Senin, 19 Agustus 2024 | 07:06 Wita

Spirit dari Lailatul Ijtima: Bahagia dengan Tarbiyah Dakwah dan Jihad

Editor: admin
Share

HidayatullahMakassar.id — Dewan Pertimbangan Hidayatullah yang juga Ketua Badan Pembina Yayasan Al Bayan Hidayatullah Makassar Dr Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar MSI hadir menyampaikan spirit dan tausyiah utama pada kegiatan Lailatul ijtima Halaqah Wustha DPW-DMW Hidayatullah wilayah Makassar, Maros, Pangkep dan Gowa di kawasan wisata halal Wadi Barakah Ponpes Ummul Qura Hidayatullah Tompobulu Pucak Maros, Ahad (18/8/2024).

Berikut sebagian kutipan spirit yang disampaikan dihadapan 100 peserta Lailatul ijtima dari sembilan halaqah yang hadir :

***

Generasi awal kader Hidayatullah cirinya semangat besar yang jauh lebih besar dari kapasitas keilmuannya.

Generasi kedua masih memiliki spirit yang sama namun telah dibenahi wawasan keilmuannya, tajwid, tahsin dan lainnya sudah lebih baik.

Saat ini kita sedang menyambut generasi ketiga kader Hidayatullah.

Di grand desain Hidayatullah salah satu isinya yang penting membahas masa transisi Hidayatullah. Periode ini juga menjadi masa yang kritis. Inilah masa terakhir dari generasi pertama. Tinggal lima tahun ke depan.

Masa ini merupakan saatnya transformasi dan transisi yang penting bagi tiga nilai warisan penting pendiri Hidayatullah Ust Abdullah Said yang ada di jatidiri Hidayatullah. Berupa manhaj sistimatika wahyu, kepemimpinan imamah jamaah dan lembaga perjuangan haraqah jihadiyah serta sistim hidup berkampus.

Mainstream gerakan Hidayatullah sebenarnya tarbiyah, dakwah dan jihad. Karena tidak ada tarbiyah dan dakwah tanpa jihad atau kesungguhan agar mendapatkan hidayah.

Allah bisa memberi hidayah dengan cara sakit misalnya.

Pekan lalu saya dari Turki, salah satu-satu agendanya sempat mendatangi sebuah kelompok jamaah al Hamidi, kelompok pengikut dari ulama yang selamatkan Turki saat hendak dikafirkan oleh rezim yang berkuasa.

Salah satu buku dari ratusan buku yang ditulis ulamanya, temanya membahas tentang Nabi Ayub yang disebut sebagai penghulu orang sabar. Atas kesabaran dari ujian sakitnya dari Allah.

Bahwa penyakit itu adalah salah satu cara Allah berinteraksi dengan hambanya melalui tauhid rububiyah dan asmanya yang punya sifat maha penyembuh asyifa. Maka takdirnya harus ada hambanya yang sakit. Agar Allah menyapa hambanya dengan asma asyifa.

Semua hamba itu keadaanya membahagiakan dengan hidayahNya. Allah akan arahkan kita raih hidayah dan kebahagiaan dengan berbagai jalan sesuai kondisi kita masing-masing dengan rububiyah dn asmanya.

Apakah itu dengan sakit, terbelit utang, maupun masalah keluarga. Namun selama kita masih memiliki iman maka segala sesuatu itu semuanya baik karena merupakan jalan hidayah Allah yang akan membahagiakan kita.

Bahwa orang beriman akan selalu beruntung dengan kesyukuran dan sabarnya. Para ulama tak bisa bedakan mana lebih baik antara dual hal tersebut jika kita memiliki iman.

Hanya saja karena kita cenderung materialistik maka selalu anggap kaya, sehat, dan lainnya lebih baik.

Sakit jelas sangat baik karena akan gugurkan desa tapi sehat jika disyukuri juga sangat baik. Begitulah seharusnya semua aspek kehidupan kita nilai dan nikmati.

Alhamdulillah kita dengan berjamaah di Hidayatullah misi tarbiyah dakwah jihadnya merupakan jalan hidayah dan kebaikan membahagiakan.

Di surah at Taubah ayat-ayat terakhir di juz 10 dan awal juz 11, firman Allah Ta’ala membahas kewajiban berperang.

Bahwa di dalam Islam, orang yang boleh tak ikut perang itu hanya orang sakit dan miskin. Orang kaya dan sehat harus ikut kalau dia beriman.

Ada tiga sahabat yang bukan orang miskin namun mencari-cari alasan untuk tidak ikut perang dan akhirnya mereka sangat menyesal mereka tak ikut perang dan dikucilkan Rasulullah hingga tiga bulan sampai turun ayat selanjutnya.

Inilah standar kita berIslam. Sangat terang benderang. Jadi orang yang boleh minta izin dan tak ikut berjuang dalam Islam itu hanyalah orang yang sakit dan miskin saja.

Maka orang beriman itu wajib lakukan transaksi jual beli dengan Allah dengan harta dan jiwanya. Ust Abdullah Said sudah berijtihad tak ada kepemilikan harta pribadinya di Hidayatullah. Sebagai teladan agar dengan harta tak menghalangi para kader dalam berjuang menjadi lincah, tanpa tapi tanpa nanti. Dulu belum keluar SK penugasan dakwah lara kader awal sudah loncat.

Jadi Hidayatullah sebagai lembaga perjuangan alharaqah al jihadiyah maka jalan hidup kadernya tarbiyah dakwah jihad. Tiada hari tanpa tarbiyah dakwah dan jihad.

Kita memilih dan memiliki jalan itu karena bagi kita dalam kesadaran bahwa hidup itu di akhirat, di dunia itu sangat singkat.

Termasuk visi kesejahteraan perlu kita luruskan bahwa Islam tak suruh kita miskin tapi jangan sampai orientasi kita kepada materi.

Dunia terlalu singkat dengan umur 40-70 tahun dan sedikit lebih dari itu, masa hanya untuk bersenang- senang.

Shalat lail itu salah satu manhaj di Hidayatullah manhaj nubuwah yang hendaki spiritualitas. Spiritualitas sebagai kapasitas. Karena hayatan toiyibah itu ukurannya iman dan takwa melalui tarbiyah dakwah dan jihad.(fir)



BACA JUGA