Wednesday, 10 September 2025 | 10:01 Wita

Indahnya Bersama Orang Benar: Tuntunan Hidup Penuh Berkah dalam Perspektif Profetik

Editor: Humas Yayasan Al Bayan Hidayatullah Makassar

Oleh : Dr Muh Sholeh Usman, Kadep Pengkaderan DPP Hidayatullah

HidayatullahMakassar.id — Keindahan saat bersama orang yang tepat memang tak terlukiskan. Hubungan yang sehat dan bermakna terasa begitu ringan dan menyenangkan.

Ini bukan hanya tentang cinta romantis, tapi juga tentang persahabatan, keluarga, atau bahkan rekan kerja yang membawa dampak positif dalam hidup kita.

Makna Mendalam dalam Komunikasi Profetik

Dalam Islam, memilih orang yang tepat untuk membersamai hidup kita adalah bagian dari tuntunan agama yang mulia.

Pendekatan komunikasi profetik mengajarkan bahwa setiap hubungan seharusnya dibangun di atas landasan tauhid dan saling menasihati dalam kebaikan, meniru cara Rasulullah SAW berinteraksi.

Kebaikan sebagai Pondasi Hubungan. Allah SWT berfirman, “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah: 71)

Ayat ini tidak hanya menggambarkan hubungan saling menolong, tetapi juga menjadikan keimanan dan ketaatan sebagai pondasi utama.

Hubungan yang benar adalah yang menguatkan iman, saling mendorong untuk berbuat ma’ruf (kebaikan), dan saling mengingatkan saat ada kemungkaran.

Inilah esensi dari ukhuwah (persaudaraan) yang sejati, di mana keberadaan satu sama lain menjadi sumber rahmat dari Allah.

Pengaruh Persahabatan terhadap Diri. Rasulullah SAW bersabda, “Seseorang itu tergantung pada agama temannya. Maka hendaklah salah seorang di antara kalian melihat siapa temannya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Hadits ini adalah cerminan dari prinsip penyadaran diri. Nabi SAW ingin kita sadar bahwa karakter dan agama kita sangat dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan.

Memilih teman sama dengan memilih cermin bagi diri sendiri. Apakah teman kita mencerminkan kebaikan yang kita inginkan?

Peringatan ini adalah ajakan untuk introspeksi dan bijaksana dalam memilih siapa yang kita izinkan masuk dalam lingkaran terdekat kita.

Hikmah di Balik Perumpamaan. Nabi Muhammad SAW memberikan perumpamaan yang sangat indah: “Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi, bisa jadi dia memberimu, atau engkau membeli darinya, atau minimal engkau mendapatkan bau harumnya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) membakar pakaianmu, atau engkau mendapatkan bau yang tidak sedap.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Perumpamaan ini adalah metode komunikasi yang sangat efektif untuk menyampaikan hikmah yang mendalam.

Ia tidak hanya sekadar nasihat, tetapi juga gambaran nyata dari dampak yang dibawa oleh orang-orang di sekitar kita.

Hubungan yang baik akan memberikan keberkahan, keharuman, dan kebahagiaan—bahkan jika hanya sedikit dampaknya.

Sebaliknya, hubungan yang buruk akan membawa dampak negatif, seperti api yang membakar atau bau yang tidak sedap, meskipun kita tidak secara langsung terlibat dalam keburukannya.
Intinya, bersama orang yang benar, hidup terasa lebih lengkap dan bermakna.

Hubungan itu menjadi sumber kekuatan dan kebahagiaan, bukan beban, baik dalam pandangan manusia maupun dalam ajaran agama. Maka, mari kita terus berikhtiar mencari dan menjaga hubungan yang membawa kita semakin dekat kepada Allah dan kebaikan.

***

Narasi ini mengupas tuntas keindahan memiliki hubungan yang sehat dan bermakna, baik dalam konteks sosial maupun spiritual.

Hubungan yang benar—yang ditandai dengan penerimaan, dukungan, pertumbuhan bersama, dan komunikasi jujur—bukan hanya sekadar pelengkap hidup, tetapi juga sumber kekuatan dan kebahagiaan.

Dalam perspektif Islam, memilih orang yang tepat untuk membersamai perjalanan hidup adalah ajaran yang fundamental.

Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Hadits, hubungan yang ideal adalah yang dilandasi oleh iman dan saling menasihati dalam kebaikan.

Teman dan pasangan yang baik akan menjadi penolong di jalan Allah, sementara pertemanan yang buruk dapat menjerumuskan kita.

Melalui pendekatan komunikasi profetik, kita diajarkan untuk memahami bahwa setiap interaksi memiliki dampak yang mendalam, layaknya penjual minyak wangi yang menebarkan keharuman dan pandai besi yang membawa hawa panas.ada akhirnya, bersama orang yang benar, hidup kita menjadi lebih lengkap, bermakna, dan penuh berkah. Ini adalah sebuah ikhtiar mulia untuk membangun hubungan yang tidak hanya bermanfaat di dunia, tetapi juga menjadi jembatan menuju kebahagiaan di akhirat.

Pada akhirnya, bersama orang yang benar, hidup kita menjadi lebih lengkap, bermakna, dan penuh berkah. Ini adalah sebuah ikhtiar mulia untuk membangun hubungan yang tidak hanya bermanfaat di dunia, tetapi juga menjadi jembatan menuju kebahagiaan di akhirat.(*)



SULSEL TODAY