Rabu, 19 Februari 2020 | 06:50 Wita

Cara Praktis Bersama Quran di Keseharian

Editor: Firman
Share

CATATAN TAKLIM, Ust Khaidir Sanusi di Masjid Nurul Jami Blok AA BTP

HidayatullahMakassar — Ramadhan telah dekat. Mengapa dekat, padahal masih 3 bulan lagi. Karena orang-orang shaleh terdahulu telah menyiapkan diri menyambut dan menghadapi Ramadhan sejak 6 bulan sebelum Ramadhan itu tiba.

Seberapa nikmat Ramadhan tahun lalu telah Anda lewat dan jalani akan menjadi penentu seberapa cepat Anda siapkan diri menghadapi Ramadhan yang akan datang.

Seberapa kuat dan spesial hubungan kita dengan Quran maka menentukan seberapa cepat/sering dan persiapan khusus apa yang kita lakukan untuk berhubungan dengan quran.

Ada sesuatu yang sangat spesial, wahyu yang sangat istimewa. Dia adalah surah yang merupakan induk segala surah. Tempat kembali surah apapun, yakni surah Al Fatihah.

Saking spesialnya, nabi mensifati dengan istilah “Quran yang paling afdal (Afsalul quran).

Tidak ada dalam kitab Allah mana pun yang memiliki surah semisal al Fatihah. Malaikat turun langsung menjelaskan kehebatan dan kemuliaannya. Malaikat yang tak pernah turun sebelumnya ke bumi dan melalui pintu yang belum pernah terbuka sebelumnya.

Kisah ini disebutkan dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari Ibnu ‘Abbas.

“Ketika Jibril sedang duduk bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ia mendengar suara gemuruh dari atas, lalu dia melihat ke atas sambil berkata, ‘Itu adalah pintu langit yang terbuka hari ini. Sebelumnya tidak pernah terbuka sama sekalipun’.

Lalu turunlah malaikat darinya. Jibril berkata, “Inilah malaikat yang turun dari langit, ia belum pernah sama sekali turun ke bumi sebelumnya.”

Lalu sang malaikat mengucapkan salam kemudian berkata, “Bergembiralah dengan dua cahaya yang diberikan kepadamu, keduanya belum pernah sama sekali diberikan kepada seorang Nabi sebelum Engkau. Yaitu surat Al-Fatihah dan penutup surat Al-Baqarah. Jika kamu membacanya pasti akan dikabulkan’,” (HR. Muslim).

Juga dalam sebuah hadits qudsi. Dan hadits semakna dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَإِذَا قَالَ: {اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ} قَالَ: هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَل

Apabila hamba-Ku membaca, “Ihdinas-Shirathal mustaqiim….dst. sampai akhir surat.” Allah Ta’ala berfirman, “Ini milik hamba-Ku dan untuk hamba-Ku sesuai yang dia minta.”(HR. Ahmad 7291, Muslim 395 dan yang lainnya)

Bagaimana cara praktis bersama al Fatihah sehingga membuat kita bersama Quran di setiap sendi dan aktivitas kehidupan kita.

Allah berjanji siapa yang bersama quran maka quran akan memberi syafaat. Yang dipastikan syafaat dan rekomendasinya diterima Allah ta alla.

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

        اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِه

“Bacalah al-Qur’an, karena al-Qur’an akan menjadi pemberi syafaat bagi yang membaca dan mengamalkannya pada hari kiamat nanti.” (HR . Muslim)

Al quran juga mahil si akhirat. Sebagaimana pedagang yang mahil yang memaksimalkansegala  usahanya agar dagangannya laku. Yakni bagi yang mengamalkan quran.

Sedangkan mengkhafalkannya semata bukanlah syarat mdraih syafaat quran.

 “Kebanyakan orang munafik di ummat ini adalah para qari quran.” Bukankah satu dari tiga golongan yang pertama merasakan pedihnya neraka yakni pada qari/penghafal quran.

