Jumat, 23 Oktober 2020 | 06:50 Wita

Keteladanan dan Kepemimpinan Rasulullah

Editor: Firman
Share

Oleh : Prof Dr Ir Mir Alam Beddu MSi, Guru Besar Ekologi Pertanian Universitas Islam Makassar Ketua Lembaga Pengembangan Pertanian PWNU  Sulawesi Selatan

HidayatullahMakassar.id — Nabi dan rasul yang seluruh ummat Islam sudah bersaksi (dalam syahadat) dalam ucapan, teori yang mestinya dibuktikan dalam syahadat amalan dengan  menjadikan beliau sebagai contoh/teladan dalam mengarungi hidup dan kehidupan di permukaan bumi, baik dalam melakoni peran KEHAMBAAN (ABDILLAH) maupun dalam melakoni peran kekhalifahan dalam berbagai profesi (KHALIFATULLAH), berbagai aspek kehidupan, teladan dalam kehidupan keluarga, bermasyarakat, berbangsa, bernegara, teladan dalam berdagang, teladan dalam memimpin.

Rasul yang membawa Islam sebagai frame kehidupan dengan panduan hidup al qur’an (silmi kaffah), petunjuk kehidupan menuju pada keselamatan fiddunyaa wal akhirat. 

Salah satu bentuk kepatuhan hamba yang beriman, berislam dengan memenuhi panggilanNYA

“yaa ayyuhalladzinaa aamanuu,, izanu diyalisshalaati ….fas’aw ilaa dzikrillah wadzarul baia’.. hai orang-orang yang merasa dirinya beriman apabilah sudah dikumandangkan adzan,..tinggalkan seluruh aktifitas, kekhalifaanmu… bersegerah mengingat dan berikan hak Allah, membesarkan Allah, memposisikan Allah lebih penting dari yang lain. …

zaalikum  khairullakum in kuntum ta’lamun Itu lebih baik bagimu seandainya engkau pahami/engkau mau pelajari…. setelah melaksanakan ibadah …fantasyiruu fil ardhi (cari rejeki melalui profesi/tugas kekhalifaan)

Wallaahu khairu rradzikiin (Allah sebaik-baik pemberi rezeki), yang akan diberikan kepada siapa saja hamba yang dikehendaki, tanpa batas yarzuku liman yasyaa bighairi hizaab.

Rabiul awal, BULAN BERSEJARAH BAGI Ummat Islam, mengenang kelahiran sosok manusia PARIPURNA, PEMIMPIN DUNIA, pemimpin teladan, pemimpin abadi RASULULLAH MUHAMMAD SAW, yang lahir hampir 1.500 tahun silam. Insya Allah 9 Desember akan dilakukan pemungutan suara untuk memilih pimpinan daerah secara serentak di Sulawesi Selatan.

Pemimpin adalah orang yang diberikan amanah menjalankan sistem organisasi, mulai dari “diri” skala RT, desa, kecamatan, kabupaten, Negara, organisasi, institusi. Dalam konteks tersebut, semua kita adalah pemimpin, yang akan diminta pertanggung jawababan di hadapanNYA ( kullukum raain, wakullukum mas uulun an ra iyyatihii), setiap diri harus mampu memahami menata dan memimpin dirinya, mampu mengarahkan organ tubuh sesuai dengan fungsi dan peran  yang dianjurkan : mata, telingah, pikiran ke hal-hal yang positif,  dan menghindarkannya dari hal-hal yang dilarang.

Makin tinggi tingkatan posisi, amanah dalam institusi/organisasi, makin besar tanggungjawabnya, Rektor, Dekan, Kaprodi, dosen biasa masyarakat biasa, bupati, gubernur, presiden,  kesadaran akan tanggungjawab bukan hanya terkait dengan tanggungjawab institusi, akan tetapi lebih jauh, lebih dalam, lebih hakiki adalah pertanggungjawaban kepada Allah SWA, yang memberikan pososi atau amanah, jabatan  adalah pemberian Allah, tidak mungkin kita genggam tanpa kehendakNYA, akan tetapi menjadi pejabat yang amanah atau tidak amanah adalah pilihan, ujian untuk siap menerima konsekuensinya

وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ الْأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۗ إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ

Dan Dialah yang menjadikan kamu BERKUASA (PEMIMPIN DALAM PROFESI YANG BERBEDA dan BERTINGKAT-TINGKAT) di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang TANGGUNGJAWAB yang diberikan-Nya kepadamu.(QS Al An am (6):165

Tidak beriman orang yang menyia-nyiakan amanah yang dibebankan kepadanya, dan tidak beragama orang yang tidak bisa menepati janji (HR. Ahmad)

Bagaimana pemimpin menjalankan  kepemimpinan yang amanah, tidak terlepas dari kualitas pribadi pemimpin, yang mampu menjadi contoh, teladan (role Model) dalam memimpin, menegakkan keadilan.  Bagi Ummat Islam, Rasulullah Muhammad SAW adalah suri teladan dalam melaksanakan roda kepemimpinan: ditempatkan sebagai urutan 1 dari 100 tokoh/atau pemimpin dunia sepanjang sejarah peradaban manusia.

