Jumat, 18 Desember 2020 | 06:10 Wita

Ibu, Sosok Wanita Penuh Inspiratif

Editor: Firman
Share

■ Oleh : H. Ahmad Sulaiman
Pengasuh Ponpes IMBS Miftahul Ulum Pekalongan

HidayatullahMakassar.idHai Manusia, hormati ibumu,
yang melahirkan dan membesarkanmu.
Darah dagingmu dari air susunya.
Jiwa ragamu dari kasih sayangnya.
Dialah manusia satu-satunya
yang menyayangimu tanpa ada batasnya.

Satu bait lirik lagu yang berjudul ‘Keramat’ karya Rhoma Irama ini selalu mengingatkan kita akan sosok wanita yang begitu mulia kedudukannya di sisi Allah. Begitu mulianya sosok wanita itu, Rasulullah saw. pun selalu mengingatkan agar kita harus memperlakukan dirinya dengan sebaik-baiknya, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu.

Beliau berkata: ”Telah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah Saw. dan bertanya : ”Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berhak untuk aku perlakukan dengan baik ?” Beliau menjawab : ”Ibumu“ Kemudian laki-laki itu bertanya lagi: ”Kemudian siapa ? “beliau menjawab: ”Ibumu“. Kemudian laki-laki itu bertanya lagi: ”Kemudian siapa ? “Beliau menjawab: ”Ibumu“. Kemudian laki-laki itu bertanya lagi: ”Kemudian siapa ? “Rasulullah menjawab: ”Kemudian ayahmu.” (HR. Bukhori 5971 dan Muslim 2547)

Siapakah Sosok Ibu di Mata Kita?

Siapa yang tidak mengenal namanya? Bahkan saat namanya disebut, wajah seseorang yang selama ini mengasuh kita akan seketika muncul dalam pikiran. Begitu besarnya pengorbanan seorang ibu, karena dialah yang mengandung, melahirkan, mengasuh dan membesarkan kita dengan penuh cinta, kasih dan sayang.

Betapa besarnya jasa ibu, sampai-sampai ada ungkapan kalau kita takkan pernah bisa membalas kontan semuanya. Apa yang kita berikan hanya seujung kuku dari segunung hal yang telah diberikannya pada kita. Ibu mengandung dalam keadaan lemah dan bertambah lemah.

Alasan kenapa sampai surga yang begitu indah dan tak ada bandingannya di dunia itu ada di kaki ibu, adalah karena mereka kita ada, bukan bim salabim. Mereka harus bersusah payah membawa beban berat dalam waktu yang sangat lama. Mengandung atau hamil itu sangat menyusahkan dan ibu melakukannya dengan wajah bahagia. Allah Ta’ala berfirman,

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu” (QS. Lukman: 14).

Sejujurnya, ibu merasakan beban yang luar biasa beratnya saat mengandung. Pernahkah kamu membayangkan bagaimana rasanya seorang ibu mengandung selama 9 bulan, Ia tidak akan bisa tidur tengkurap, kenyamanannya saat tidur terganggu hanya untuk memastikan bahwa janinnya tidak tertekan, belum lagi kondisi mual-mual yang sering ia rasakan pasca masa-masa kehamilan. Inilah di antara alasan kenapa kita mesti berbakti pada orang tua karena kesusahan yang ia hadapi ketika mengandung kita (Lihat Taisir Al Karimir Rahman, 648).

Salah satu gambaran kasih ibu terlihat dari bagaimana ia mempertaruhkan nyawanya ketika sedang melahirkan kita ke dunia. Pernahkah kamu membayangkan bagaimana rasa sakit yang diderita oleh seorang ibu pada detik-detik ia melahirkan kita.

Ibu juga rela terbangun di tengah malam, karena rasa was-was dan cemas dengan bayinya meski ia merasa sangat ngantuk dan lelah, ibu akan tetap menjaga kita dan berharap anaknya tumbuh dengan baik. Kasih sayang ibu juga terpancar di saat-saat kita sedih.

Terkadang dalam hidup, kita menghadapi kondisi terburuk, entah dengan kekecewaan atau hal-hal yang membuat kamu merasa lemah dan tak berdaya. Di saat-saat seperti inilah kita akan segera merindukan ibu atau menginginkan diri kita berada dalam dekapannya, karena tiada yang lebih hangat dari dekapan kasih ibu.

