Selasa, 25 Februari 2020 | 09:14 Wita
Siapakah Orang Berakal Itu ?
■ Oleh : Dr H Aswar Hasan MS, Dosen Universitas Hasanuddin
HidayatullahMakassar — Akal adalah karunia Tuhan yang terbesar bagi manusia sebagai ciptaan-Nya. Sayangnya, banyak manusia yang hanya berpikir tanpa menggunakan akalnya sebagaimana mestinya. Akibatnya, hasil pemikirannya itu, merusak orang lain, bahkan dirinya sendiri.
Menurut Ibnu Sirin seorang ulama ahli fikih ( 653.M-729.M); “Bahwa orang berakal bukanlah semata yang bisa membedakan antara baik dan buruk. Tetapi, orang berakal adalah yang tatkala melihat kebaikan dia mengikutinya, dan bila melihat keburukan dia menghindarinya.
Ibnu Hibban Abu Hatim ad-Darimi dalam kitabnya tentang Tamannya Orang-orang yang Berakal dan Tamasiahnya orang-orang yang Mempunyai Keutamaan, menjelaskan bahwa akal adalah karunia Allah untuk berpikir dengan tujuan;
Pertama, agar kita bisa mencerna segala permasalahan yang ada. Kedua, untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Ketiga, untuk mencegah kita dari perbuatan yang sifatnya buruk.
Lebih lanjut disebutkan, bahwa seseorang disebut berakal, apabila ia menggunakan pikirannya dengan benar. Saking pentingnya orang berakal itu, sampai-sampai muncul pepatah yang mengatakan, “Lebih baik bermusuhan dengan orang berakal, dari pada berteman dengan orang bodoh.”
Apabila ilmu dan akal disinergikan, akan menjadikan seseorang itu bermamfaat dengan ciri karakter pribadi yang tidak mudah galau karena persoalan material duniawi berupa harta, tahta dan wanita.
Sebab, ia sendiri sudah memiliki kekayaan yang tak ternilai, yaitu kekayaan hati. Di samping itu, orang yang menggunakan akalnya, jauh dari sifat sombong. Sehingga, dia tidak pernah menganggap remeh siapa pun.
Orang berakal juga selalu berpikir lurus dan panjang alias matang dalam melihat setiap persoalan, tidak terpengaruh oleh hawa nafsu berupa syahwat godaan duniawi, serta menjauhkan diri dari hidup bersenang- senang sembari berfoya-foya dalam menikmati dunia yang sifatnya sementara.
Menurut Buya Hamka, ulama dan intelektual yang legendaris dan diakui dunia, mengatakan bahwa seseorang dikatakan berakal jika memiliki ciri sebagai berikut:
Pertama, memiliki pandangan yang luas tentang hal yang negatif atau pun yang positif serta memilih yang baik dan kekal untuk memberi manfaat.
Kedua, selalu mengintropeksi diri. Ketiga, selalu berdialog dengan dirinya sendiri. Misalnya, mencari tahu siapakah dirinya, mengapa ia hadir di dunia dan untuk apa dia hadir di dunia.
Keempat, selalu mengingat akan kekurangannya. Kelima, tidak berduka karena keinginannya belum tercapai
Keenam, dekat dan bersahabat dengan sesamanya orang berakal.
Ketujuh, tidak memandang remeh orang lain. Kedelapan, tidak bersedih atau menyesali sesuatu yang sudah terjadi, karena ia sadar bahwa kesedihan hanya mengaburkan akal.
Kesembilan, hidup dan pengabdiannya adalah demi untuk orang lain dan jauh dari tujuan untuk kepentingan dirinya sendiri.
Demikianlah ciri orang yang berakal. Pertanyaannya kemudian, sudahkah kita termasuk orang- orang yang berakal ? Wallahu a ‘l am bishawwabe.■
TERBARU
-
Transformasi dan Transmisi di Masa Transisi Hidayatullah
24/11/2024 | 07:58 Wita
-
Nilai dan Keutamaan Hidup Muhammad Sebelum jadi Rasul
22/11/2024 | 06:04 Wita
-
Raih Belasan Medali, Atlet Tapak Suci Pesantren Ummul Quro Hidayatullah Tompobulu Terbaik di Kejurnas UINAM Cup
18/11/2024 | 05:42 Wita