Kamis, 20 Februari 2025 | 12:13 Wita

Ibadah Ramadhan: Antara Iman dan Ihtisab

Editor: admin
Share

Oleh : Dr Abdul Qadir Mahmud MPdI, Ketua STAI Al Bayan Hidayatullah Makassar

HidayatullahMakassar.id — Setiap kali Ramadhan tiba, ada dua perkara penting yang selalu dibahas dan diingatkan kembali oleh guru-guru atau asatidzah kita yakni: iman dan ihtisab.

Dua hal ini bukan sekadar teori, tetapi menjadi kunci utama agar ibadah seorang hamba di bulan suci ini benar-benar bermakna dan diterima di sisi Allah.

Hal ini didasarkan dari hadits-hadits Rasulullah dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu terkait dengan ibadah Ramadhan;

Pertama; Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang puasa. Beliau bersabda;
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
”Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Kedua; Hadits Rasulullah tentang Qiyam Ramadhan (tarawih) dimana beliau bersabda;
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ketiga; Hadits menghidupkan lailatul qadar dengan shalat malam. Rasulullah bersabda;
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari).

Iman dan Ihtisab merupakan sebab terampuninya dosa (maksudnya dosa kecil yang tidak membutuhkan taubat) seorang hamba dijelaskan oleh Al-Hafiz Ibnu Hajar al-Asqalani dimana beliau berkata;

إيمانا :الاعتقاد بفرضية صوم رمضان، واحتساباً: هو طلب الأجر ورجاء الثواب من الله تعالى

“Yang dimaksud dengan iman, adalah “Iman terhadap kewajiban puasa Ramadhan, sedangkan Ihtisab adalah mencari pahala dan mengharap pahala dari Tuhan Yang Maha Esa.

Semantara al-Imam an-Nawawi menjelaskan , bahwa;

“إيماناً: تصديقاً بأنه حق مقتصد فضيلته، واحتساباً: أنه يريد الله تعالى، لا يقصد رؤية الناس ولا غير ذلك مما يخالف الإخلاص”
“Iman adalah meyakini kebenarannya, dan segala keutamaannya, dan Ihtisab adalah bahwa ia hanya menginginkan balasan dari Allah dan tidak membutuhkan pandangan manusia atau hal lain yang bertentangan dengan keikhlasan.”

Dari berbagai penjelasan para ulama, tergambar bahwa iman dan ihtisab merupakan keyakinan dan tekad yang kuat dalam beribadah.

Seseorang yang melakukan amalan atau ibadah dengan iman dan ihtisab, maka ia akan menjalankan ibadah tersebut seperti puasa, qiyam Ramadhan, serta ibadah lainnya dengan penuh kesungguhan dan harapan akan pahala dari Allah.

Ia melaksanakannya dengan kelapangan jiwa, tanpa merasa terbebani, serta tanpa rasa jenuh dalam menjalankannya dari hari ke hari.

Dan yang paling penting adalah bahwa puasa dan qiyam serta ibadah Ramadhan yang dilandasi iman dan ikhlas itulah yang menuai balasan pengampunan dosa yang telah lalu.

Sebaliknya jika seseorang beribadah tanpa landasan iman, seperti yang dilakukan oleh orang-orang munafik, atau melakukannya karena riya’ (ingin dipuji) dan sum’ah (ingin didengar amalannya), maka yang ia peroleh hanyalah kelelahan tanpa nilai di sisi Allah.

Hadits yang dinukilkan di atas menunjukkan bahwa jika seseorang mendasari ibadahnya di bulan Ramdhan karena dasar iman, mengharap pahala dan ridha dari Allah, maka hatinya akan semakin tenang, lapang dan bahagia.

Ia pun akan bersyukur atas nikmat puasa dan qiyam Ramadhan yang ia dapati tahun ini. Hatinya tentu tidak merasa berat dan susah ketika menjalani ibadah tersebut, sehingga ia akan terlihat berhati ceria dalam menjalankan hari-harinya selama Ramadhan.(*)



BACA JUGA