Minggu, 21 Juni 2020 | 17:08 Wita
Tobana di Masa Pademi
■ Catatan Rakornas BAZNAS RI 2020
Oleh: Dr Ilham Kadir MA, Pimpinan BAZNAS Enrekang.
HidayatullahMakassar.id — Hingga detik ini, corona virus disease 2019 atau Covid-19 belum ada tanda-tanda akan berakhir penyebarannya. Bahkan di beberapa daerah terus mengalami peningkatan yang signifikan walau di tempat lain banyak juga yang menurun. Secara nasional, dinyatakan positif sekitar 39.294, dirawat 21.973, meninggal 2.198 dan sembuh 15.123. Untuk skala Propinsi Sulawesi Selatan menduduki rangking ketiga penyebaran terbesar, angka terkonfirmasi sebesar 3116, sembuh 1088 dan meninggal 123. Ada pun Enrekang, ODP sebanyak 11, positif 8 orang, dan PDP kosong, sebab setiap PDP langsung dilarikan ke propinsi, dan meninggal 2 orang.
Masyarakat luas, hingga saat ini masih dibatasi ruang geraknya, tidak sedikit dari mereka mengalami kendala dalam mencari nafkah, terutama para pekerja rentan. Atau pekerja di sektor informal yang penghasilannya tidak menentu. Selain itu, sektor-sektor ekonomi lainnya seperti pertanian dan distribusi hasil pertanian pun terkendala, banyak petani sayur-mayur menangis sebab hasil panennya tak terbeli sementara pengeluaran perawatan tanaman tidak sedikit biayanya.
Inilah masa-masa tersulit bangsa ini, Indonesia pernah duakali mengalami pertumbuhan ekonomi negatif, pada masa orde baru tahun 1963 yang pertumbuhan ekonomi minus hingga -2.24 persen dan pada masa orde reformasi 1998 yang pertumbuhan ekonomi juga minus -13.13 persen. Dan diperkirakan pertumbuhan ekonomi kita tahun ini dibawah 3 persen, bahkan bisa saja minus.
Dalam suasana seperti sekarang, tentu pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, namun dengan segala kesadaran, segenap komponen masyarakat harus ikut andil dalam meringankan beban negara. Banyak hal yang bisa kita lakukan, salah satunya menghidupkan budaya gotong royong atau lebih spesifik lagi, saling berbagi di masa pandemi.
Dengan lahirnya Undang-Undang nomor 23 tahun 2020 yang diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 2014 terkait pelaksanaan pengelolaan zakat dan dibentuknya Badan Amil Zakat Nasional yang bertugas mengeloa zakat. Dari sana, terbentuklah Baznas tingkat propinsi, kota dan kabupaten. Tidak sampai di sana, pemerintah juga mengakomodir pengelolaan zakat dari pihak swasta yang dinamai Lembaga Amil Zakat (LAZ) dari berbagai komunitas, termasuk oragnisasi Islam yang ada di Indonesia.
Begitu pula di berbagai daerah, Baznas berdiri, sebagian ditopang dengan Peraturan Daerah agar eksistensi lembaga non struktural itu makin kokoh. Kabupaten Enrekang misalnya, punya Perda No. 6 tahun 2015 tentang pengelolaan zakat, lalu dijabarkan dalam Peraturan Bupati No. 8 tahun 2018, tentang Pengelolaan Zakat, Infak, Sedekah, dan Dana Sosial Keagamaan Lainnya. Lalu disempurnakan dalam bentuk Peraturan Baznas Kabupaten Enrekang No. 1 tahun 2018, dan dipermantap dengan petunjuk teknis pengumpulan; pendayagunaan dan pendistribusian; perencanaan, keuangan dan pelaporan; Administrasi, SDM dan Umum. Intinya kehadiran Baznas untuk menopang tugas-tugas pemerintah daerah dalam menyelesaikan berbagai problematika yang ada di tengah masyarakat, utamanya golongan miskin ilmu, miskin harta, dan miskin iman.
Terang, Baznas benar-benar serius menangani Covid-19, ini bisa dibuktikan dengan digelarnya Rakornas Virtual Baznas RI yang berlangsung 10-11/6/2020 diikuti 354 peserta perwakilan propinsi, kabupaten dan kota seindonesia dengan mengusung tema “Rapat Koordinasi Percepatan Penanganan Covid-19” dan semua peserta telah sepakat melahirkan 16 resolusi yang kesemuanya mengarah pada komitmen program penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS) dan Dana Sosial Keagamaan Lainnya (DSKL) untuk upaya percepatan penanganan Covid-19.
