Minggu, 8 Maret 2020 | 16:42 Wita
Memetik Hikmah di Balik Virus Corona
■ Oleh: Dr. Ilham Kadir, Kolomnis dan Penulis Novel “Negeriku di Atas Awan”
HidayatullahMakassar.id — Ketika dunia semakin menua, zaman makin canggih, teknologi terus berkembang, ilmuan terus berinovasi, seakan-akan manusia telah menggenggam bumi dan isinya. Puncaknya, ia berkata, Tidak ada satu kekuatan yang mampu menghalangi saya! Persis apa yang dikatakan oleh Fir’uan, Ana rabbukumul A’laa, Akulah tuhanmu yang paling tinggi, (QS. An-Nazi’at: 24).
Para pemimpin atau siapa pun yang berani menentang dan menantang Allah hanya menunggu waktu untuk hancur. Dan yang hancur bukan saja Si Pemimpin congkak itu, melainkan rakyat dan negerinya. Sebab, pemimpin adalah cermin bagi siapa yang dipimpin. Dan, kadangkala seorang penguasa besar dihinakan dengan kematian yang tidak biasa, salah satunya Raja Firaun Ramses V pada 1196 SM dipercaya meninggal karena terserang virus smallpox. Begitulah Allah ketika ingin menampakkan kekuasaan-Nya dengan cara berbeda dari biasanya.
Kata virus berasal dari bahasa Latin vīrus yang berarti ‘racun’ dan cairan berbahaya lainnya. Definisi “agen yang menyebabkan infeksi penyakit” pertama kali digunakan pada tahun 1728, sebelum ditemukannya virus sendiri oleh Dmitri Ivanovsky pada tahun 1892. Terdapat perbedaan pendapat mengenai status virus sebagai makhluk hidup atau sebagai struktur organik yang berinteraksi dengan makhluk hidup, saya sendiri berkeyakinan bahwa virus adalah makhluk ciptaan Allah.
Virus adalah organisme subseluler yang karena ukurannya sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Ukurannya lebih kecil daripada bakteri sehingga virus tidak dapat disaring dengan penyaring bakteri. Virus terkecil berdiameter hanya 20 nm (lebih kecil daripada ribosom), sedangkan virus terbesar sekalipun sukar dilihat dengan mikroskop cahaya.
Demikian halnya dengan virus corona yang sedang panas merebak seantero alam. Para pemimpin kelimpungan mencari solusi agar virus itu tidak menyebar di negaranya, bagi yang sudah terlanjur menyebar mereka berusaha agar korban tidak makin banyak, karena itu berbagai upaya dilakukan. Dalam situasi kacau seperti itu, ada juga pemimpin bahlul yang berusaha menutupi kenyataan bahwa corona telah mengganas di negerinya. Ia takut kalau berkata jujur ekonominya akan melempem dan terpuruk. Walau pada akhirnya ia jujur mengakui kalau corona telah merenggut nyawa rakyatnya, dan tanpa corona pun economi sudah melempem akibat salah kelola.
Virus 2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV) yang lebih dikenal dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui. Infeksi virus ini disebut COVID-19 dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan cepat dan telah menyebar ke wilayah lain di Cina dan ke beberapa negara.
Virus Corona atau 2019 Novel Coronavirus adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan, pneumonia akut, sampai kematian, (alodokter.com, 3/3/2020).
Keyakinan kita selaku umat Islam bahwa virus adalah makhluk ciptaan Allah dan akan hidup, bergerak, dan mati atas izin Maha Kuasa. Karenanya, tidak ada yang kuasa menghentikan dan menjinakkan corona melainkan kuasaNya. Virus corona yang membawa petaka adalah sinyal kuat bahwa Allah Maha Kuasa atas segalanya. Manusia sebagai makhluk ciptaan sangat lemah dan rentang terkena penyakit, selain itu, harus dipahami bahwa Allah tidak akan menurunkan penyakit kecuali ada penangkalnya. Dan tugas ilmuan untuk mencari penangkal, walaupun pada prinsipnya virus corona bisa saja dicegah dan diantisipasi.
Ada indikasi bahwa virus corona berasal dari makanan yang tidak higienis masyarakat Wuhan di Tiongkok sana, misalnya gemar makan anjing, kelelawar, tikus, ular, dan semisalnya yang menakutkan dan menjijikkan bagi kita. Umat Islam, mengharamkan makanan dari hewan yang bertaring seperti di atas, itu semua tidak halal, bahkan tidak hanya itu, kadang makanan halal pun masih disortir untuk menjadi toyyib, itulah dimaksud ‘halalan thoyyeban’.
Dengan memakan makanan halal dan baik-baik (halalan thoyyeban), ditambah dengan berbagai rempah penguat daya tahan tubuh seperti jahe, kunyit, cengkeh, kapulaga, buah pala, daun salam, dan semisalnya, maka daya tangkal tubuh kita terhadap serangan virus jauh lebih kebal secara alamiah. Cara konsumsinya pun mudah saja, cukup dijadikan bumbu masakan. Akan lebih nikmat jika dihidangkan dengan sayur berkhasiat banyak seperti labu dan daun kelor. Namun semua itu harus diiringin dengan kebiasaan hidup sehat, upayakan agar selalu suci dengan air wudhu, bagi wanita suka poles wajah atau make up agar dikurangi dan diganti dengan air wudhu. Rumus dalam dunia medis adalah “al-wiqaayah khaerun minal-‘ilaaj, mencegah lebih baik dari mengobati”.
Jika segala upaya preventif sudah dijalani, maka berdoa dan tawakkal adalah jalan terakhir. Sering-sering membaca, Allahumma inni as’aluka salamatan fid-din wa afiatan fil jasad waziadatan fil-‘ilmi. Ya Allah berilah aku keselamatan dalam agama, kesehatan dalam tubuh dan anugrahkan padaku ilmu pengetahuan. Itulah tiga hal sebagai tonggak kehidupan kita yang sangat terbatas ini. Agama adalah sumber keselamatan, tetapi hanya bisa dijalankan dengan sempurna jika jiwa dan raga ini sehat wal afiat, itu pun tak cukup, sebab setiap amalan tiada guna jika tidak didasari dengan ilmu. Islam adalah agama ilmu, dan tidak boleh berbicara dan berbuat melebihi apa yang kita ketahui, termasuk ketika berbicara tentang virus corona. Wallahu A’lam ■
Enrekang, Jumat 6 Februari 2020.
TERBARU
-
Perubahan
29/11/2024 | 08:04 Wita
-
Kadep Perkaderan Hidayatullah Raih Doktor di UIN Makassar. Ungkap Strategi Komunikasi Dakwah Pendiri Hidayatullah
26/11/2024 | 13:38 Wita
-
Transformasi dan Transmisi di Masa Transisi Hidayatullah
24/11/2024 | 07:58 Wita