Selasa, 3 Desember 2024 | 17:22 Wita

Saatnya Hidayatullah Alih Generasi

Editor: admin
Share

HidayatullahMakassar.id — Taujih Pemimpin Umum Hidayatullah, ustadz Abdurrahman Muhammad, pada penutupan Rakernas Hidayatullah di Bandung, Senin, 2 Desember 2024

***

Dalam perjuangan ini, alih generasi adalah sebuah keniscayaan, setelah 50 tahun perjalanannya Hidayatullah harus terus menyiapkan generasi pelanjut, karena mau tidak mau generasi pertama akan berakhir masanya.

Kami para generasi awal telah meletakkan dasar-dasar perjuangan pada aspek ruhiyah, ilmu dan adab. Dalam grand design Hidayatullah, telah dirumuskan tahapan bahwa tahapan 10 tahun pertama adalah konsolidasi, yang substansinya adalah transmisi dan transformasi tiga hal yang prinsip di atas.

Dalam perjalanan menuju 50 tahun kesua, berarti ada lima tahapan yang akan dilalui. Sebenarnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam melakukan konsolidasi setelah tiba di Madinah hanya satu tahun saja, masyaAllah, karena tahun kedua terjadi perang Badar, saat itu Islam sudah berkuasa di Madinah.

Dalam rentang 10 tahun ke depan, perjalanan Hidayatullah akan menitikberatkan pada pembangunan aspek spiritual, moral, keilmuan dan upaya membangun organisasi dan eksistensi Hidayatullah. Nawaitu dari semuanya karena kita semata-semata ingin berjuang dengan benar di organisasi ini.

‘Lebur dalam perjuangan’ adalah Istilah yang sering digunakan oleh pendiri Hidayatullah, ustadz Abdullah Said rahimahullahu Ta’ala dulu yang bisa dimaknai istiqamah dan ikhlas dalam berkorban seperti berkorbannya putra nabiullah Adam alaihissalam yang pertama, yaitu Qabil.

Puncak dari pengorbanan dan perjalanan spiritual adalah taqwa, karena setelah kata taqwa di dalam surah At Talaq, Allah Ta’ala mengulang-ulang kata ‘makhraja’ (jalan keluar atau solusi), dan itulah harapan yang senantiasa kita munajatkan dalam doa yang terdapat di dalam al Quran.

Allah Ta’ala berfirman:

وَا لَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَـنَا مِنْ اَزْوَا جِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّا جْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَا مًا

“Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan 25: Ayat 74)

Inilah substansi alih generasi selama sepuluh tahun ke depan, bagaimana generasi itu hadir dengan kekuatan ruhiyah, ilmu, adab dan fisik.

Alhamdulillah hari ini kita menggelar rakernas yang bermakna rapat untuk bekerja, sesuai perintah Allah Ta’ala, “Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka,” (QS. Asy-Syura 42: Ayat 38).

Rakernas adalah forum musyawarah untuk mengadu fikrah atau pemikiran-pemikiran cemerlang dengan tetap menjaga adab. Pekerjaan kita ini akan menjadi satu ukuran yang menentukan derajat kita di hadapan Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman:

وَلِكُلٍّ دَرَجٰتٌ مِّمَّا عَمِلُوْا ۚ وَلِيُوَفِّيَهُمْ اَعْمَا لَهُمْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ

“Dan setiap orang memperoleh tingkatan sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan, dan agar Allah mencukupkan balasan perbuatan mereka, dan mereka tidak dirugikan.” (QS. Al-Ahqaf 46: Ayat 19)

Amanah atau tugas yang diberikan adalah media untuk membuktikan kekuatan ruh, ilmu dan adab. Hidupnya ruh dan wahyu di dalam diri kita ditandai dengan adanya gerakan (dinamis). Tentu saja gerakan yang ‘kaannahum bun-yaanum marshuuss’ (mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh-QS As Saff 61 ayat 4).

