Selasa, 19 Januari 2021 | 10:54 Wita

Menghadapi Musibah

Editor: Firman
Share

Oleh : Syamril, Direktur Sekolah Athirah

HIdayatullahMakassar.id — Sepanjang Januari 2021 Indonesia terus ditimpa musibah. Covid-19 masih terus naik dan memecahkan rekor jumlah penderita harian. Muncul lagi musibah jatuhnya pesawat Sriwijaya Air, gempa bumi di Sulawesi Barat, banjir di Kalimantan Selatan, erupsi Gunung Semeru dan Merapi. Menghadapi ini semua dibutuhkan sikap positif agar kita dapat menghadapinya dengan baik. Masalah yang timbul dapat diatasi. Kita juga dapat mengambil hikmah dan pelajaran.

Sikap positif pertama yang harus dimiliki yaitu spirit ketuhanan berupa iman kepada takdir Allah. Segala musibah yang terjadi ada dalam ketetapan Allah. Ungkapan “inna lillahi wa inna ilaihi roji’un” adalah keyakinan bahwa segalanya milik Allah dan akan kembali kepada Allah.

Tugas kita adalah menghadapi dengan penuh kesabaran dan mencari hikmah di balik musibah itu. Sabar bukan berarti diam dan pasrah tak berbuat apa-apa. Sabar berawal dari sikap berbaik sangka kepada Allah. Yakin segalanya terbaik dari-Nya. Lalu pantang menyerah menyelesaikan masalah sebagai dampak dari musibah.

Mencari hikmah dengan renungan bahwa Allah menurunkan musibah ini ada tiga bentuk yaitu ujian, teguran dan siksaan. Ujian diberikan jika selama ini kita hidup dalam jalan dan aturan Allah. Ibarat mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan sesuai aturan kampus, maka di akhir masa studi akan ada ujian untuk penentuan kelulusan.

Demikian pula halnya ujian dengan musibah. Allah berikan untuk melihat tingkat keimanan dan kesabaran manusia. Jika lulus dalam ujian maka akan naik tingkat dan derajat ketakwaannya di hadapan Allah.

Hati-hati jika musibah itu berupa teguran atau siksaan karena adanya perbuatan yang melanggar aturan Allah. Apakah selama ini hidup kita sebagai pribadi, masyarakat, bangsa dan negara telah berjalan sesuai aturan Allah? Jika masih banyak pelanggaran maka bisa jadi musibah ini adalah teguran dan siksaan.

Selanjutnya sikap positif yang harus dimiliki yaitu jiwa kemanusiaan untuk mencari kesempatan di balik kesempitan. Kesempatan berbuat baik dengan menolong sesama manusia yang ditimpa musibah. Kita saksikan masyarakat tanpa komando bergerak membantu. Mereka digerakkan oleh hati nurani dan jiwa kemanusiaan. Mereka mengumpulkan dana dan mengantarkan bantuan ke lokasi bencana tanpa perhitungan untung dan rugi.

Sikap positif berikutnya yaitu semangat persatuan. Adanya musibah dapat menyatukan pihak yang berbeda pandangan politik dan keyakinan keagamaan. Kita saksikan perdamaian di Aceh tercipta setelah musibah tsunami. Semua bahu-membahu tanpa memandang suku, agama, ras dan golongan. Semangat persatuan akhirnya mewujudkan perdamaian dan kerja sama.

Semoga banjir dan gempa bumi serta bencana lainnya dapat membangun persatuan kita semua. Persatuan sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan segala permasalahan bangsa termasuk wabah covid yang masih terus bergerak naik. Tentu saja persatuan yang disertai semangat musyawarah dan keadilan.

Mari tetap semangat menghadapi segala musibah dan tantangan. Ingat spirit ketuhanan, jiwa kemanusiaan, semangat persatuan disertai musyawarah dan keadilan. Itulah nilai luhur Pancasila sebagai solusi permasalahan bangsa.■


Tags:

BACA JUGA