Kamis, 27 Maret 2025 | 11:24 Wita

Spirit Ramadhan: Menumbuhkan Optimisme dan Daya Saing Positif

Editor: admin
Share

Oleh : Dr Muh Shaleh Utsman MiKom, Kadep Perkaderan DPP Hidayatullah

HidayatullahMakassar.id — Bulan Ramadhan, yang dikenal sebagai syahrul maghfirah atau bulan ampunan, adalah waktu yang dijanjikan Allah SWT untuk pengampunan dosa dan pembebasan dari api neraka.

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT memerintahkan kita untuk bersegera dan berlomba-lomba menuju ampunan-Nya, sebagaimana tercermin dalam surah Ali Imran: 133
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ 

Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.

Kemudian dalam surah alhadid :21, Allah SWT berfirman:
سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ 

Berlomba-lombalah kamu untuk mendapatkan ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya.

Itulah karunia Allah, yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.

Dalam renungan mendalam, dua ayat Al-Qur’an yang menggunakan kata perintah untuk meraih ampunan Allah SWT, menjadi bukti nyata betapa agungnya ampunan dalam Islam.

Allah SWT, dengan penuh kasih sayang, mendorong umat-Nya untuk segera mencari dan berlomba menuju ampunan-Nya.

Ramadhan, bulan yang penuh berkah, adalah bukti nyata dari keluasan ampunan Allah SWT.

Di bulan yang mulia ini, pintu ampunan Allah SWT terbuka lebar, memberikan kesempatan tak terbatas bagi setiap hamba untuk membersihkan diri dari dosa dan meraih ridha-Nya.

Untuk menyambut limpahan ampunan Allah SWT di bulan Ramadhan, setiap Muslim dipanggil untuk mengoptimalkan ibadah puasa dan qiyamul lail, terutama dalam upaya meraih kemuliaan Lailatul Qadar yang lebih baik dari 1000 bulan.

Nabi Muhammad SAW, sebagai teladan utama, juga mengajarkan pentingnya ibadah maliyah, yaitu mengeluarkan harta dalam bentuk zakat dan sedekah.

Zakat, sebagai penyempurna ibadah Ramadhan, dan sedekah, yang paling utama dilakukan di bulan Ramadhan, adalah wujud nyata dari ketaatan dan kecintaan kita kepada Allah SWT.

Dengan mengoptimalkan ibadah-ibadah ini, kita tidak hanya meraih ampunan Allah SWT, tetapi juga memperkuat ikatan spiritual dengan-Nya.

Dalam merenungkan makna mendalam dari kata سَارِعُوا (segeralah) dan سَابِقُوا (berlombalah), kita diajak untuk memahami bahwa ampunan Allah SWT adalah kunci menuju surga, tujuan akhir dari perjalanan spiritual setiap insan.

Ampunan ini bukan sekadar hadiah, melainkan hasil dari respons cepat, semangat, dan optimisme tinggi dalam menjalankan ibadah di bulan yang penuh berkah ini.

Setiap detik di Ramadhan adalah peluang emas untuk meraih ampunan-Nya, dan peluang ini menuntut kita untuk bergerak cepat, tanpa menunda-nunda, dengan keyakinan penuh bahwa Allah SWT akan mengampuni hamba-Nya yang bersungguh-sungguh.

Kedua kata perintah tersebut, سَارِعُوا dan سَابِقُوا, merumuskan kunci sukses meraih ampunan Allah di bulan Ramadhan. سَارِعُوا mengajarkan kita untuk tanggap dan responsif terhadap setiap kebaikan, tanpa membiarkan waktu berlalu sia-sia.

Ramadhan, dengan segala kebaikannya, menuntut kesegeraan dalam beribadah.

Sementara itu, سَابِقُوا mengisyaratkan suasana kompetisi yang penuh optimisme dan semangat, di mana tidak ada ruang untuk kemalasan.

Kita diajak untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, saling mengungguli dalam beribadah, dengan keyakinan bahwa Allah SWT akan melimpahkan ampunan-Nya kepada mereka yang berusaha dengan sungguh-sungguh.

Dua seruan ilahi, سَارِعُوا (bersegeralah) dan سَابِقُوا (berlomba-lombalah), semestinya meresap dalam setiap aktivitas insan beriman dan bertakwa.

Dengan demikian, pasca-Ramadan, akan terpancar pribadi yang fitrah, yaitu individu yang dibalut semangat baru dalam menyikapi segala bentuk kebaikan, baik perintah maupun larangan Allah SWT.

Semuanya dihayati secara proporsional, dilandasi keyakinan teguh bahwa ketaatan dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan akan berujung pada ampunan dan surga-Nya.

Ironi kehidupan seringkali menghadirkan kontradiksi yang nyata. Banyak di antara kita yang lantang mengaku beriman dan bertakwa, namun keseharian mereka justru mencerminkan sikap yang bertolak belakang.

Kelemahan, keluhan, dan penundaan menjadi teman setia, mengaburkan cahaya keimanan yang seharusnya terpancar.

Padahal, Islam, dengan nilai-nilai universalnya yang luhur, menawarkan solusi ideal bagi kompleksitas kehidupan manusia. Sebuah tatanan yang sempurna, menuntut keselarasan antara keyakinan dan tindakan, antara ucapan dan perbuatan.

Dari tadabbur mendalam terhadap dua ayat suci, terungkaplah kunci utama untuk mewujudkan tatanan Islam yang sempurna: bersegera dan berlomba dalam kebaikan.

Dua prinsip ini bukan sekadar anjuran, melainkan ruh yang harus menghidupi setiap gerak dan langkah seorang Muslim.

Bersegera, menunjukkan responsifitas terhadap panggilan Ilahi, tanpa ragu dan tanpa menunda. Berlomba, mengisyaratkan semangat kompetisi dalam kebaikan, saling mengungguli dalam ketaatan, dengan tujuan akhir meraih ampunan dan surga-Nya.

Ramadhan, sebagai madrasah spiritual, adalah momentum tepat untuk melatih diri dalam mengamalkan kedua prinsip ini.

Semoga Ramadhan kali ini, dengan segala limpahan berkahnya, mampu mentransformasi kita menjadi individu-individu yang berkarakter kuat, penuh semangat, dan optimisme.

Pribadi-pribadi yang tidak lagi menunda-nunda kebaikan, melainkan bersegera dan berlomba dalam meraih ridha Allah SWT. Dengan demikian, kita tidak hanya menjadi saksi bisu keindahan Islam, tetapi juga agen perubahan yang aktif mewujudkan tatanan Islam yang sempurna di tengah-tengah kehidupan manusia. Wallahu a’lam.(*) 



BACA JUGA