Maka agar al Quran menjadi sahabat terbaik, pelajaran terbesar, dan yang akan mengangkat derajat, siapkan 3 hal. Sebagaimana makna firman-Nya:

إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ

Sesungguhnya pada yang demikian itu (kisah-kisah dalam al-Qur’an) benar-benar terdapat peringatan (pelajaran) bagi 

1.Orang-orang yang mempunyai hati (yang hidup/bersih) 

2.atau yang mengkonsentrasikan pendengarannya,

3.sedang dia menghadirkan (hati)nya [Qâf/50:37]

Hati yang hidup/bersih adalah hati yang siap, hati yang takut akan kebesaran Allah. Hati yang siap dan hadir yakni hati yang meyakini bahwa quran adalah rahmat dan ilmu tertinggi dari Allah ta alla.

Mayoritas dari kita lalai dan tidak hadirkan hati saat baca al Fatihah. Sehingga tidak berdoa di saat (imam) membaca اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

Karena surah al Fatihah ada dua bagian. Untuk Allah sebelum إِيَّاكَ نَعْبُدُ dan untuk hamba setelah وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

Allah berdialog dengan hambanya yang membaca al Fatihah. Sebagaimana diungkapkan pada hadis dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda,

قَالَ اللهُ تَعَالَى: قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} ، قَالَ اللهُ تَعَالَى: حَمِدَنِي عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ: {الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ}، قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ: {مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ}، قَالَ: مَجَّدَنِي عَبْدِي – وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي – فَإِذَا قَالَ: {إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} قَالَ: هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ: {اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ} قَالَ: هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَل

Allah berfirman, “Saya membagi shalat antara diri-Ku dan hamba-Ku menjadi dua. Untuk hamba-Ku apa yang dia minta.

Apabila hamba-Ku membaca, “Alhamdulillahi rabbil ‘alamin.” Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku memuji-Ku.”

Apabila hamba-Ku membaca, “Ar-rahmanir Rahiim.” Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku mengulangi pujian untuk-Ku.”

Apabila hamba-Ku membaca, “Maaliki yaumid diin.” “Hamba-Ku mengagungkan-Ku.” Dalam riwayat lain, Allah berfirman, “Hamba-Ku telah menyerahkan urusannya kepada-Ku.”

Apabila hamba-Ku membaca, “Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’in.” Allah Ta’ala berfirman, “Ini antara diri-Ku dan hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku sesuai apa yang dia minta.”

Apabila hamba-Ku membaca, “Ihdinas-Shirathal mustaqiim….dst. sampai akhir surat.” Allah Ta’ala berfirman, “Ini milik hamba-Ku dan untuk hamba-Ku sesuai yang dia minta.” (HR. Ahmad 7291, Muslim 395 dan yang lainnya)

Bagaimana menghadirkan hati ketika membaca al fatihah yakni dimulai dari mengilmuinya. Bahwa

الْحَمْدُ لِلَّهِ

“Segala puji bagi Allah,

Adalah kalimat pujian seutuhnya tanpa batas karena cinta seorang hamba khusus kepada Allah yang maha berhak untuk disembah pengatur alam semesta. Al bermakna seluruh hamdu yang diketahui ataupun tidak. Itulah mengapa mizan penuh cukup dengan alhamdulillah.

رَبِّ الْعَالَمِينَ

Tuhan semesta alam.

Pencipta penguasa alam semesta. 

Jika dibaca dengan ilmu maka akan timbulkan cinta. Karena lebih baik dari dunia dan isinya.

الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Akan menyatukan cinta menjadi harapan. Kepada yang sangat dicintai dan yang dibesarkan.

Maka jika kita berharap sesuatu maka gunakan al Fatihah di segala tempat dan keadaan. Musibah pun bisa berubah menjadi nikmat. Jika menghadirkan hati saat membaca ayat ini.

مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ

Yang menguasai di Hari Pembalasan.

Kalimat ini kalimat kekuasaan maka melahirkan rasa takut.

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. Kalimat إِيَّاكَ نَعْBerarti Menyerahkan seluruh ibadah kepada Allah dengan cinta dan harap. وَإِيَّاكَ نَسْتَعِي lalu menjadi milik kita berupa pertolongan dan kenikmatan hakiki serta kekal yakni nikmat di atas jalan yg lurus.■ fir