Minggu, 28 November 2021 | 21:00 Wita
Konsukuensi Mengakui Muhammad sebagai Rasulullah
HidayatullahMakassar.id — Dalam kitab Arbain Nawawi pada pembahasan hadits kedua tentang Rukun Islam membahas tentang kerasulullan Nabi Shalalahu alahi wa sallam.
Bahwa rasul pertama adalah Nuh. Dan Rasul terakhir Muhammad. Sebagaimana diutarakan dalam quran dan hadits tentang syafaat.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
فَيَأْتُونَ نُوحًا فَيَقُولُونَ: يَا نُوحُ، إِنَّكَ أَنْتَ أَوَّلُ الرُّسُلِ إِلَى أَهْلِ الأَرْضِ، وَقَدْ سَمَّاكَ اللَّهُ عَبْدًا شَكُورًا، اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ، أَلاَ تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ؟ فَيَقُولُ: إِنَّ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ قَدْ غَضِبَ اليَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ، وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ، وَإِنَّهُ قَدْ كَانَتْ لِي دَعْوَةٌ دَعَوْتُهَا عَلَى قَوْمِي، نَفْسِي، اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي
“Mereka mendatangi Nuh lalu berkata: ‘Wahai Nuh, engkau adalah rasul pertama untuk penduduk bumi, Allah menyebutmu hamba yang sangat bersyukur, berilah kami syafaat kepada Rabbmu, apa kau tidak lihat kondisi kami, apa kau tidak melihat yang menimpa kami?’ Nuh berkata kepada mereka: ‘Rabbku saat ini benar-benar marah, Ia tidak pernah marah seperti itu sebelumnya dan tidak akan pernah seperti itu sesudahnya, dahulu aku pernah berdoa keburukan untuk kaumku, diriku, diriku, oh diriku. Pergilah kepada selainku’.”
Maka aqidah kita bahwa rasul pertama adalah Nuh dan Rasul terakhir Muhammad shallallahu alaihi wa shallam. Barang siapa kata penulis kitab Arbain An nawawi, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, mengakui kenabian setelah Muhammad shallallahu alaihi wa shallam maka dihukum kafir. Sebagaimana firman Allah ta’alla dalam Surat Al-Ahzab Ayat 40
مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَٰكِن رَّسُولَ ٱللَّهِ وَخَاتَمَ ٱلنَّبِيِّۦنَ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Dalam ayat tersebut, Allah tak mengatakan “penutup para rasul” padahal di awal kalimat menyebut sebagai rasul. Karena jika menggunakan kalimat “penutup para nabi” maka otomatis menjadi penutup para rasul.
Kesaksian kita bahwa Muhammad sebagai rasul allah melajimkan beberapa perkara atau mengandung konsukuensi kita sebagai ummatnya.
1. Membenarkan apa yang beliau Muhammad shallallahu alahi wa shallam sampaikan. Dimana tidak ada pada seseorang keraguan terhadap apa yang beliau sampaikan. Bahkan melebihi pengakuan di dalam hatinya apa yang diucapkan.
Sebagaimana dalam quran “…sesungguhnya dia adalah benar seperti apa yang kalian ucapkan,” Seseorang itu tak ragu pada apa yang diucapkan demikian pula yang diucapkan Muhammad kita tak ragu. Itu adalah kebenaran.
Akan tetapi antara kita dan Rasul ada sanad. Karena rasul tidak ada di hadapan kita. Akan tetapi bila telah datang hadits dari rasul maka wajib kita membenarkan. Apakah kita mengetahuinya atau tidak mengetahuinya.
Terkadang datang hadits kita ketahui maknanya akan tetapi tak ketahui “wajahnya” maka wajib membenarkannya.
2. Merealisasikan perintah Rasul dan tak ragu terhadapnya. Sebagaimana Quran surah Al Ahzab : 36
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥٓ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ ٱلْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَن يَعْصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَٰلًا مُّبِينًا
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.
Oleh karena itu Syaikh Ibnu Utsaimin mengatakan suatu kesalahan jika datang perintah Rasul lalu kita berkata apakah ini wajib atau sunnah.
Pertanyaan seperti ini harus dibuang tidak boleh ditanyakan. Karena para shahabat apabila Rasul perintahkan kepada mereka tidaka ada yang bertanya apakah ini wajib atau sunnah tapi sami’ na wa ta’na. Bahkan dalam perkara tabiat yang boleh saja kita menyelisihnya.
Pernah seorang shahabat suatu ketika di perjalanan dan singgah di suatu tempat. Lalu ditanyakan kenapa singgah dan duduk di tempat ini. Ia mengatakan karena Rasul pernah melakukannya.
Para shahabat juga berkata jika kiranya ada makanan yang tak ku sukai dan Rasul menyukainya maka akan aku berusaha menyukainya.