Jika kita telah mengetahui bagaimana seorang ibu telah mengasuh kita dan bagaimana susahnya mereka siang dan malam menjaga kita, maka hendaklah kita sebagai seorang anak selalu berbuat baik dan membalas kebaikan ibu kita.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

“Dan ucapkanlah: “Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil” (QS. Al Isro’: 24).

Oleh karenanya dalam nasehat Lukman yang kita bahas, Allah Ta’ala berfirman,

أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

“Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu” (QS. Lukman: 14). Siapa yang membalas kebaikan orang tua dengan berbuat baik padanya, maka Allah pun akan membalasnya di hari kiamat kelak (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11: 53-54).

Begitulah landasan anjuran berbakti kepada ibu telah kuat, para anak pun tak luput dari ganjaran pahala jika berbakti. Imam Hasan Al-Bashri bahkan pernah memberikan predikat pahala lebih tinggi membahagiakan ibu oleh anak, dari pahala melaksanakan ibadah haji yang sunnah. Hal itu sebagaimana yang dijabarkan dalam kitab Athayib Al Jana.

Saat itu Hisyam bertanya kepada Imam Hasan Al-Bashri ketika dirinya gamang memilih antara belajar Al-Quran dan di saat bersamaan sang ibu menunggunya untuk makan bersama. Hal ini kemudian dikonsultasikan Hisyam kepada Imam Hasan Al-Bashri. Maka, beliau pun menjawab: “Makanlah bersama ibumu, sesungguhnya membahagiakan hati ibumu itu lebih utama daripada (pahala) haji yang sunnah”.

Berbuat baik kepada orang tua kita terutama telah diingatkan berkali-kali dalam Al-Qur’an, demikian juga Rasulullah SAW mengingatkan dalam sabdanya : “Ridha Allah terletak pada ridha kedua orang tua”.

Peran Ibu dalam Mendidik Anak

Syariat Islam menetapkan kedudukan utama seorang wanita yaitu menjadi ummu wa rabbatul bait (ibu dan pengatur rumah tangga). Syariat Islam juga telah menetapkan tanggung jawab wanita terhadap anaknya sejak dini, dimulai sejak masa kehamilan, kelahiran, penyusuhan, dan pengasuhan dimana aktivitas ini merupakan hal yang utama dan mulia.

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhu, Rasulullah SAW bersabda: “Wanita yang sedang hamil dan menyusui sampai habis masa menyusuinya, seperti pejuang di garis depan fi sabiilillah. Dan jika ia meninggal di antara waktu tersebut, maka sesungguhnya baginya pahala mati syahid” (Riwayat Thabrani).

Dari dalil di atas sangat jelas bahwa aktivitas yang paling sesuai dan fitrah bagi seorang wanita adalah menjalankan fungsinya sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya dan menjalankan fungsinya sebagai istri dalam mengatur aktivitas rumah tangganya. Sungguh betapa tingginya dan mulianya menjadi seorang ibu, Bila kita menyadari akan kemuliaan ini, maka kita tidak akan rela menukarnya dengan aktivitas lain yang mubah hukumnya seperti bekerja demi karir.

Anak adalah amanah dan titipan dari Allah SWT yang harus kita jaga. Mendidiknya merupakan suatu kewajiban dan bukan pilihan. Rasulullah saw bersabda: ”Didiklah anakmu dan baguskanlah akhlaqnya, dengan mengajarkan mereka olah jiwa, dan memperbaiki akhlaq.”(HR. ad-Dailami)

Sebuah pepatah mengatakan bahwa buah itu jatuh tidak akan jauh dari pohonnya. Seorang ibu yang cerdas akan melahirkan anak yang cerdas begitu juga apabila seorang ibu baik, maka baik pula anak-anaknya. Kasihnya tertuang lewat pelajaran yang ia beri. Tugas mulia seorang ibu adalah dengan merawat anaknya, mengasihinya, dan menjaga anaknya, tentu bahasa yang kita kuasai pertama adalah bahasa ibu, ia mengajari kita banyak hal. Dari mulai berbicara, berjalan hingga pada waktu sekolah ibu sering mengajarkan kita pelajaran yang ada.

