Senin, 27 Januari 2025 | 04:01 Wita

Abdullah Said The Man of Action, Kehidupan Kampung Menggurat Hati

Editor: admin
Share

HidayatullahMakassar.id
Panreng, kampung dengan segala kesederhanaannya, menyimpan kenangan yang tak akan pernah pudar dalam benak Muhsin Kahar.

Setiap sudut kampung, setiap aroma makanan yang menggoda, dan setiap suara alam di pagi hari adalah bagian dari hidup yang ia syukuri.

Hari-hari Muhsin diwarnai oleh kenikmatan yang hanya bisa ditemukan di kampungnya. Salah satu yang paling melekat adalah manis dan lezatnya pao apang, mangga yang rasanya begitu segar hingga ia selalu menghabiskan beberapa buah dalam sekali duduk.

Namun, bukan hanya mangga yang menjadi favoritnya. Penjang, sejenis ikan teri halus berwarna putih yang hanya muncul sekali dalam setahun, juga menjadi primadona.

Di malam-malam tertentu, saat bulan purnama menggantung di atas desa, ibu Muhsin sering memanggang penjang dengan daun pisang. Bau harum dari ikan yang dibalut garam, cuka, jeruk nipis, dan lombok memenuhi seisi rumah.

Keluarga kecil itu duduk melingkar di lantai rumah panggung mereka, menikmati hidangan sederhana tetapi penuh cita rasa. Ia juga selalu menantikan ibunya menghidangkan ikan teri basah yang direbus dengan asam dan dicampur biji jampu sereng (jambu monyet) muda.

Rasa asam dan gurih itu sulit ia lupakan, menjadi kenangan yang selalu membawanya pulang ke kampung meskipun ia berada jauh nanti.

“Lihat, Muhsin. Ini makanan orang kampung,” kata ayahnya suatu malam sambil menyuapkan ikan penjang ke mulut.

“Sederhana, tapi dari sini engkau belajar menghargai apa yang Allah berikan.”
Kebersamaan yang Tak Tergantikan
Di rumah sederhana keluarga Abdul Kahar Syuaib, kebersamaan adalah hal yang paling berharga.

Rumah itu selalu dipenuhi gelak tawa, percakapan hangat, dan suara-suara kecil dari anak-anak yang sedang bermain.

Dari pernikahan ayahnya dengan tiga perempuan yang tidak pernah dimadu, keluarga besar itu tumbuh dalam suasana cinta dan kebersamaan.

Muhsin Kahar, yang lahir dari istri terakhir, Puang Ica, memiliki tiga saudara kandung: Junaid Kahar (Puang Juna), Lukmanul Hakim Kahar (Puang Luke), dan As’ad Kahar (Puang Sade).

Mereka adalah empat serangkai yang tak terpisahkan. Setiap hari, keempatnya bermain bersama, berlari-lari di halaman rumah, atau menjelajahi kebun milik kakek dari ibu mereka Adam Dg Pasanre yang akrab oleh mereka panggil Puang Emme.

Selain saudara kandungnya, Muhsin juga tumbuh bersama saudara-saudaranya dari pernikahan ayahnya sebelumnya.

Ada Zubair Kahar (Puang Bere), Juchafah Kahar (Puang Efah), dan saudari-saudari mereka yang penuh kasih, seperti Radhiyah Kahar (Puang Radi), Maryam Kahar (Puang Mari’), Hamdanah Kahar (Puang Ndah), dan Sirri Zulaiha Kahar (Puang Iti).

Dari istri pertama ayahnya, ia memiliki seorang kakak lelaki, Muhammad Djamil Kahar (Puang Milu), yang sering bertindak seperti pemimpin kecil bagi mereka semua.(Bersambung ke seri 04/*)



BACA JUGA