Selasa, 29 April 2025 | 07:43 Wita

Merajut Empat Pilar Kampus Hidayatullah dengan Benang Komunikasi Profetik: Sebuah Narasi Transformasi Peradaban (1)

Editor: admin
Share

Refleksi Empat Pilar Penting oleh Pemimpin Umum pada Penutupan Rakornas KIKU Timika

Oleh: Dr Shaleh Utsman MIKom, Ketua Departemen Pengkaderan DPP Hidayatullah

OPINI, Hidayatullah Makassar.id — Rapat Koordinasi (Rakor) Kampus Induk Kampus Utama (KIKU) di Timika, Papua, telah menggariskan empat pilar esensial yang bukan sekadar fondasi, melainkan denyut nadi bagi seluruh kampus Hidayatullah.

Keempat pilar itu Aktifitas Ruhiah, Aktifitas Keilmuan, Etika dan Estetika, serta Kepemimpinan dan Manajemen. Pilar-pilar ini adalah representasi konkret dari nilai-nilai luhur Islam yang harus dihayati dan diamalkan dalam setiap aspek kehidupan kampus.

Lebih dari sekadar program kerja, pilar-pilar ini adalah manifestasi dari komunikasi profetik yang agung, sebuah metode penyampaian risalah Ilahi yang kaya akan hikmah, mauizah hasanah, dan mujadalah billati hiya ahsan.

Aktifitas Ruhiah: Membangun Menara Spiritual di Tengah Kehidupan Kampus.

Aktifitas ruhiah di kampus Hidayatullah bukanlah sekadar pemenuhan kewajiban ritual, melainkan sebuah perjalanan spiritual yang berkelanjutan, sebuah dialog intim antara insan akademika dengan Sang Pencipta.

Dalam kerangka komunikasi profetik, aktifitas ini adalah pengejawantahan dari qaulan sadida, perkataan yang lurus dan benar, yang menuntun hati menuju kesadaran transendental.

Ia adalah upaya kolektif untuk membersihkan jiwa, memupuk keikhlasan, dan memperkuat ikatan spiritual yang menjadi sumber utama kekuatan dan inspirasi.

Bayangkanlah, setiap lantunan ayat suci Al-Qur’an yang menggema di masjid kampus, setiap dzikir dan doa yang dipanjatkan dengan khusyuk, setiap kajian keislaman yang membuka cakrawala pemahaman tentang keagungan Allah, adalah gelombang komunikasi vertikal yang menghubungkan bumi dengan langit.

Aktifitas ruhiah yang hidup akan melahirkan ketenangan batin, kejernihan pikiran, dan motivasi ilahiah yang terpancar dalam setiap tindakan dan interaksi di lingkungan kampus.

Ia menjadi perisai yang melindungi dari kegelapan hawa nafsu dan benteng yang kokoh dalam menghadapi tantangan kehidupan.

Komunikasi yang terjalin dalam aktifitas ruhiah adalah komunikasi karimah, sebuah dialog mulia yang penuh dengan penghormatan dan kasih sayang karena didasari oleh cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.

Ia menumbuhkan ukhuwah Islamiyah yang solid, di mana setiap individu merasa terikat oleh tali persaudaraan yang lebih kuat dari sekadar hubungan duniawi.

Dalam suasana ruhiah yang kondusif, perbedaan pandangan tidak menjadi sumber perpecahan, melainkan kekayaan yang memperkaya pemahaman dan mempererat persatuan.

Lebih jauh lagi, aktifitas ruhiah yang terinternalisasi akan melahirkan pemimpin-pemimpin masa depan yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kepekaan spiritual dan integritas moral yang tinggi.

Mereka adalah individu-individu yang mampu mengambil keputusan dengan bijak, bertindak dengan adil, dan mengedepankan kepentingan umat di atas kepentingan pribadi, karena hati mereka senantiasa terhubung dengan sumber kebenaran yang abadi.

Aktifitas Keilmuan: Menyemai Benih Hikmah dengan Tanggung Jawab Ilahi

Aktifitas keilmuan adalah denyut jantung dari institusi pendidikan. Namun, dalam perspektif komunikasi profetik, ilmu pengetahuan tidak hanya dipandang sebagai komoditas yang ditransfer dari dosen kepada mahasiswa, melainkan sebagai amanah Ilahi yang harus digali, dipahami, dan diamalkan dengan penuh tanggung jawab.

Proses belajar-mengajar bertransformasi menjadi arena qaulan baligha, perkataan yang mendalam dan membekas, di mana para pendidik tidak hanya menyampaikan fakta dan teori, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kejujuran intelektual, semangat kritis yang konstruktif, dan inovasi yang berlandaskan pada etika.

Setiap sesi perkuliahan yang inspiratif, setiap diskusi yang mencerahkan, setiap penelitian yang menghasilkan penemuan bermanfaat, dan setiap pengabdian masyarakat yang tulus adalah wujud nyata dari mauizah hasanah, nasihat yang baik dan menyentuh hati, yang membimbing para pencari ilmu untuk tidak hanya meraih gelar dan predikat, tetapi juga untuk mengembangkan kearifan dan kematangan emosional.

Ilmu yang diperoleh di kampus Hidayatullah bukanlah ilmu yang steril dari nilai, melainkan ilmu yang terintegrasi dengan wahyu Ilahi, sehingga menghasilkan lulusan yang tidak hanya kompeten di bidangnya, tetapi juga memiliki kesadaran akan tanggung jawab sosial dan moralnya sebagai hamba Allah dan khalifah di bumi.

Komunikasi dalam aktifitas keilmuan yang berlandaskan komunikasi profetik adalah komunikasi yang membangun jembatan pemahaman yang kokoh antara dosen dan mahasiswa.

Dosen tidak hanya berperan sebagai transmitter ilmu, tetapi juga sebagai mentor dan role model yang menginspirasi dan membimbing.

Mahasiswa tidak hanya menjadi penerima pasif, tetapi juga partisipan aktif dalam proses pembelajaran, yang didorong untuk bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan pemikiran kritis mereka.

Suasana akademik yang kondusif akan melahirkan inovasi-inovasi yang bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan kesejahteraan umat manusia. (Bersambung/*)



BACA JUGA