Senin, 17 Juni 2024 | 09:12 Wita

Khutbah Ied Adha: Ibrahim Pemimpin Global dan Mahaguru Pendidikan (2)

Editor: admin
Share

Oleh: Dr KH Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar MSi, Dewan Pertimbangan Hidayatullah dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Al Bayan Hidayatullah Makassar

HidayatullahMakassar.id — Nabi Ibrahim sebagai pemimpin semua manusia. Predikat ini hanya disandang Nabi Ibrahim, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an:

وَإِذِ ٱبْتَلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ رَبُّهُۥ بِكَلِمَٰتٍ فَأَتَمَّهُنَّ ۖ قَالَ إِنِّى جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا ۖ قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِى ۖ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى ٱلظَّٰلِمِينَ

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakan dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia”. Dia (Ibrahim) berkata, “Dan (juga) dari anak cucuku”. Allah berfirman, “(Benar, tapi) janji-Ku tidak berlaku untuk orang-orang yang zalim (QS 2:124).

Para mufassir menjelaskan bahwa makna Ibrahim sebagai pemimpin seluruh manusia pada ayat di atas adalah Nabi Ibrahim menjadi teladan dan pemimpin orang-orang beriman setelahnya.

Bahkan semua nabi dan rasul setelah Nabi Ibrahim adalah anak cucu keturunannya. Dari istrinya Siti Hajar lahir Nabi Ismail yang kemudian dari silsilah inilah lahir baginda Nabi Muhammad SAW.

Sementara dari isterinya yang lain, Siti Sarah, lahir Nabi Ishaq, dimana semua nabi dan rasul di belakangnya kecuali Nabi Muhammad, yaitu dari Nabi Ya’qub sampai Nabi Isa adalah anak keturunannya.

Ibrahim dikukuhkan sebagai pemimpin seluruh manusia karena sukses melalui semua ujian yang Allah berikan kepadanya. Ia lulus dengan nilai mumtaz atau sempurna dalam menghadapi semua ujian keimanan yang ditimpakan kepadanya.

Tidak seorangpun mengalami cobaan dan tantangan perjuangan menegakkan keimanan kalimat tauhid melebihi ujian yang dialami Ibrahim.

Dalam dakwah menyampaikan ajaran tauhid kepada masyarakat, tantangan dan penantang pertama nabi Ibrahim datang dari orang terdekatnya. Ayahnya, Azar pasang badan menolak keras risalah yang disampaikan Ibrahim. Ia menantang , melawan dan bahkan kemudian mengusir Ibrahim dari rumahnya.

Tapi Ibrahim tidak ciut dan patah semangat. Ia tetap menyampaikan ajaran tauhid, menyeru kepada kerabat dan masyarakatnya untuk beriman kepada Allah, Sang Khaliq Pencipta dan Penguasa alam semesta dan berhenti menyembah tuhan patung-patung berhala bikinan mereka sendiri.

Namun demikian sekian lama dakwah Ibrahim tetap tidak dihiraukan, bahkan dari waktu ke waktu reaksi mereka semakin buruk. Akhirnya dengan semangat dan dorongan tekad keimanan yang sangat kuat Nabi Ibrahim menghancurkan patung-patung berhala tersebut dan berujung pada puncak kemarahan masyarakat dan penguasa zalim, dimana Ibrahim harus dieksekusi dan dibakar.

Di tengah puncak perjuangan dan ujian tersebut tiba-tiba datang pertolongan kepada Ibrahim, mu’jizat langsung dari Allah SWT. Nabi Ibrahim selamat dan tidak terbakar sedikitpun.

قَالُوا۟ حَرِّقُوهُ وَٱنصُرُوٓا۟ ءَالِهَتَكُمْ إِن كُنتُمْ فَٰعِلِينَ
قُلْنَا يَٰنَارُ كُونِى بَرْدًا وَسَلَٰمًا عَلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ

Mereka berkata, “Bakarlah dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika benar-benar hendak berbuat”. Kami (Allah) berfirman, “Wahai api, jadilah kamu dingin dan penyelamat bagi Ibrahim” (QS 21:68-69).

