Kamis, 22 Desember 2022 | 10:17 Wita
Tawakal lah, Surga Menantimu
Oleh : Ahmad Zaki Ibrahim Lc, Dai Muda Hidayatullah Makassar Guru Al Bayan Islamic School
HidayatullahMakassar.Id — Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al Imam Muslim dalam kitab shohihnya menjelaskan
عن أبي هريرة – رضي الله عنه – قال: قال رسول الله – صلى الله عليه وسلم -: ((يدخل الجنةَ أقوامٌ أفئدتُهم مثلُ أفئدةُ الطير))؛ رواه مسلم.
“Akan masuk syurga beberapa kaum, yang dimana hati-hati mereka seperti hati burung”
Dan kita tahu bahwa sebab masuk syurga ada banyak. Ada orang masuk surga karena puasanya, infaknya, sholatnya, zakatnya, hajinya, atau karena dia berjihad fie sabilillah.
Dan ada para wanita masuk syurga karena taat pada suaminya. Begitu juga ada seorang anak masuk syurga karena baktinya kepada orang tuanya dan sebagainya.
Namun di sini Rasulullah menyebutkan ada orang-orang yang masuk syurga yang hatinya seperti hati burung. Sebab mereka masuk syurga adalah dikarenakan sifat hati mereka. Yang dimana hati mereka seperti hati burung..
Namun apakah yang dimaksud dengan hati seperti burung?
Di sini para Syurrohul Hadits (para pensyarah hadits) menyebutkan di antaranya al Imam an Nawawi dan Mulla Ali Al Qari dan yang lainnya menjelaskan secara umum ada tiga pendapat:
Yang pertama, adalah hati mereka selalu takut kepada Allah subhanahu wata’ala karena burung adalah hewan yang mudah ditakut-takuti. Kita gerakan tangan sedikit dia sudah kabur dan terbang.
Sehingga seperti itulah gambaran orang mu’min yang takut dengan hari akhir. Sebagaimana Allah berfirman tentang keadaan orang mu’min di syurga yang saling bertanya tentang keadaan mereka didunia.
وَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ يَتَسَاءَلُونَ
“Dan sebagian mereka berhadap-hadapan satu sama lain saling bertanya-tanya. (Tentang keadaan mereka di dunia) Mereka bernostalgi. Tentang apa yang membuat mereka masuk syurga?
قَالُوا إِنَّا كُنَّا قَبْلُ فِي أَهْلِنَا مُشْفِقِينَ
Mereka berkata, “Sesungguhnya kami dahulu (ketika di dunia), sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami merasa takut (akan diazab) takut akan hari akhir.”
Mereka takut akan siksa api neraka, khawatir akan kehidupan mereka di alam barzakh.
Maka dengan kondisi seperti itu, dia akan termotivasi untuk terus beramal sholeh dan takut untuk bermaksiat kepada Allah Subhanahu wata’ala.
Inilah salah satu tafsiran para ulama bahwa hati mereka seperti hati burung. Dan ini yang perlu kita tanamkan pada diri kita dan keluarga kita, agar senantiasa takut kepada allah subhanahu wata’la.
Tafsiran yang kedua, mereka disebut hatinya seperti hati burung karena رِقَّةُ القُلُوبِ (Hatinya yang lembut). Tidak hasad, tidak dengki, tidak dongkol dengan orang lain. Hatinya bersih dari sifat-sifat yang buruk.
Dan inilah tafsiran yang disebut oleh Mulla Ali Al Qori (ulama besar dari madzhab Hanafi).
Maka mari kita koreksi hati kita jangan sampai masih ada dongkol ataupun dengki kepada orang lain.
Ikhlas dan ridho dengan apa yang kita miliki. Sebagaimana Rosulullah bersabda:
وَارْضَ بِمَا قَسَمَ اللهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ
Dan “Ridholah dengan apa yang Allah berikan kepadamu, maka engkau akan menjadi orang yang paling kaya dan paling bahagia.”
Karena bisa jadi orang yang kaya itu hatinya bahagia, karena dia masih tamak dan masih haus ingin yang lebih banyak..
Adapun orang yang qona’ah dialah orang yang bahagia karena dia ridho dengan apa yang Allah berikan kepadanya.
وَارْضَ بِمَا قَسَمَ اللهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ
Tafsiran yang ketiga, dan inilah yang menjadi tema kita, dan juga banyak ulama yang memilih pendapat ketiga ini yaitu ada kaum-kaum yang masuk surga yang hati-hati mereka seperti hati burung maksudnya adalah hati-hatinya bertawakkal sebagaimana burung.
