Kamis, 7 Agustus 2025 | 08:21 Wita
Sejarah Al Bayan (7) – Peluh di Jalan Dakwah

HidayatullahMakassar.com —
Jumlah santri yang terus bertambah bukan hanya mendatangkan kebahagiaan, tetapi juga menambah kesibukan dan tantangan.
Di tengah denyut aktivitas yang semakin padat, kendaraan operasional yang tersedia begitu terbatas. Sepeda motor tua Yamaha V75 milik Pak Amaluddin menjadi andalan utama Panti Asuhan Al-Bayan.
Untuk kebutuhan kantor di Jl Bawakaraeng, motor RX 100 milik Pak Abdul Majid-lah yang setia mengantar. Pak Sundusin turut menopang gerak langkah dengan motor bebek Suzuki FR70-nya.
Suatu hari, datanglah angin kebaikan. H. Arsyad, dengan keikhlasan hati, menghibahkan motor Yamaha RX 50.
Motor itu digunakan Pak Bakri, tak hanya untuk menyampaikan edisi terbaru Majalah Suara Hidayatullah, tetapi juga untuk mengetuk pintu-pintu hati para donatur, memintal asa demi masa depan dakwah dan berjalannya pembinaan santri di Ashabul Kahfi.
Selebihnya? menumpang mobil Damri dengan karcis langganan mahasiswa, sepeda engkol dengan kaki-kaki yang tak kenal lelah mengayuh.
Sisanya anak-anak muda menempuh lorong-lorong dengan berjalan kaki, seperti para pejuang dahulu kala yang menapaki jalan terjal perjuangan dengan tekad baja dan semangat langit.
Setiap malam Jum’at, di rumah sudut jalan Bawakaraeng 111 itu, sekelompok pejuang berkumpul. Bukan untuk membagi sisa tenaga, tetapi untuk menambal harapan yang nyaris koyak oleh tantangan zaman.
Di rumah itu, mereka merumuskan arah langkah Yayasan Al-Bayan yang kian hari makin tumbuh. Tak lupa, mereka akhiri malam dengan qiyamullail, melaporkan segala gerak kepada Tuhan semesta alam sang Maha Pengatur Langit dan Bumi.
Gerak ekonomi pun tak luput dari perhatian. Oplah majalah Suara Hidayatullah diperluas jangkauannya. Warung Gudeg Jogja pak Sumadiano dan Rais Hasan tetap buka, menjadi ladang kecil tapi penuh berkah.
Sementara itu, usaha Madu Al-Bayan di bawah komando Pak Kaisar semakin menggeliat. Rumah Bawakaraeng 111 kini bukan sekadar pos dakwah, ia menjelma menjadi pusat penjualan madu asli yang digemari masyarakat Ujung Pandang.
Di tengah kesibukan itu, kabar bahagia datang bagai angin segar di siang terik. Pertengahan Oktober 2019, rombongan Ustadz Abdullah Said direncanakan singgah di Makassar dalam perjalanannya menuju Surabaya.
Kabar ini menjadi oase bagi para aktivis dakwah yang selama ini hanya mengenal beliau lewat tulisan dan cerita. Banyak dari mereka belum pernah bersua langsung dengan sang murabbi.
Segalanya dipersiapkan dengan cermat. Penjemputan, tempat bermalam, rundown acara, hingga konsumsi semua dirancang dengan penuh hormat.
Dua mobil disiapkan. Mobil pertama, Kijang Super pinjaman dari H. Amiruddin, ayah dari Ustadz Anshar Amiruddin. Mobil kedua, Van Colt hitam milik akhwat Darma, aktivis Mahasiswa Pencinta Mushalla (MPM) Unhas.
Ketika fajar menjelang siang, KM Umsini mulai merapat di pelabuhan Soekarno Hatta. Dua mobil melaju beriringan menuju dermaga. Kijang disopiri adik Ustadz Anshar, sedangkan Van Colt dikendalikan Abdul Qadir.
Rombongan penjemput Ustadz Abdul Aziz Qahhar, Pak Khairil Baits, Pak Tasmin, Pak Sumadiono, Pak Kaisar dan lainnya. Semua tampak berseri-seri menanti kedatangan sang guru.
Agenda padat menanti. Dimulai dari silaturahmi dakwah di Hotel Karuwisi, kemudian pertemuan dengan pemilik Rindu Alam Antang yang menawarkan lokasi untuk pembangunan pesantren.
