Selasa, 20 Oktober 2020 | 05:46 Wita

Bangkit di Masa Sulit

Editor: Firman
Share

■ Oleh : Syamril, Direktur Sekolah Athirah

HidayatullahMakassar.id — Krisis akibat Covid-19 masih terus berlanjut. Meskipun mulai ada penurunan jumlah yang terjangkit virus, namun tidak akan drastis sampai vaksin ditemukan. Lalu pertumbuhan ekonomi Indonesia dua kuartal sudah negatif. Artinya negara sudah masuk resesi. Jika tidak ada perbaikan bisa masuk ke krisis ekonomi.

Bagaimana menghadapi itu semua? Kita perlu bangkit, jangan duduk apalagi tidur. Bangkit di masa sulit. Tentu bukan bangkit fisik tapi jiwa dan pikiran. Jangan menyerah oleh keadaan sehingga duduk pasrah berdiam diri. Ustadz Adi Hidayat pada Kajian Virtual dalam rangka Ulang Tahun Kalla Group ke 68 berbagi kiat bangkit di masa sulit menurut ajaran agama.

Hal pertama yang harus bangkit yaitu mindset atau pola pikir dan paradigma. Mari memandang ujian ini sebagai jalan untuk menuju kesuksesan. Bukankah mahasiswa yang akan wisuda harus terlebih dahulu melalui beragam ujian?

Allah menciptakan segala sesuatu di dunia ini berpasang-pasangan. Ada siang-malam, baik-buruk. Termasuk dalam diri manusia, ada sifat baik dan buruk. Mari pandang adanya sifat buruk tujuannya bukan untuk membuat manusia jadi jahat. Akan tetapi sifat buruk menjadi katalis atau pendorong munculnya sifat baik. Contohnya sifat marah yang lawannya sabar. Suatu kondisi bisa saja membuat kita marah. Tapi juga bisa mendorong munculnya sabar.

Demikian pula adanya kesulitan. Mari pandang ia sebagai katalis munculnya kemudahan. Bukankah dalam Al Qur’an di Surat Al Insyirah : 5-6 Allah berfirman bahwa “Bersama kesulitan akan ada kemudahan, dan bersama kesulitan akan ada kemudahan”. Ada penegasan dengan pengulangan.

Hal kedua yang harus bangkit yaitu kesungguhan yang bahasa Al Qur’an akar katanya yaitu jahada. Dari kata jahada muncul tiga kata yaitu ijtihad, jihad dan mujahadah. Ijtihad terkait dengan perencanaan. Melalui proses berfikir memetakan masalah, mencari akar penyebab dan merumuskan rencana solusi. Melihat dari berbagai sisi dan aspek sehingga dapat buat solusi secara tepat.

Setelah ijtihad maka lanjut ke jihad. Jihad terkait dengan eksekusi atau tindakan. Rencana tanpa aksi hanya jadi mimpi. Agar mimpi jadi kenyataan maka perlu eksekusi yang disiplin, konsisten dan persisten.

Selanjutnya yaitu mujahadah perjuangan mengendalikan gejolak jiwa. Bisa jadi sekali aksi akan menemukan kegagalan. Dampaknya muncul frustasi dan putus asa. Di sinilah perlunya kesabaran. Merespon segala kendala dengan pantang menyerah. Gagal-ulangi, salah-perbaiki sampai berhasil.

Hal ketiga yang harus bangkit yaitu tawakkal atau berserah diri. Artinya mengembalikan segalanya kepada Allah. Tugas manusia adalah berusaha. Hasilnya di tangan Allah yang Maha Kuasa. Do’a menjadi senjata bagi orang yang beriman dan bertakwa. Bahwa dalam hidup ini ada hal yang rasional. Tapi juga ada yang supra rasional. Tidak ada yang mustahil jika Allah Maha yang Penolong turun tangan membantu hamba-Nya.

Semoga bangsa Indonesia dapat segera bangkit di masa sulit ini. Yakinlah bahwa tidak ada kata sulit dalam perjuangan. Bukankah bangsa ini telah mengalami berbagai ujian dan tantangan. Sejak Perang Kemerdekaan 1945-1949, pemberontakan PKI 1965, krisis moneter 1998. Berkat rahmat Allah itu semua berhasil dilalui.

Berkaca dari pengalaman tersebut maka hadirkan kelapangan dalam jiwa. Bersama kesulitan akan ada kemudahan. Kerja keras, cerdas dan ikhlas. Selesai satu urusan, lanjutkan dengan urusan yang lain. Dan hanya kepada Allah kita menggantungkan harapan.■


Tags:

BACA JUGA