Ini menunjukkan bahwasanya tawakkal adalah ibadah yang sangat agung, karena tawakkal menjadi salah satu penyebab masuk syurga..
Dan ini berdasarkan sabda nabi kita muhammad shallallahu alaihi wasallam..
~لو أنَّكُمْ تَتَوكَّلُونَ علَى اللهِ حقَّ توكُّله لرزقَكم كما يرْزقُ الطَّيرَ، تغدوا خِماصًا وتَرُوحُ بِطانًا~
“Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal, maka Allah akan memberikan kalian rizki. Sebagaimana Allah memberikan rizki kepada burung. Yang mana burung itu pergi pada pagi hari buta dalam keadaan lapar dan kembali pada sore hari dalam keadaan kenyang dan membawa makanan untuk anak-anaknya”.
Di sini Rasulullah memberikan gambaran tawakkal dengan burung yang bertawakkal dalam mencari rizki yaitu dia benar-benar berikhtiar pergi mencari rizki puluhan kilo dia tidak tahu apa nanti yang didapat, tidak khawatir yang penting dia berikhtiar dengan sungguh-sungguh, lalu bertawakkal dan menyandarkan hasilnya kepada Allah sehingga Allah memberikannya rizki bisa makan, kenyang dan bawa pulang makanan untuk anak-anaknya.
Maka seseorang ketika ia mencari nafkah maka ia berikhtiar dan berusaha sembari bertawakkal kepada Allah. Menyandarkan urusannya kepada Allah. Tanpa terlalu pede dengan kemampuan kita, tapi kita pede bahwa Allah adalah pemberi rizki. Apa yang saya lakukan ini hanyalah sebab dan bentuk ikhtiar.
Dan orang yang memiliki hal ini tatkala bekerja setiap hari, inilah golongan yang akan masuk syurga Allah.
“Tawakkal adalah benarnya penyandaran hati pada Allah ‘Azza wa Jalla untuk meraih berbagai kemaslahatan dan menghilangkan bahaya baik dalam
urusan dunia maupun akhirat, menyerahkan semua urusan kepada-Nya serta meyakini dengan sebenar- benarnya bahwa “‘tidak ada yang memberi, menghalangi, mendatangkan bahaya, dan mendatangkan manfaat kecuali Allah semata’’
Sesungguhnya tawakkal adalah perkara amalan hati yang agung, sampai-sampai Said bi Jubair mengatakan:
التوكل جِماع الإيمان
‘Bertawakkal adalah penghimpun dari segala keimanan’
Dan berkata Wahb bin Munabbih :
الغايةُ القُصوَى التوكل
“Puncak tertinggi adalah bertawakkal kepada Allah subhanahu wata’ala”.
Karena tidak mungkin seseorang bisa bertawakkal kecuali imannya tinggi. Utamanya adalah Tauhid Rububiyyahnya kepada Allah
yaitu bahwa segala kejadian di alam semesta ini ada dibawah kendali Allah subhanahu wata’ala dan semuanya mudah bagi Allah.
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَن يَقُولَ لَهُ كُن فَيَكُونُ
Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Di hany berkata kepadanya, “Jadilah! Maka jadilah
Tidak ada yang sulit bagi Allah
يا عبادي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ، فَسَأَلُونِي، فَأَعْطَيْت كُلَّ وَاحِدٍ مَسْأَلَته، مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ المِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ البَحْرَ
“Wahai hambaku sesungguhnya jika orang-orang yang pertama dan terakhir dari kalian baik manusia dan jin berdiri di satu tempat tinggi dan luas lalu meminta (kebutuhannya) kepada-Ku, kemudian Aku memberikan setiap orang apa yang dimintanya, maka tidaklah hal itu mengurangi sedikitpun apa yang ada pada-Ku kecuali seperti berkurangnya (air laut yang menetes) yang di ujung jarum jika dicelupkan kedalam lautan.”
Allah maha kaya, tidak ada limit dalam kekayaannya karena Dia adalah dzat pemilik seluruh alam semesta ini dan maha pencipta tinggal kun Fayakun.
Semuanya di atas kendali Allah
و هو القاهر فوق عباده..
Dan Allah berkuasa di atas seluruh hambanya. Maka ketika seseorang bertawakkal pasti iman kepada rububbiyahnya (yang menciptakan, yang mengatur alam semesta, yang memberikan rizki adalah hanya Allah pasti tinggi dalam hatinya) baik. Bahwa apa yang saya hadapi ini, sangat mudah bagi Allah dan kita yakin Allah akan membantu kita.
