/11/2024 | 07:58 Wita