Dengan 4 sikap/karakter kepemimpinan  yaitu:     SIDDIK (JUJUR), TABLIQ (MENGAJAR, MEMAHAM-KAN) , AMANAH (TANGGUNGJAWAB), FATANAH (CERDAS,PROFESIONAL), sehingga menjadi sosok pemimpin yang dikenang sepanjang masa, pemimpin abadi.  Dalam bahasa jaman now, sekarang, yang ditemukan dalam pustaka kontemporer dengan istilah pemimpin dengan “kepemimpinan spiritual”, Setiap diri memiliki potensi kepemimpinan spiritual, potensi kejujuran, keadilan, kepedulian, amanah, kecerdasan yang bersumber dari Tuhan (Ar Ruh), dipancarkan pada setiap diri hambahnya.

ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّوحِهِ ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ [٣٢:٩]

Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya ruh Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. [Qs. Sajadah (32):9

Kepemimpinan spiritual adalah kepemimpinan yang mampu membawa dimensi keduniaan ke dalam dimensi spiritual (keilahian). Tuhan adalah pemimpin sejati yang mengilhami sifat kepemimpinan kepada hambanya. Seorang pemimpin harus mampu mengaktualkan, mempraktekan sifat-sifat mulia Tuhan yang secara universal dibutuhkan bagi yang dipimpinnya, menghadirkan keadilan, kejujuran, transparansi dan kesadaran tanggungjawab, kepada institusi, organisasi dan tanggungjawab kepada Tuhan yang memberikan amanah sebagai pemimpin:

Keteladanan dan kepemimpinan Rasulullah adalah puncak kepemimpinan yang menghadirkan sifat dan prilaku Tuhan dalam kepemimpinannya, sehingga merupakan moment dan jalan meningkatkan ketaqwaan. Kepemimpinan spiritual dapat diaktualkan/dipraktekkan dengan pendekatan spiritual, melalui peningkatan kualitas ibadah ritual dan muamalah dengan kesadaran kekhalifaan yang bertanggungjawab dan berma’na. Pemimpin, penegak hukum yang adil akan merebut ketaqwaan 

ۚ ٱعْدِلُوا۟ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ 

Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa….. (QS 5:8)

Berusaha optimal menjadikan Rasulullah sebagai contoh dalam melaksanakan Ibadah ritual yang bermakna akan membentuk SIKAP dan PRILAKU amanah dalam BERMUAMALAH dalam berbagai PERAN (PEMIMPIN), Shalat yang bermakna akan mencegah pelakunya melakukan perbuatan keji dan mungkar diantara shalat.

Dzikrullah, selalu menghadirkan sifat-sifat dan prilaku mulia “Tuhan” dalam melakoni tugas/peran kekhalifaan (kepemimpinan). Ketika tiba saatnya memberikan haknya Allah (shalat), tempatkan/posisikan Allah lebih penting dari yang lain.

Innash- sholaata kaanat alal-muminina kitaabam mauqutaa (sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang kami sudah tetapkan waktunya bagi orang yang beriman QS:4:103). 

Ibadah ritual yang bermakna dan muamalah yang bertanggungjawab yang telah dicontohkan Rasulullah Muhammad SAW, KEDUANYA MERUPAKAN JALAN meraih KEMULIAAN dan KETAQWAAN sebagai tiket dan tangga merebut predikat kemuliaan tertinggi TAQWA yang SEBENAR-BENARNYA TAQWA al MUSLIMUN, PRIBADI yang memiliki jiwa al MUTMAINNAH yang mendapat pengakuan sebagai hamba dan panggilan khusus dari Allah SWT, masuk ke dalam surgaNYA

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةًفَادْخُلِي فِي عِبَادِي وَادْخُلِي جَنَّتِي 

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةًفَادْخُلِي فِي عِبَادِي وَادْخُلِي جَنَّتِي 

Hai jiwa yang tenang (tenteram dan damai) kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi di ridhai-Nya, Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku (yang saleh)  dan masuklah ke dalam surga-Ku (QS: Al Fajr (89):27-30) 

Hidup diawali dengan mengaku di hadapan Allah sebagai hamba, membuktikan pengakuan “jiwa” sebagai HAMBA, berusaha menelusuri jalan untuk diakui sebagai HAMBA, yang sudah banyak dicontohkan Rasulullah, makin banyak kita praktekkan dalam kehidupan makin terang dan jelaslah jalanNYA, prosesnya membutuhkan perjuangan manghadapi berbagai ujian  dan tantangan kehidupan.■

*) Dari naskah khutbah Jumat 6 Rabiul Awal 1442 H/23 Oktober 2020 disampaikan di Masjid As Sahabah UIM Makassar


Tags: