Jumat, 29 November 2024 | 08:04 Wita
Perubahan
HidayatullahMakassar.id — Anggota Dewan Pembina Yayasan Al Bayan Ponpes Hidayatullah Makassar, KH Ahkam Sumadiana MA, menyampaikan tausyiah pada taklim rutin di Masjid Umar Al Faruq, Kamis (28/11/2024). Berikut kutipannya :
Allah SWT telah begitu jelas dan gamblang memberitahukan kepada kita semua tentang situasi dan realitas kehidupan yang kita alami.
Teristimewah pada Quran surah Ar Ra d : 11
لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ
“Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Masyallah… pertama kita harus memahami ayat ini, kedua harus meyakininya dengan sempurna, ketiga kita harus menyikapi ayat yang mulia ini, keempat tentunya kita harus mengimplementasikan dalam kehidupan.
Kalau kita melihat fenomena negara kita, kehidupan berbangsa dan bernegara dan informasi melalui medsos nyaris kita temukan keadaan orang beriman itu banyak yang frustasi, lalu mati akal kebingungan, apa yang harus dilakukan melihat situasi dan kondisi saat ini.
Yang luar biasa karena semakin nampak makin tinggi iman justru lebih frustasi menghadapi realitas kehidupan.
Untuk bisa mengimani dengan baik ayat ini diawali dengan kalimat “Bagi kamu sekalian, ada penjaga yang mengikuti mengawasi baik dari belakang depan, samping kiri dan kanan, adalah malaikat yang sengaja menjalankan perintah dari Allah.”
Jadi malaikat senantiasa mengikuti kita, artinya tidak ada aktivitas kita yang lepas dari pantauan.
Dengan pendekatan aqidah maka seharusnya kita takut betul berbuat dosa karena Allah mengirimkan penjaga, ada intel.
Tapi secara psikologis sering kita takut kalau ada intel manusia. Pada saat yang sama kita tak takut pada intel yang dikirim Allah.
Artinya kita lebih yakin intel manusia lebih berbahaya dari intel Allah. Padahal harus sebaliknya karena intel Allah tak mungkin ingkar, tak bisa disogok untuk ubah laporannya.
Poin kedua, kita telah saksikan pilkada serentak yang hampir semua tak menggembirakan, apalagi jika ditinjau secara idiologis (aqidah) syariah, normatif. Juga jika ditinjau dari aspek akhlak, luar biasa mempertontonkan fenomena jauh dari aqidah, syariah dan akhlak.
Karena politik saat ini tidak akan pernah menjadikan aqidah sebagai acuan. Jika aqidah dijadikan sebagai acuan berpolitik maka kita dituding tak paham politik.
Pada saat yang sama keterlibatan kita dalam urusan politik karena aqidah, karena syariah, karena akhlak. Jika bukan karena itu maka kita tak perlu terlibat.
Paradigma dalam berpolitik itu harusnya bukan pada menang dan kalah, tapi benar dan salah. Jika berpolitik dengan cara benar tak ada persoalan kalah. Karena hakikatnya kita sudah menang. Sebaliknya jika berpolitik melanggar aqidah syariah dan akhlak dia menang tapi hakikatnya dia kalah.
Hanya memang politik sekarang ini dikuasai kapitalisme dan materialisme, sehingga pihak yang menjadikan standar aqidah, syariah dan akhlak akan tereliminasi, tergerus dan terkalahkan.
Sebenarnya saya ingin sekali Hidayatullah membikin partai. Tentunya partai dengan standar nilai benar dan salah, sehingga kita akan tampilkan semua dalam sisi kebenaran dalam berpolitik dan kita tak permasalahkan kalah.
Maka jika ada partai dakwah lalu berkoalisi dengan partai lain (non Islam) alasannya karena ada kesamaan visi dan misi. Yang benar saja… masa partai dakwah sama dengan partai sekular.
Untuk merubah satu bangsa dan negara ini satu sisi harus melalui politik praktis, konsukuensinya kita bikin partai.
Makanya saya simpatik pada Anies Baswedan kalau bikin partai ketimbang numpang pada partai orang lain.
Karena sudah final negara ini harus berpartai jika ingin berpolitik. Jika tidak kita hanya teriak-teriak saja.
Maka persoalan waktu saja, Hidayatullah ini harus bikin partai. Dengan nilai dan standar wasathiyah agar toleran dengan pihak yang tak memiliki nilai yang dianut.
Persoalannya sampai hari ini kita belum membikin partai. Lalu bagaimana merubah. Perubahan itu ada secara sistem dan ada nafsi-nafsi.
Perubahan yang efektif itu melalui tarbiyah. Maka menjadi luar biasa Hidayatullah eksis sebagai gerakan perjuangan dengan tarbiyah.
Banyak Ormas, haraqah yang tak eksis tarbiyahnya. Tak memiliki sekolah. Padahal merubah bangsa ini efektid diubah dengan tarbiyah.
Tarbiyah berasal dari kata rabba ya rubbu, mengambil kata dasar dari Allah yang berarti tarbiyah sebagai pekerjaannya Tuhan.
Tarbiyah ini intinya agar anak didik kita mendapatkan transfer knowladge/pengetahuan, agar memiliki skill/keahlian, karena hidup ini kompetisi. Maka jika tak miliki skill akan menjadi pecundang, tidak bisa menentukan dan keluar dari persoalan hidupnya. Minimal satu skill dimiliki.
Ketiga transfer nilai spiritual. Maka santri harus ahli ibadah, mahal harganya santri seperti ini. Sebagaimana cerita sosok Ketua Umum Hidayatullah usai menyelesaikan program pendidikannya di Malaysia dirayu dengan gaji dan fasilitas.
Ketiga merubah dengan tahapan yang dilalui nabi. Maka perubahan dengan politik, sendiri-sendiri, tarbiyah dan bertahap dengan cara sistimatika wahyu.(amc)
TERBARU
-
Al Bayan Raih Penghargaan Mitra Program Lingkungan Terbaik 2024 dari BMH
02/12/2024 | 06:28 Wita
-
SD Integral Al Bayan Kembali Wisuda Tahfidz. 56 Siswa Hafal Hingga 5 Juz Quran
02/12/2024 | 05:50 Wita
-
Perubahan
29/11/2024 | 08:04 Wita