Yang kedua, tidak mungkin dia bertawakkal kecuali ia pasti berhusnudzon atau berbaik sangka kepada Allah dan dia percaya kepada Allah subhanahu wata’ala. Dia yakin Allah melihat apa yang ia lakukan Allah mengetahui gerak gerik hati saya ketika saya bertawakkal..
يعلم خائنةَ الأعين و ما تُخفِي الصدور..
Allah maha mengetahui pengkhianatan lirikan mata dan mengetahui apa yang disembunyikan dalam dada manusia.
Allah tahu kapan kita sombong, kapan kita angkuh, kita hasad, kita ujub, dan kapan kita tawakkal dan ketika kita tawakkal maka insya Allah semuanya mudah dan kita akan ditolong oleh Allah subhanahu wata’ala.
Maka sangat benar yang disampaikan oleh Sa’id bin Jubair.
التوكل جِماع الإيمان
‘Bertawakkal adalah penghimpun dari segala keimanan’
Al imam Ibnul Qoyyim menyebutkan bahwasanya التوكل نصف الدين (Tawakkal adalah setengah bagian dari pada agama ini) karena seluruh sendi kehidupan dan ibadah kita sehari-hari, hendaknya kita menghadirkan tawakkal kepada Allah.
Itulah mengapa sangat banyak perintah dalam al qur’an yang menyuruh kita untuk bertawakkal, seperti:
فاعبُدهُ و تَوكَّل عليه..
“Maka sembahlah Allah dan tawakkal-lah kepadanya.”
قل هو الرحمن آمنا به و عليه توكلنا
“Katakanlah dia arrohman kami beriman dan kepadanyalah kami bertawakkal.”
عليه توكلتُ و إليه أُنيب
“Kepada Allah lah aku bertawakkal dan kepadanyalah aku kembali.”
وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
Kemudian orang yang bertawakkal adalah golongan orang yang dijanjikan oleh Rasulullah bisa masuk syurga tanpa hisab nanti pada hari kiamat sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
وَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ هَؤُلاءِ سَبْعُونَ أَلْفًا بِغَيْرِ حِسَابٍ ..
“Dan akan ada di antara mereka yang masuk syurga berjumlah 70.000 orang dengan tanpa hisab..
siapa mereka? ada 4 sifat:
هُمْ الَّذِينَ لا يَسْتَرْقُونَ وَلا يَتَطَيَّرُونَ وَلا يَكْتَوُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Mereka adalah orang yang tidak minta untuk diruqyah, dan mereka tidak pernah mengait-ngaitkan nasib sial dengan apa yang dilihat, (didengar, dengan hewan tertentu, dengan angka tertentu, hari tententu dan lain sebagainya). Dan mereka tidak minta untuk disembuhkan dengan besi yang dipanaskan. Dan mereka yang bertawakkal kepada robb mereka.
Kata para ulama, sifat yang terakhir inilah yang menjadi kesimpulan dari 3 sifat yang sebelumnya.
Oleh karenanya, Hakikat Tawakkal ada dua, yaitu:
1. Menyandarkan hati kepada Allah. Bahwasanya segala keberhasilan hanya ditangan Allah.
2. Dan berikhtiar melaksanakan sebab. Sebagaimana yang dilakukan burung. Ia pergi cari makan dan hasilnya ia serahkan kepada Allah subhanahu wata’ala.
Oleh karenanya Ibnu Hajar mengatakan bahwa tawakkal adalah
هو قطع النظر في الأسباب بعد تهيئة الأسباب
“Tawakkal yang benar adalah tidak menengok kepada sebab (ikhtiyar). Setelah menyiapkan ikhtiyar tersebut”
Contoh Misalnya saya sakit kemudian saya minum obat itu bentuk ikhtiar saya dan saya berharap kesembuhan dari Allah. Bukan daripada obat tersebut
karena minum obat hanyalah sebab, sedangkan kesembuhan hanya milik Allah sahaja.
Maka jangan sampai kita hanya fokus pada sebab tersebut, dan lupa menyandarkannya kepada Allah maka ini adalah tawakkal yang keliru.(*)
*) Disampaikan pada tausiyah Pembagian Rapor siswa Al Bayan Islamic School di Masjid Umar al Faruq
TERBARU
-
Saatnya Hidayatullah Alih Generasi
03/12/2024 | 17:22 Wita
-
Penuhi Kebutuhan Peminat, Al Bayan Islamic School Buka Pendaftaran PPDB Lebih Awal
03/12/2024 | 08:14 Wita
-
Al Bayan Raih Penghargaan Mitra Program Lingkungan Terbaik 2024 dari BMH
02/12/2024 | 06:28 Wita