Rabu, 5 Februari 2025 | 18:11 Wita
Abdullah Said The Man of Action, Makassar yang Berbeda
SOSOK, HidayatullahMakassar.id — Hidup di Makassar membawa banyak pengalaman baru bagi Muhsin. Berbeda dengan kampungnya yang damai dan penuh kesederhanaan, kota ini penuh dengan hiruk-pikuk.
Ada begitu banyak hal yang tidak pernah ia lihat sebelumnya—gedung-gedung tinggi, kendaraan yang berlalu lalang tanpa henti, serta pasar yang selalu ramai dengan aktivitas jual beli.
Namun, ada satu hal yang paling membuatnya terkejut: kehidupan malam yang penuh kebisingan dan kekacauan.
Di beberapa sudut kota, terdapat tempat-tempat yang dikenal sebagai lontang. Lontang merupakan bar tradisional Bugis-Makassar, tempat orang-orang berkumpul untuk menikmati ballo’, tuak pahit khas Makassar.
Mereka duduk bersama, menenggak ballo’ sambil menyantap makanan pengiring yang cocok dengan ballo seperti baluta’, ikan, ayam, atau bebek yang sudah dibakar.
Namun, tak jarang suasana yang awalnya santai berubah menjadi riuh dan tak terkendali.
Muhsin sering menyaksikan perkelahian antara kelompok anak muda yang dipicu hal-hal sepele—karena ejekan, kesalahpahaman, bahkan hanya karena masalah perempuan.
Bentrokan itu kadang berujung pada pertumpahan darah. Semua ini membuat Muhsin terkejut.
Di kampung halamannya, pemandangan seperti ini tak pernah ada. Kehidupan di desa lebih tertata, lebih damai.
Setiap orang mengenal satu sama lain, dan ada nilai-nilai adat yang dipegang teguh oleh masyarakat. Tapi di kota, semua tampak berbeda.
Namun, meskipun melihat banyak hal yang bertentangan dengan nilai-nilai yang diajarkan kepadanya, Muhsin tidak goyah.
Ia selalu mengingat pesan ayahnya “Di mana pun kau berada, tetaplah berpegang pada ajaran agama. Dunia ini penuh godaan, tapi kau harus tetap berada di jalan yang benar.”
Muhsin menyadari bahwa Makassar bukan hanya tempat yang menawarkan harapan, tetapi juga ujian bagi siapa saja yang datang.
Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak terpengaruh oleh kebiasaan buruk di kota ini.
Ia tidak ingin sekadar bertahan di kota besar.
Ia ingin menjadi seseorang yang bisa mengubah nasibnya—dan suatu hari nanti, kembali ke kampung halamannya sebagai seseorang yang telah berhasil.
Dengan tekad itu, Muhsin mulai melangkah menjalani kehidupan barunya di Makassar. Sebuah dunia baru, penuh tantangan, tetapi juga penuh harapan.(bersambung ke seri 8)
TERBARU
-
Abdullah Said The Man of Action, Makassar yang Berbeda
05/02/2025 | 18:11 Wita
-
Abdullah Said The Man of Action, Cahaya di Malimongan Baru
03/02/2025 | 07:56 Wita
-
Raker STAI Al Bayan 2025, Gagas Kemandirian
03/02/2025 | 07:43 Wita