Tobana
Satu keistimewaan masyarakat Indonesia adalah cepat ibah dan tersentuh hatinya. Ketika terjadi masalah besar seperti bencana alam atau masalah lain yang mengakibatkan kerugian maka dengan mudah saling membantu satu sama lainnya atau sharing mechanism. Budaya saling berbagi ini menjadi modal sosial bagi bangsa Indonesia.
Di tengah pandemi Covid-19 melanda dunia, termasuk Indonesia, terlihat jelas masyarakat kita begitu peduli satu sama lainnya. Salah satu indikatornya dapat dilihat dari tren pengumpulan zakat, infak dan sedekah di Baznas Pusat. Bahkan untuk pengumpulan di Baznas RI naik hingga 56 persen Ramadhan tahun 1441, dibandingkan tahun 1440 Hijriah. Hal serupa juga berlaku di Baznas Enrekang, target pengumpulan zakat fitrah, zakat harta dan infak Ramadhan adalah 5 miliar. Namun realisasinya mencapai 6,1 miliar atau meningkat lebih dari 20 persen.
Memang, pengeluaran untuk penanganan Covid-19 dari Baznas juga cukup besar. Untuk skala Enrekang saja, pendistribusian terkait Covid, baik pengadaan paket sembako maupun program penanganan untuk memotong mata rantai penyebarannya mencapai hampir setengah miliar, dan akan terus berlanjut mengingat tren penularan covid-19 di Enrekang cenderung meningkat.
Masalah lain yang tidak bisa disepelakan adalah menghidupkan kembali ekonomi masyarakat kecil yang merasakan dampak Covid-19, termasuk pedagang kaki lima, pedagang kecil, dan para pengojek, kuli panggul, disabilitas, sopir bantu, dan semisalnya. Para pekerja ini masuk kategori rentan yang butuh bantuan, baik suntikan modal maupun pendampingan agar mereka mampu kembali mandiri. Masa new normal ini menjadi momentum yang tepat untuk kembali menormalkan sisi kehidupan masyarakat kita, sambil tetap menegakkan protokol Covid-19, jaga jarak, rajin cuci tangan, dan gunakan masker serta menjaga kebersihan kapan dan dimana pun berada.
Berbagi di masa pandemi artinya berinfak dalam keadaan susah. Seseorang yang rajin berinfak di kala senang merupakan hal biasa, yang luar biasa jika rajin dan konsisten berbagi di kala susah. Ini yang disitir oleh al-Qur’an Surah Ali Imran[3]: 133-134. “Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan oleh orang-orang bertakwa, yaitu: mereka yang berinfak baik di waktu senang maupun susah”.
Dalam suasana pandemi seperti sekarang, akan terlihat sejauh mana seseorang peduli akan dirinya dan orang lain. Sebab ujian kehidupan sesungguhnya berlangsung di masa sulit. Dan mereka yang lulus adalah yang mampu konsistem dalam melakukan kebaikan baik di kala suka maupun duka, senang atau susah, lapang atau sempit. Masyarakat Indonesia diuji, tapi kita yakin akan mampu keluar dari pademi ini jika sistem sharing mechanism tetap berjalan, di lain pihak, masyarakat kita harus membatasi untuk keluar rumah dan tidak berada dalam kerumunan dan keramaian jika memang tidak terlalu penting. Kuncinya, semangat berbagi di masa pandemi, ada filosofi orang Enrekang yang disebut “Tobana” atau ‘tolong-menolong, bantu-membantu dan nasihat-menasihati”, sangat tepat direalisasikan di masa pandemi. Mari tetap mengurangi aktivitas luar rumah dan terus menjaga jarak, pakai masker dan jaga kebersihan jiwa dan raga. Wallahu A’lam!
Enrekang, 18 Juni 2020.
TERBARU
-
Nilai dan Keutamaan Hidup Muhammad Sebelum jadi Rasul
22/11/2024 | 06:04 Wita
-
Raih Belasan Medali, Atlet Tapak Suci Pesantren Ummul Quro Hidayatullah Tompobulu Terbaik di Kejurnas UINAM Cup
18/11/2024 | 05:42 Wita
-
Borong 5 Emas, Al Bayan Taekwondo Juara Umum ElevenKick Makassar
18/11/2024 | 05:20 Wita