Allah Ta’ala mengatakan dalam surah At Taubah ayat 105, “Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”

Amanah yang kita emban di organisasi ini pertanggungjawabannya kepada Allah Ta’ala, Rasul-Nya dan kaum mukminin, di dalam ayat di atas disebutkan, Allah Ta’ala, Rasul-Nya dan orang-orang beriman akan melihat pekerjaan kita.

Orang-orang beriman akan menilai gerak langkah Hidayatullah, apa yang dilakukan dan dihasilkan serta apa manfaatnya Hidayatullah. Penilaian itu bisa dari internal dan dari eksternal, dengan melakukan penilaian sendiri terhadap apa yang kita kerjakan.

Karena itu Allah Ta’ala mengingatkan di dalam surah Al Anfal:

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfal 8: Ayat 27).

Hidayatullah sebagai lembaga perjuangan merupakan amanat dari Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, perjuangan ini adalah mata rantai perjuangan para Rasul. Masya Allah, sungguh suatu kemuliaan bahwa Allah Ta’ala memberikan amanah perjuangan ini.

Tetapi ini juga sesuatu yang berat karena kita harus menjaga amanah ini dengan senatiasa istiqamah dalam perjuangan ini. Ibnu Abbas radhiallahu anhu, mengatakan, paling berat dalam berIslam itu adalah istiqamah.

Sebagaimana Allah Ta’ala firmankan di dalam surah Hud ayat 112, “Maka, tetaplah (di jalan yang benar), sebagaimana engkau (Nabi Muhammad) telah diperintahkan. Begitu pula orang yang bertobat bersamamu. Janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”.

Dalam perjuangan ini infrastruktur sangat penting karena merupakan wasilah untuk menjaga ke-istiqamahan. Juga melakukan peng-organisasian yang baik, dengan langkah-langkah yang bersifat konseptual (berdasarkan konsep yang sudah dibuat).

Maka dibuatlah yang namanya halaqah dan majelis untuk menjaga perjalanan ini dan mempertajam keimanan, keIslaman, idealisme. Semua harus diikat dari struktur jamaah yang paling kecil yaitu halaqah.

Alhamdulillah, semoga rapat kerja nasional ini dapat membangun tiga kekuatan di dalam organisasi yaitu spiritual, adab dan fikrah. Yang tidak kalah pentingnya juga senantiasa menyatukan langkah dalam perjuangan ini.

Setelah Allah Ta’ala menyatakan pemberian amanah kepada ummatnya, Allah Ta’ala mengatakan dalam surah An-Nisa ayat 59, “Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya)”

Semuanya dibalut dalam kesatuan visi, organisasi dan manajemen yang baik. Kita menyadari tugas yang sangat berat dan sangat prinsip adalah melahirkan tenaga-tenaga yang profetik dan profesional untuk menangani amanah-amanah ini, karena itu kita harus selalu memanjatkan doa dan menyatukan jamaah.

Apa yang diberikan Allah Ta’ala berupa supra-struktural dan infra-struktural kita satukan menjadi kekuatan, meski sangat sederhana mesti dikelola dengan baik. Yang kecil akan memiliki arti jika menyatu, yang sedikit jika disatukan akan menjadi banyak.

Meski hanya memiliki sedikit kekuatan ruhiyah, ilmu dan adab jika menyatu insyaAllah akan menjadi sebuah kekuatan. Inilah pekerjaan kita dalam meneruskan ke-istiqamahan dalam perjuangan ini.

Setelah para haraki atau aktivis Hidayatullah kembali ke daerahnya masing-masing, untuk melanjutkan perjuangan ini, semoga Allah Ta’ala mendengarkan dan menerima rintihan pengorbanan kita dan menjadikan kita orang-orang yang istiqamah di dalam ketaqwaan kepada Allah Ta’ala. (Jiho Manshur)



BACA JUGA