Kasih ibu tidak hanya sebatas jalan, kasih sayangnya tidak akan pernah berakhir hingga akhir hayat. Dalam diamnya, ibu akan selalu berdoa untuk anak-anaknya. Berdoa agar anaknya menjadi yang terbaik, ibu akan senantiasa berdoa untuk kebaikan dalam hidupmu. Berharap agar kita selalu diberi kesehatan, berdoa agar kita bisa sukses. Karena ibu akan selalu memikirkan seorang anaknya, mengkhawatirkannya walau mungkin dalam keterbatasan yang ia miliki. Maka kasih ibu yang mana lagi yang tidak membuat kita merasa bersyukur, karena memiliki seorang ibu yang begitu mencintai kita.

Pengakuan Anak Terhadap Ibunya

Apakah ada sosok pahlawan yang begitu berarti dalam hidup kita? Sosok pahlawan sering digambarkan sebagai seseorang yang rela berkorban yang lebih mendahulukan kepentingan orang lain daripada diri sendiri. Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan jasa pahlawannya, tanpa mereka, Indonesia akan terus hidup dalam penjajahan.

Dalam hidup pun demikian, kita akan memiliki suatu sosok yang layak disebut pahlawan. Bagi kita pahlawan di hidup kita adalah orang yang mampu mengajarkan kita banyak hal, membuat hidup kita lebih berguna dan membekalinya dengan ilmu kehidupan untuk menjalankan episode baru dalam hidup kita, seperti ungkapan yang dilukiskan saudara Nindi tentang sosok ibu yang penuh inspiratif itu, “Wanita yg patut dicontoh. Kasih sayangnya tulus, dan kasih ibu tak terhingga sepanjang masa. Nggak bisa diungkapkan dgn seribu kata. Ibu itu penuh ketulusan, role model bagi anaknya, sosok wanita penyayang yg akan melakukan apapun demi anaknya.” (Nindi).

Lain halnya dengan seorang gadis bernama Sasa yang begitu mengagumi sosok ibunya dengan mengungkapkan bahwa “Ibu adalah rumah. Sekolah pertama untuk anak-anaknya. Contoh yang baik. Yang mengerti masing-masing anaknya satu persatu. Yang tidak pernah berhenti mencurahkan kasih sayang dan tenaga untuk kesuksesan keluarganya. Yang tidak pernah lelah meski sering marah. Ibu adalah segalanya bagi setiap anak.” (Sasa).

Begitu juga halnya dengan saudara Antero yang begitu sayang kepada ibunya dengan mengatakan bahwa “Ibu mampu menjadi sosok yang kuat dengan hati yang lembut dan paras yang indah seperti pohon dengan batang yang kuat, daun yang lembut, dan bunga yang indah.” (Antero).

Nah, apabila kita sudah melihat perjuangan yang dituangkan oleh seorang ibu, dapatkah kita melihat seberapa besar kasih sayang yang ia miliki bagi kita anak-anaknya. Seringkali kita menganggapnya tidak penting, padahal baginya, kita adalah harta karun yang ia nanti-nantikan seumur hidupnya. Walaupun terkadang kita memiliki perbedaan pendapat ataupun opini, ingatlah bahwa segala yang ia lakukan hanya demi kebaikan kita dan hanya kita.

Seluruh pengorbanan yang ia berikan kepada kita, baik tenaga, waktu, harta, fikiran, dan susah-payahnya mengandung seorang anak di dalam rahimnya selama 9 bulan hanya semata-mata demi kita untuk memiliki hidup yang layak dan baik. Ia memecahkan kesedihan pada saat kita merasa jatuh, menjadi penopang raga kita yang sekali waktu runtuh, dan tanpa kita minta memberikan seluruh cintanya tanpa putus asa.

Ibu adalah penerang sejati bagi anaknya. Kasih sayang ibu tanpa batas dan tanpa syarat. Banyak sekali hal yang mungkin kamu tidak menyadari betapa besarnya pengorbanan seorang Ibu. Hal tersebut tampak seperti tertuang pada petikan lagu berikut ” Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia”.

Semoga kata-kata manis tak hanya berhenti di ujung lidah. Hanya terucap saat di hari-hari tertentu saja. Tentu kasih sayang kita tak hanya berakhir di ujung galah, sebagaimana kasih sayang ibu kepada anaknya sampai diistimewakan harinya. Mereka memiliki hari yang disebut sebagai “Hari Ibu”. Pada hari itu, seorang ibu banyak menuai kata-kata manis yang mengandung sanjungan dan pujian.■



BACA JUGA