Kamis, 29 Mei 2025 | 08:11 Wita
Abdullah Said, di Ujung Angka, Kami Melawan Mimpi

HidayatullahMakassar.id — Makassar mulai resah. Bukan hanya karena kemiskinan yang belum jua surut, tapi karena satu penyakit sosial menjelma dalam wajah baru yang bernama lotto.
Perjudian modern ini datang tak mengancam dengan pedang, tapi dengan mimpi-mimpi palsu. Ia merasuk perlahan ke dalam obrolan warung kopi, menjadi bahan tafsir di sudut-sudut gang, bahkan menggema di ruang-ruang keluarga.
Dan celakanya, ia tampil seperti harapan: harapan palsu akan rezeki instan, tentang nasib yang bisa ditebak dari mimpi semalam.
Di tengah badai ini, amar ma’ruf nahi munkar bukan lagi sekadar seruan di kitab-kitab. Ia menjadi nafiri perjuangan, diperdengarkan dari mimbar-mimbar masjid hingga ruang-ruang diskusi.
Para aktivis muda Islam dan muballigh bangkit serentak, hampir di setiap khutbah Jum’at, setiap ceramah, berpusat pada satu tema: bahaya laten lotto.
Di Masjid Nurul Jama’ah, Jalan Lamuru Bontoala, suara Muhsin Kahar bergema lantang di tengah jamaah yang memadati ruang utama.
Dalam khutbahnya yang menggugah, ia berseru:
“Negeri kita hari ini semakin rusak, karena masyarakat telah melupakan kewajiban besar: amar ma’ruf nahi munkar. Ia sama wajibnya dengan shalat, dengan puasa, dengan zakat. Tanpa itu, kemaksiatan melaju tanpa rambu. Yang menjudi berdosa karena perbuatannya, tapi kita pun ikut memikul dosa jika membiarkannya, diam menyaksikan tanpa pernah menegur atau mencegah.”
Namun mereka tahu, suara dari mimbar tak lagi menjangkau semua telinga. Ceramah saja tak cukup, karena lotto bukan sekadar angka yang ditebak akan tetapi ia telah menyatu menjadi budaya, mengalir dalam percakapan warung, bersembunyi di balik mimpi-mimpi rakyat kecil.
Maka Muhsin Kahar, bersama Abdul Jalil Tahir dan Drs Mahyuddin Thaha, menyalakan nyala lain: obor wacana, diskusi hangat yang tumbuh dari hati ke hati.
Di antara aktivis muda Muhammadiyah dan PII, perlawanan terhadap lotto tak hanya digemakan di masjid. Ia merambat ke ruang-ruang sempit pertemuan, menelusup di sela dakwah, dan hadir di sudut warung kopi di mana aroma cemas dan harapan bercampur.
Di sanalah ruh nahi munkar tumbuh bukan dalam sorak, tapi dalam jeda-jeda kata yang membuka mata.
Perlawanan itu sunyi, tapi mendalam. Sebab mereka tahu, mengubah budaya tak cukup dengan menghardik. Ia harus disentuh, diajak bicara, dan diarahkan kembali pada cahaya.
Kegelisahan itu tak lagi berbentuk tanya tapi ia menjelma menjadi luka yang tak berdarah.
Muhsin Kahar dan sahabat-sahabat seperjuangannya, Abdul Jalil Tahir dan Mahyuddin Thaha, kian sering mendatangi para guru mereka; empat sosok yang dihormati dan dijuluki para kader sebagai Imam Empat: Kiai Jabbar Ashiry, Kiai Marzuki Hasan, Dr. S. Majidi, dan Fathul Muin Daeng Maggading.
Di hadapan mereka, para kader duduk dengan dada terbuka, memohon arahan di tengah gelapnya zaman. Para guru menjawab bukan hanya dengan kata, tetapi dengan jiwa.
Mereka meniupkan semangat, menyulam harapan, dan mengingatkan bahwa setiap gelap pasti punya celah cahaya. Namun tetap saja, jalan untuk memberantas perjudian itu terasa licin dan menanjak penuh duri dan kabut.
Yang lebih menyayat adalah kabar yang berembus lirih tapi tajam: bahwa praktik ini bukan sekadar tumbuh karena kelengahan, melainkan mungkin karena pembiaran.
Bahwa para bandar utama adalah orang-orang kaya keturunan Tionghoa, dan kekuasaan kota di bawah Wali Kota Muhammad Daeng Patompo lebih memilih menutup mata.
Diam seolah membiarkan rakyat kecil terperosok dalam jurang ilusi, sementara mimpi-mimpi mereka diperdagangkan di meja judi setiap malam.
Muhsin dan kawan-kawan hanya bisa menggenggam erat satu sama lain. Dalam sunyi, mereka bersumpah: jika tak ada jalan, maka merekalah yang akan membuka jalan itu dengan ilmu, dengan keberanian, dan dengan cinta kepada kebenaran yang tak pernah padam.(bersambung ke seri 30/*)
*) Oleh : Dr Abdul Kadir Mahmud, Ketua STAI Al Bayan

TERBARU
-
Abdullah Said, Api dari Kaemba
31/05/2025 | 06:17 Wita
-
Abdullah Said, di Ujung Angka, Kami Melawan Mimpi
29/05/2025 | 08:11 Wita
-
Ust Aziz : Malas Ikut Halaqah Indikasi Sakitnya Akal dan Hati
26/05/2025 | 07:58 Wita
FOTO

Galeri – Powerfull Ramadhan di Ponpes Al Bayan Bersama Tokoh Muda
17/03/2025 | 07:19 Wita
Galeri – Powerfull Ramadhan Bersama Al Quran, Tarhib Ramadhan Al Bayan
23/02/2025 | 06:20 Wita
Galeri – Visitasi Asesmen Prodi Ekonomi Syariah STAI Al Bayan
09/01/2025 | 20:50 Wita