Jumat, 31 Januari 2025 | 15:13 Wita

Abdullah Said The Man of Action, Dunia Baru

Editor: admin
Share

SOSOK, HidayatullahMakassar.id — Memasuki usia 7 tahun Muhsin Kahar memamasuki dunia baru yakni dunia pendidikan di sebuah sekolah sederhana yang akrab disebut Sekolah Rakyat, tempat awal mula ia mengenal dunia ilmu pengetahuan.

Gedung sekolah itu kecil, dengan dinding kayu yang mulai memudar dan atap yang juga mulai berlubang di sana-sini.

Namun, bagi Muhsin kecil, tempat itu adalah dunia baru yang penuh keajaiban.

Setiap pagi, Muhsin dengan semangat menapaki jalanan tanah berbatu yang bercampur dengan lumpur menuju sekolah.

Papan tulis kecil tergantung di bahunya dengan tali yang mulai usang, dan kapur putih selalu terselip di sakunya.

Bersama teman-temannya, ia belajar di bangku kayu panjang yang sudah mulai lapuk, mengukir huruf dan angka dengan penuh semangat.

Meski fasilitas serba terbatas, Muhsin merasa bahagia. Guru-gurunya adalah sosok penuh dedikasi, yang dengan segala keterbatasan tetap menyampaikan ilmu dengan cara sederhana namun bermakna.

Pelajaran favorit Muhsin adalah mata pelajaran agama dan sejarah perjuangan bangsa. Dalam setiap cerita yang ia dengar, ia membayangkan dirinya menjadi bagian dari perubahan besar di masa depan.

Hijrah yang Tak Terelakkan

Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Pada tahun 1954, ketika Muhsin baru duduk di kelas III, kabar mengejutkan datang.

Keputusan berat harus diambil, keluarga Muhsin terpaksa harus meninggalkan Lamatti Rilau, desa yang telah menjadi tempat Muhsin belajar tentang kehidupan.

Kiai Abdul Kahar Syuaib harus membawa keluarganya untuk hijrah ke Makassar. Alasannya bukan karena tugas baru sang kiai, akan tetapi karena situasi yang semakin mencekam di Sinjai.

Kejadian tragis mengguncang ketenangan desa ketika seorang anggota polisi ditemukan tewas.
Kiai Abdul Kahar Syuaib memutuskan membawa keluarganya hijrah ke Makassar karena situasi di Sinjai saat itu semakin mencekam.

Ketegangan memuncak setelah seorang anggota polisi ditemukan tewas, dan Zubair Kahar, saudara kandung Muhsin, dituduh sebagai pelakunya.

Tekanan dan ketidaknyamanan yang dirasakan keluarga membuat sang ayah, yang biasanya tenang, memilih hijrah meninggalkan kampung demi menyelamatkan tekanan psikologis keluarganya.

Hijrah ke Makassar

Keputusan untuk hijrah akhirnya diambil, meski berat meninggalkan kampung tercinta. Hari terakhir Muhsin di sekolah penuh dengan keharuan.

Di halaman sekolah, teman-temannya berkumpul, mencoba menyembunyikan kesedihan di balik senyum.
“Aku akan merindukan kalian,” ujar Muhsin, suaranya bergetar menahan tangis.

“Kau pasti kembali suatu hari nanti,” sahut seorang temannya, mencoba menguatkan hati.
Namun, Muhsin tahu bahwa perpisahan ini adalah babak baru dalam hidupnya.

Ia harus meninggalkan guru-guru yang ia hormati, teman-teman yang sudah seperti saudara, dan kenangan manis yang melekat di desa kecil itu.

Meski berat meninggalkan Lamatti Rilau, Muhsin menyadari bahwa ini adalah langkah yang harus ia jalani.

Ayahnya Kiai Kahar, dengan bijak, sering berkata, “Hidup adalah perjalanan, Nak. engkau harus siap belajar dari setiap tempat yang kau singgahi.”

Dalam perjalanan menuju Makassar, perasaan Muhsin bercampur aduk. Di satu sisi, ia sedih harus berpisah dengan teman-teman, guru-guru, dan segala kenangan masa kecilnya.

Namun di sisi lain, ia juga penasaran dengan kehidupan di kota yang selama ini hanya ia dengar dari cerita.

Jalan-jalan berbatu bercampur lumpur serta hutan lebat Desa Lamatti perlahan berganti dengan pemandangan kota yang lebih ramai dan modern.

Bangunan tinggi, keramaian pasar, serta kendaraan yang berlalu-lalang adalah sesuatu yang baru bagi Muhsin.

Ia menyadari, dunia yang akan ia tempati ini jauh berbeda dari desanya yang sederhana.

Bagi Muhsin, hijrah ini bukanlah akhir, melainkan awal baru untuk tumbuh dan belajar. Kenangan tentang kampung halamannya tetap menggurat dalam hati, menjadi bekal semangat yang ia bawa ke dalam babak kehidupan yang lebih besar.(Bersambung ke seri 05/*)

*) Oleh : DR Abdul Qadir Mahmud MA, Ketua STAI Al Bayan Hidayatullah Makassar



BACA JUGA