Lalu, silaturahmi dengan beberapa keluarga hingga malam pun tiba. Malam itu, momen istimewa terjadi di Hotel Ramayana, tempat Ustadz Abdullah Said menginap: pertemuan keluarga besar Al-Bayan dengan sang pendiri Hidayatullah.
Di hadapan para kader muda dan pengurus Al-Bayan yang hadir dengan mata berbinar, Abdullah Said berbicara bukan sekadar sebagai seorang pemimpin organisasi, tapi sebagai bapak dari sebuah cita-cita besar.
Beliau menyampaikan pesan yang bukan saja memberi arah, tapi juga membakar hati. Hidayatullah bukan sekadar lembaga, melainkan jalan hidup dan bahwa yang mereka bangun bukan sekadar yayasan, tapi pondasi peradaban Islam.
Kata-kata itu jatuh seperti bara ke dalam dada mereka.
Sejak malam itu semangat berubah wujud, dari sekadar kesibukan teknis menjadi gairah ideologis.
Ia bicara tentang Hidayatullah sebagai lembaga perjuangan. Ia menekankan pentingnya lebur dalam satu jamaah demi membentuk masyarakat Islam yang kaffah.
Kampus, kata beliau, bukan sekadar wilayah teritorial, tetapi bi’ah yang menumbuhkan ruhul jihad dan nilai-nilai kenabian. Kampus adalah rahim tempat lahirnya generasi pembangun peradaban.
Pagi berikutnya, sebelum meninggalkan Makassar, Ustadz Abdullah Said menyempatkan diri berkunjung ke kantor Yayasan Al-Bayan di Jalan Bawakaraeng 111 yang letaknya tak jauh dari hotel Ramayana, namun kunjungan itu menjelma menjadi tonggak sejarah.
Di sana, beliau menunjuk Ustadz Abdul Aziz Qahhar sebagai Koordinator Wilayah Hidayatullah se-Sulawesi meliputi Sulawesi Utara, Tengah, dan Selatan.
Amanah itu bukan sekadar pengakuan atas eksistensi Al-Bayan sebagai cabang Hidayatullah, melainkan juga pernyataan kepercayaan dan harapan.
Sebuah kepercayaan bahwa Sulawesi bisa menjadi salah satu penyangga utama Hidayatullah Pusat Balikpapan selain Jawa Timur. Dari peluh dan keikhlasan rumah sederhana Bawakaraeng 111, bangunan peradaban itu mulai ditata.
(Abdul Qadir bin Mahmud)
Baca Juga
Hidayatullah – Mereka yang Datang dengan Cinta
https://www.portalamanah.com/persona/33015606965/hidayatullah-mereka-yang-datang-dengan-cinta
Hidayatullah – Denyut yang Mengalir Menjadi Gelombang
https://www.portalamanah.com/persona/33015552446/hidayatullah-denyut-yang-mengalir-menjadi-gelombang
Hidayatullah – Malam yang Mengantar Hijrah; Dari Darul Arqam ke Al-Furqan
Hidayatullah – Ketika Rumah Itu Menjadi Cabang Cahaya
https://www.portalamanah.com/persona/33015479182/hidayatullah-ketika-rumah-itu-menjadi-cabang-cahaya
Hidayatullah – Magnet dari Jl Gunung Bawakaraeng 111
https://www.portalamanah.com/persona/33015466690/hidayatullah-magnet-dari-jl-gunung-bawakaraeng-111
Hidayatullah – Bawakaraeng Triple Satu
https://www.portalamanah.com/persona/33015460373/hidayatullah-bawakaraeng-triple-satu

TERBARU
-
Komunikasi Profetik di Era Digital: Peluang dan Ujian di Persimpangan Takdir
07/08/2025 | 13:37 Wita
-
Sejarah Al Bayan (7) – Peluh di Jalan Dakwah
07/08/2025 | 08:21 Wita
-
Abdullah Said, Langkah Sunyi Dalam Naungan Cahaya Ilahi
01/08/2025 | 09:38 Wita
FOTO

Galeri – Powerfull Ramadhan di Ponpes Al Bayan Bersama Tokoh Muda
17/03/2025 | 07:19 Wita
Galeri – Powerfull Ramadhan Bersama Al Quran, Tarhib Ramadhan Al Bayan
23/02/2025 | 06:20 Wita
Galeri – Visitasi Asesmen Prodi Ekonomi Syariah STAI Al Bayan
09/01/2025 | 20:50 Wita