Rabu, 13 Agustus 2025 | 10:03 Wita
Al Bayan, Riak yang menjadi Gelombang

Sejarah Hidayatullah di Makassar (8)
HidayatullahMakassar.id — Kunjungan Ustadz Abdullah Said ke kantor Yayasan Al Bayan bukan sekadar pertemuan biasa.
Ia datang membawa napas masa lalu yang pernah menggetarkan Makassar yakni napas perjuangan melawan judi lotto, napas persaudaraan yang ditempa di jalan dakwah.
Saat ia melangkah masuk ke rumah sederhana itu, seperti ada sesuatu yang pecah di dalam dada para pemuda. Ruangan yang sebelumnya penuh percakapan ringan, mendadak dipenuhi udara yang berat namun hangat, udara yang mengandung tekad.
Sejak langkah Ustadz Abdullah Said menjejak di lantai Kantor Yayasan Al-Bayan, udara di sana seolah menjadi lebih padat, lebih pekat dengan aroma perjuangan.
Pagi itu bukan sekadar pertemuan tokoh sentral dengan para pengurus, melainkan perjumpaan ruh dengan napas.
Cita-cita besar yang selama ini hanya bergema dalam doa sunyi kini menemukan wujudnya, hadir di hadapan mereka yang selama ini berjuang di lorong-lorong tak dikenal sejarah.
Sejak hari itu, dinamika internal Al-Bayan berubah. Rapat malam Jumat di Jl Bawakaraeng 111 bukan lagi sekadar kumpul membahas belanja panti asuhan, tagihan listrik dan harga kertas, tetapi berubah menjadi majelis kaderisasi arah perjuangan.
Obrolan tentang logistik beralih menjadi diskusi tentang kampus peradaban, tentang sistem kaderisasi yang rapi, tentang bagaimana menanamkan nilai-nilai sistematika wahyu dalam kehidupan santri dan masyarakat.
Dan ketika malam larut, qiyamullail di rumah sederhana itu bukan sekadar ibadah ritual, ia menjelma ruang musyawarah spiritual, di mana air mata dan strategi duduk berdampingan.
Para tenaga lapangan yang mayoritasnya mahasiswa dari kampus berbeda, tidak lagi sekadar mengedarkan Majalah Suara Hidayatullah di sela kuliah.
Kini, mereka menyalurkan semangat dakwah dengan tenaga penuh, seakan setiap langkah kaki membawa cahaya.
Kegiatan ekonomi pun makin menggeliat. Madu Al-Bayan, ikon kepercayaan publik omsetnya terus berkembang. Percetakan dengan mesin offset warna yang dijalankan Pak Arifin dan Hasman bekerja siang malam.
Distribusi produk pasta gigi Siwak F dan produk Wardah menjadi pintu dakwah yang manis sekaligus produktif.
Silaturahmi dengan tokoh-tokoh ummat Ujung Pandang semakin intens. Salah satunya dengan Prof. Dr. Abdurrahman Basalamah, sosok yang selalu menyambut mereka dengan senyum bijak.
“Prof, kami sedang merencanakan membuka layanan Jaza Ambulance untuk membantu masyarakat,” ujar salah satu pengurus dengan semangat.
Prof Abdurrahman terkekeh sambil menggeleng, “Kalau ambulans, itu artinya kita berharap banyak orang meninggal. Jangan dulu urus usaha begitu. Cari usaha lain, yang membawa kehidupan, bukan kematian. Sekarang ini yang sedang naik daun itu Wartel. Nah, kenapa tidak coba itu ?”
Mereka tertawa bersama, tapi dalam hati mengangguk. Nasihat itu bukan hanya logis, tapi juga penuh hikmah.
Komunikasi pun terus terjalin dengan Ir Fuad Rumi, yang pernah diamanahi langsung oleh Ustadz Abdullah Said untuk merintis Hidayatullah di Ujung Pandang, serta tokoh-tokoh lain yang punya kepedulian serupa.
Pergerakan Yayasan Al-Bayan Hidayatullah Ujung Pandang kini terasa seperti arus deras yang penuh tenaga.
Peran dalam struktur semakin jelas dan terdistribusi: Ir Abdul Aziz Qahhar sebagai Ketua Yayasan, Drs Tasmin Latif sebagai Sekretaris sekaligus Kepala Panti Asuhan Ashabul Kahfi, dan Drs Muhammad Kaisar sebagai Bendahara merangkap Kepala Departemen Ekonomi.
Sepeda tua dan motor lawas yang dulu hanya dianggap alat, kini menjadi saksi perjuangan. Mereka tak malu menumpang Damri atau berjalan kaki. Yang diusung bukan sekadar tubuh, tetapi amanah.
Setiap malam Jumat, rumah kayu sederhana di Jl Bawakaraeng no 111 itu kembali penuh. Di dalam remang lampu, suara lantunan doa bercampur dengan derit papan tua.
Namun yang paling keras terdengar adalah degup keyakinan mereka bahwa suatu hari nanti, kampus peradaban Islam di Makassar akan benar-benar tegak, mengirimkan cahaya ke seluruh Sulawesi.
Dan di antara deru kipas angin tua, mereka tahu bahwa merekalah assabiqunal awwalun (pengemban awal) dari sebuah cerita yang kelak akan dikenang sebagai awal dari kebangkitan.(Abdul Qadir bin Mahmud)

TERBARU
-
Yayasan Al Bayan-Ponpes Sunan Drajat Jalin Sinergi Kemandirian Ekonomi
16/08/2025 | 06:15 Wita
-
Selamat Jalan Sahabat Aswar Hasan. Pejuang dan Intelektual Islam
15/08/2025 | 07:50 Wita
-
Kontingen Hidayatullah Makassar Siap Meriahkan Jambore Nasional III Balikpapan
13/08/2025 | 15:22 Wita
FOTO

Galeri – Powerfull Ramadhan di Ponpes Al Bayan Bersama Tokoh Muda
17/03/2025 | 07:19 Wita
Galeri – Powerfull Ramadhan Bersama Al Quran, Tarhib Ramadhan Al Bayan
23/02/2025 | 06:20 Wita
Galeri – Visitasi Asesmen Prodi Ekonomi Syariah STAI Al Bayan
09/01/2025 | 20:50 Wita