Kisah seorang budak Barirah ketika dimerdekakan ia tak ingin kembali kepada suaminya. Tapi ketika Rasul mempertanyakannya ia lalu bersedia asal itu perintah. Namun Rasul mengatakan bukan perintah maka Barirah tak jadi kembali ke oangkuan suaminya.
Bahkan shahabat merealisasikan dan membenarkan perintah tanpa mereka bertanya. Karena perintah itu tidak untuk ditanyakan tapi untuk kerjakan.
Dan pada suatu kondisi ketika seseorang terjatuh pada sesuatu menyelisih perintah Rasul maka boleh bertanya apakah ini wajib atau tidak. Karena jika hukumnya wajib maka wajib bertobat karena telah selisih perintah. Jika yang diselisih perkarabya hanya sunnah maka tidak mendapatkan dosa.
3. Menjauhi apa yang dilarang Rasulullah tanpa ragu. Janganlah mengatakan ini tak ada dalam quran. Karena apa yang ada dalam sunnah maka quran perintahkan untuk mengikutinya.
Rasulullah bersabda “Janganlah saya mendapati seorang di antara kalian duduk di atas dipan membanggakan diri. Datang suatu perintah dariku maka berkata ‘aku tak tahu dan apa yang ada dalam kitab maka kami ikuti….’
Padahal semua yang datang dari Rasul sungguh telah datang dalam quran. Di surah al Araf Allah perintahkan kita untuk ikuti. Perintah ini berlaku umum bagi setiap apa yang diperintahkan Rasulullah.
4. Tidak kedepankan ucapan siapapun atas sabda Nabi. Olehnya itu tidak boleh dahulukan perkataan fulan atas sabda Rasul. “… perkara besar dimana tak halal seseorang menentang perintah Rasul dengan perkataan seseorang.”
Dikisahkan dari shahabat Abdullah bin Abbas, berkata ‘Hampir kalian diguyur dengan batu dari langit aku katakan Rasul berkata dan kalian mengatakan Abubakar dan Umar berkata begini.’
Siapa yang berani membantah Rasulullah dengan perkataan imamnya. Lalu siapakah imamnya tersebut dibanding dengan Abubakar dan Umar.
Imam Syafiih berkata, “Kalaulah pendapatku bertentangan dengan hadist maka buanglah pendapatku.” Imam Malik berkata, “Setiap perkataan seseorang bisa diambil dan ditolak perkataanya kecuali pemilik kuburan ini (Rasulullah).”
Tidak boleh berbuat bid’ah yang tidak datang dari Rasulullah baik urusan aqidah atau lainnya. Sebagaimana Allah ditetapkan berada di atas langit. Tidak boleh ditentang.
Maka setiap yang melakukan bid’ah maka tak sempurna syahadatnya karena mereka telah menambahkan syariat apa yang tak berasal dari Rasul. Mereka tidak beretika dan beradab terhadap Rasul. Karena telah menganggap Rasul tak sampaikan risalah dan menutup-nutupinya.
5. Tidak melakukan bid’ah terkait hak Rasul. Olehnya itu orang yang rayakan Maulid kurang mewujudkan syahadat karena tidak boleh menambah syariat dari rasul.
6. Meyakini bahwa Rasul tidak ada sedikit pun memiliki hak rububiyah. Rasul tidak boleh dimintai doa dan pertolongan. Kecuali semasa hidupnya terhadap perkara yang disanggupinya karena beliau hamba Allah dan Rasulullah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُل لاَّ أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعاً وَلاَ ضَرّاً إِلاَّ مَا شَاء اللّهُ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَاْ إِلاَّ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Katakanlah (Muhammad): “Aku tidak berkuasa menarik kemanfa’atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”.” (QS Al-Araf [7]: 188)
Maka dari sini kita ketahui kesesatan orang yang berdoa kepada Rasul. Karena Rasul tak bisa memberi manfaat bagi dirinya dan menolak mudhorat bagi dirinya.
Rasul terluka pada perang Uhud. Dan dilindungi shahabatnya Tolha bin Ubaidillah dari anak panah. Maka termasuk kesesatan orang yang minta istigosah kepada Rasulullah. Ini kesyirikan.■ fir
*) Dari catatan on the spot taklim di Masjid Nur Intan Lestari, Daya. Oleh Ust Abu Abdinaafi Agus Salim hafizhahullah.
TERBARU
-
Jangan Mudah Meminta Izin untuk tidak Berhalaqah
25/12/2024 | 05:13 Wita
-
Prodi Pendidikan Guru Madrasah STAI Al Bayan Hidayatullah Makassar Raih Akreditasi Baik
19/12/2024 | 06:21 Wita
-
Tim Akreditasi Visitasi Tadris Matematika STAI Al Bayan Makassar
18/12/2024 | 06:32 Wita