Minggu, 28 Maret 2021 | 11:24 Wita

Berwudhu Ketika Menyentuh Mushaf Al-Qur’an

Editor: Firman
Share

■ Dakwah Al-Bayan : Kajian Bhulughul Maram Kitab Taharah, Bab Pembatal Wudhu (Hadits ke 73)

HidayatullahMakassar.id — Dari ‘Abdullah bin Abi Bakr radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata

وَعَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ; – أَنَّ فِي اَلْكِتَابِ اَلَّذِي كَتَبَهُ رَسُولُ اَللَّهِ – صلىالله عليه وسلم – لِعَمْرِو بْنِ حَزْمٍ: أَنْ لَا يَمَسَّ اَلْقُرْآنَ إِلَّا طَاهِرٌ – رَوَاهُ مَالِكٌمُرْسَلاً, وَوَصَلَهُ النَّسَائِيُّ, وَابْنُ حِبَّانَ, وَهُوَ مَعْلُولٌ.

“Bahwa dalam surat yang ditulis oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk Amr Ibnu Hazm terdapat keterangan, “Tidak boleh menyentuh mushaf Al-Qur’an kecuali dalam keadaan suci.” (HR. Malik secara mursal. An-Nasai dan Ibnu Majah menyambungkannya, namun hadits ini ma’lul).

Hadits ma’lul: Adalah hadis yang ditemukan di dalamnya ‘illah (sisi cacat tersembunyi) yang memberi kecacatan pada kesahihan hadis tersebut, meskipun secara lahir hadis itu selamat dari ‘illah tersebut.” Namun demikian hadis ini jayyid, karena memiliki jalur-jalur sanad yang saling menguatkan satu sama lain.
Yammasa dalam hadits ini artinya menyentuh tanpa penghalang.
Thahir bisa dibawa maknanya kepada orang yang bersuci dengan berwudhu.

Hal-Hal Penting dari Hadits

▪️Menyentuh Mushaf Al-Qur’an harus dalam keadaan bersuci. Inilah pendapat jumhur ulama dari kalangan sahabat sepertia Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas’ud, Sa’ad bin Abi Waqqash ridhwanullahi ‘alaihim ajmain.dan tabiin,diantaranya Said bin Zaid, Atha’, Az-Zuhri, Ibrahim An-Nakha’i, Hammad, dan yang lainnya. Ini juga pendapat empat ulama madzhab.

▪️Menyebut Mushaf Al-Qur’an berarti satu kesatuan dengan isi dan covernya, tidak bisa terpisah. Berarti hukum menyentuh tulisan, pinggiran, dan sampul Al-Qur’an sama seperti menyentuh mushaf Al-Qur’an itu sendiri, yakni harus dalam keadaan berwudhu.

▪️Orang yang berhadats tidak mengapa membaca Al-Quran dengan menggunakan hafalan Al-Qurannya. Akan tetapi, ketika dalam kondisi junub, maka tidak diperbolehkan baginya membaca Al-Quran. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad yang jayyid, dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata;


أن النبي ﷺ خرج من الغائط وقرأ شيئًا من القرآن، وقال هذا لمن ليس بجنب أما الجنب فلا ولا آية

“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai dari buang hajat, lalu beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam membaca sesuatu ayat dari Al-Quran. Dan Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan perbuatan ini boleh bagi yang tidak sedang junub/hadas besar. Adapun jika dalam kondisi junub, maka dia tidak boleh membacanya walupun hanya satu ayat” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya).
Wallahu a’lam bish shawwab
—☆☆☆–

*) Oleh: Ust Abdul Qadir Mahmud MA, Kadep Dakwah & Pelayanan Ummat Yayasan Al Bayan Hidayatullah, Makassar

Untuk menikmati sajian berseri Kajian Kitab Bhulughul Maram ini, serta info dan artikel dakwah lainnya, silahkan bergabung di Group WA: Dakwah Al Bayan. Klik  https://chat.whatsapp.com/HBSbB3fZ1Uk6fk71SkBm0Z Telegram: https://t.me/hidmanews Konsultasi & Pertanyaan ke 085255799111. Simak dan nikmati pula di : YouTube: Al Bayan Media TV https://youtube.com/channel/UC83a_coR66ZBb6fRxjKGyIA Facebook: Albayan Media Corp ( @albayanmediacorp )

Sebarkan! Semoga menjadi ladang pahala bagi kita semua. Aamiin.



BACA JUGA