Ujian lain yang diberikan kepada Nabi Ibrahim adalah ketika telah begitu lama beristeri tapi belum juga memiliki anak keturunan dari isteri pertamanya Sarah, tapi kemudian dikaruniai seorang putra dari isteri keduanya, Siti Hajar, yakni Ismail.

Namun kehadiran seorang putra yang sangat lama dinantikan ternyata Ibrahim tidak bisa menghabiskan banyak waktu untuk melimpahkan rasa sayang kepada Ismail kecil. Pasalnya, Nabi Ibrahim malah diperintahkan untuk segera membawa Ismail ke Makkah dan kemudian meninggalkan bersama ibunya Siti Hajar di lembah yang tandus.

Dapat dibayangkan bagaimana perasaan seorang ayah yang begitu lama berharap dan berdoa untuk dikaruniai seorang anak, tapi malah harus segera berpisah dengan sang bayi kesayangan.

Demikian pula bagaimana gejolak hati dengan rasa tanggung jawab sebagai suami dan ayah ketika harus meninggalkan isteri dan anak di lembah tandus yang tidak terlihat adanya tanda-tanda kehidupan. Tapi ini perintah dari Allah yang harus ditaati.

Ujian Ibrahim tidak berhenti disitu. Ketika di kemudian waktu Nabi Ibrahim balik atau datang mengunjungi anak dan isterinya di Makkah ia menyaksikan, dengan hidayah dan karunia Allah yang sangat besar, Ismail telah tumbuh menjadi remaja yang sangat menyenangkan. Tapi lag-lagi Ibrahim tidak bisa menghabiskan banyak waktu untuk bermain dan bercengkrama dengan Ismail. Ujian kembali datang. Nabi Ibrahim bermimpi dan disuruh menyembelih putra kesayangannya tersebut.

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama Ibrahim, Ibrahim berkata “Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu”. Ia menjawab, “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yag sabar” (QS 37:102).

Namun dengan wujud ketaatan yang sempurna, pertolongan Allah kembali datang kepada nabi Ibrahim. Ketika Ismail sedang dibaringkan dan pisau tajam segera akan memutus lehernya, dalam sekejap Allah SWT tiba-tiba mengganti Ismail dengan seekor domba.

فَلَمَّآ أَسْلَمَا وَتَلَّهُۥ لِلْجَبِينِ وَنَٰدَيْنَٰهُ أَن يَٰٓإِبْرَٰهِيمُ قَدْ صَدَّقْتَ ٱلرُّءْيَآ ۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِى ٱلْمُحْسِنِينَ
Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (untuk melaksanakan perintah Allah), lalu Kami panggil dia, “Wahai Ibrahim! Sungguh engkau telah membenarkan mimpi itu”. Sungguh , demikianlah Kami member balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS 37:103-105).

Itulah sebagian dari ujian berat yang ditimpakan kepada nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan Ibrahim menghadapi semua ujian itu dengan tenang dan lulus dengan nilai sempurna. Setelah lulus dari semua ujian itu Nabi Ibrahim kemudian diberi amanah kepemimpinan dan disandangkan predikat “inni ja’iluka linnasi imama” (Aku jadikan engkau sebagai pemimpin seluruh manusia).

Pelajaran yang sangat penting dari kisah ini adalah bahwa seseorang untuk menjadi pemimpin yang ideal , tidak boleh dikarbit dan dipaksakan menduduki jabatan yang belum menjadi maqamnya, tapi harus berproses melalui pengalaman dan ujian-ujian yang panjang . Menjadi pemimpin tidak cukup dengan kecerdasan akademik atau kompetensi intelektual. Kompetensi kepemimpinan harus dibangun dari rangkaian pengalaman lapangan, bergelut dengan realitas dan masalah sosial.

Memimpin, dalam perspektif manhaj nubuwwah, adalah mengarahkan dan mengayomi jama’ah atau masyarakat untuk senantiasa berada di jalan hidayah dan kebenaran. Untuk itu seorang pemimpin disamping harus memiliki kompetensi dan pengalaman, juga harus memiliki keyakinan yang kuat dan juga berkarakter sabar.

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا۟ ۖ وَكَانُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا يُوقِنُونَ

Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar. Mereka meyakini ayat-ayat kami. (QS 32:24).(Bersambung/AMC)



BACA JUGA