Rabu, 11 November 2020 | 20:23 Wita

Ancaman Meminta-minta 

Editor: Firman
Share

Oleh : Darul Idam Lc

HidayatullahMakassar.id — Islam adalah agama yang sangat memuliakan penganutnya, dan diantara bentuk pemuliaan itu dengan menjaga kehormatan mereka dari hal-hal yang dapat merendahkan harga dirinya, meminta-minta salah satunya.

Dalam Islam, meminta-minta merupakan salah satu perilaku yang tercela bahkan tergolong dalam perbuatan haram karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyiapkan bagi para pelakunya berupa siksaan pedih pada hari kiamat kelak. Selama mereka tidak bertaubat dan tidak dilandasi dengan kebutuhan darurat yang mengharuskan untuk meminta-minta.

Dalam sebuah hadis yang datang dari sahabat Ibnu Umar radiallahu ‘anhu,Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda :

مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ حَتَّى يَأْتِيَ يَوْمَ القَيَامَةِ لَيْسَ فِيْ وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

“Jika seseorang terus menerus meminta-minta pada orang lain, maka dia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan tidak sekerat daging sama sekali di wajahnya” Muttafaqun ‘alahi.

Dalam hadis ini, Allah Subhanahu wa ta’ala dengan jelas menyebutkan balasan yang akan diperoleh bagi siapa saja yang senantiasa meminta-minta kepada manusia tanpa adanya kebutuhan yang darurat, yaitu dengan menjadikan wajah mereka tanpa daging, ulama kita mengatakan bahwa ditiadakannya daging dari wajah mereka sebagai balasan ketika di dunia dahulu mereka senantiasa menghadapkan wajah-wajah mereka kepada manusia untuk meminta-meminta, maka apa yang mereka peroleh itu merupakan balasan dari perbuatan mereka sendiri  aljazaau min jinsil ‘amal.

Dalam hadis lain yang datang dari sahabat Abu Hurairah radiallahu ‘anhu,Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

مَنْ سَأَلَ النَّاسَ أَمْوَالَهُمْ تَكَثُّرًا فَإِنَّمَا يَسْأَلُ جَمْرًا فَلْيَسْتَقِلَّ أَوْ لِيَسْتَكْثِرْ.رَوَاهُ مُسْلِمٌ

“Barang siapa yang meminta-minta kepada orang lain dengan tujuan hanya memperbanyak harta maka sesungguhnya ia sama saja telah mengumpulkan bara api, terserah kepadanya, apakah ia akan mengumpulkan sedikit atau memperbanyak”  HR.Muslim

Di dalam hadis ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam secara spesifik menyebutkan tujuan dari perbuatan meminta-minta mereka yaitu hanya sekedar memperbanyak harta atau “memperkaya diri”, sehingga dipahami bahwa pada hakikatnya mereka memiliki harta namun karena sifat tamak yang ada pada diri mereka dan tidak adanya rasa syukur nikmat sehingga berambisi untuk sekedar memperbanyak harta di luar dari kebutuhannya.

Pada hadis Abu Hurairah di atas juga dipahami dari lafaz takatstsuran (Sekedar memperbanyak harta) bahwa jika seseorang terpaksa untuk meminta kepada orang lain karena kefakiran dan dalam keadaan darurat serta meminta sesuai dengan kadar kebutuhannya dan tidak secara terus menerus maka ia tidak termasuk dalam ancaman tersebut, namun jika mereka masih mampu untuk bekerja dan mencari nafkah dengan hasil keringat sendiri maka tentu itu lebih mulia bagi dirinya.

Perbuatan meminta-minta disamping ia adalah hal yang diharamkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, juga ia melahirkan dampak buruk bagi pribadi seseorang, diantara dampak tersebut sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Abdullah al-Fauzan dalam buku beliau Minhatul ‘allam fii Syarhi Bulughul Maram :

  1. Perbuatan meminta-minta sama halnya menghinakan diri di hadapan manusia dan menghilangkan rasa malu.
  2. Perbuatan tersebut menjadikan seseorang bermalas-malasan untuk bekerja dan selalu menggantungkan diri pada orang lain.
  3. Mengantarkan seseorang pada sikap berbohong, tidak sedikit orang yang meminta-minta sengaja berpakaian lusuh untuk mengelabuhi orang lain.
  4. Meminta-minta kepada orang lain termasuk dari kufur nikmat.

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala menjauhkan kita dari perbuatan tercela ini dan senantiasa menganugerahkan kepada kita sikap qana’ah (merasa cukup) atas nikmat Allah subhanahu wa ta’ala  sekecil apapun itu. Amin.■



BACA JUGA