Rabu, 27 Mei 2020 | 08:58 Wita
Meraih Ketaqwaan Fungsional
■ Pesan Syawal 03 : Dr Ir H Abd Qahhar Mudzakkar MSi, Ketua Dewan Pembina Yayasan Al Bayan Hidayatullah Makassar
HidayatullahMakassar.id — Ada sebagian ulama berpemahaman bahwa semua Muslim yang menunaikan puasa dan menyengajakan diri menjemput malam Lailatulqadr akan mendapatkan berkah malam kemuliaan tersebut.
Hanya saja keberkahan yang diperoleh berbeda-beda tergantung kadar ketaatan dan mujahadahnya. Keberkahan Lailatulqadr itu berbuah ketaqwaan bagi seorang muslimin.
Terkait ketaqwaan tersebut terdapat dua kategori. Pertama, ketaqwaan sebagaimana dijelaskan Allah ta’ala dalam Al Imran : 133-136 menerangkan tentang sifat orang-orang yang bertakwa, segera bertobat, menyesali dosa dan bahwa balasan untuknya adalah diampuni dosa dan masuk surga
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (١٣٣) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (١٣٤) وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ (١٣٥)أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ (١٣٦
133. Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. 134. (yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit[1], dan orang-orang yang menahan amarahnya[2] dan mema’afkan (kesalahan) orang lain[3]. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan[4].
135. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri[5], segera mengingat Allah[6], lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya[7], dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosanya selain Allah? Mereka pun tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui. 136. Balasan bagi mereka ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pahala bagi orang-orang yang beramal.
Jadi…
Orang bertaqwa itu yang senantiasa berinfak dalam lapang dan sempit. Infak itu karakter tidak ada hubungannya seseorang itu kaya atau miskin. Infak itu ciri dan karakter orang bertaqwa. Bukan ciri seorang itu banyak uang dan hartanya. Artinya jika dia rajin berinfak maka dia taqwa bila malas berinfak maka dia tidak bertaqwa.
Orang bertaqwa itu yang mampu menahan amarah. Sifat ini patut menjadi perhatian bagi seseorang yang memiliki jabatan sosial dan kekuasaan publik, termasuk dengan menjadi kepala keluarga. Karena dengan menjadi kepala, jabatan dan kekuasaan maka lebih mudah memarahi orang lain karena merasa memiliki kekuasaan.
Orang yang bertaqwa itu mudah memaafkan orang lain. Tak mudah bagi seseorang yang lebih tinggi kedudukan harta dan kekuasaan memaafkan orang lemah dan bawahan yang jelas berbuat salah. Namun jika dia bertaqwa dadanya akan lapang sehingga mudah memaafkan kesalahan dan kedholiman orang lain.
Juga yang jelaskan Allah ta’ala dalam surah Al-Baqarah 2-5
ذَٲلِكَ ٱلۡڪِتَـٰبُ لَا رَيۡبَۛ فِيهِۛ هُدً۬ى لِّلۡمُتَّقِينَ (٢) ٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡغَيۡبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَـٰهُمۡ يُنفِقُونَ (٣) وَٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡكَ وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبۡلِكَ وَبِٱلۡأَخِرَةِ هُمۡ يُوقِنُونَ (٤) أُوْلَـٰٓٮِٕكَ عَلَىٰ هُدً۬ى مِّن رَّبِّهِمۡۖ وَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ (٥)
Kitab ini tidak ada yang diragukan, petunjuk bagi mereka yang bertakwa (2); Yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib, menegakkan shalat dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan (3); Mereka juga beriman kepada kitab yang Kami turunkan kepadamu dan yang diturunkan sebelum kamu, mereka juga yakin akan datangnya hari Akhirat (4); Mereka itulah yang berada pada petunjuk Allah dan merekalah orang-orang yang berbahagia”. (5) (Q.S. Al-Baqarah [2]: 1-5)
Tentunya banyak ciri ketaqwaan yang lain di banyak tempat dalam Al Quran dan hadits Rasulullah. Inilah ketaqwaan kategori pertama.
Ketaqwaan kategori kedua yakni taqwa yang fungsional. Di masa pandemi Corona ini mewabah, kita menghadapi tantangan yang besar. Semakin besar tantangan semakin dituntut kinerja ketaqwaan pada diri kita. Atau sebesar apapun tantangan jika ada ketaqwaan maka semua hal itu biasa saja.
Karena luar biasa janji Allah dalam QS At Talaq ayat 2-4
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya
Maka siapapun yang terlibat dalam sebuah organisasi Islam dan kelembagaan dakwah tantangan organisatorisnya kita hidupkan dan dinamisasi kinerja dengan ketaqwaan. Di samping tentu saja ini kita harapkan semua elemen dakwah menjadi seorang manajer dalam manajemen operasional organisasi dakwah dan perjuangan Islam.
Karena dengan ketaqwaan yang dimiliki, Allah akan berikan ilham inovasi dan kreasi dalam melakukan langkah yang tetap menjaga keselamatan imannya untuk senantiasa berada di dalam jalan yang lurus.
Artinya dengan ketaqwaan kita akan merasakan kekuasaan Allah sehingga tidak patut untuk terlalu gelisah untuk setiap masalah yang dihadapi. Allah menjanjikan selalu solusi. Termasuk dalam tantangan wabah Corona dalam kehidupan kita saat ini.
Para pengamat memproyeksikan jika wabah ini terjadi hingga akhir tahun ini, maka akan terjadi perubahan sosial, ekonomi dan politik hingga 80 persen.
Mewabahnya Corona saat ini bukan sesuatu yang tiba-tiba terjadi, Allah yang telah tetapkan. Corona juga makhluk Allah yang juga melakukan ketaatan atas penciptaanya.
Tugas kita tinggal bermujahadah dalam ketaqwaan menghadapi dampak Corona ini. Sebab akan tetap ada jalan keluar dari Allah bagi orang yang taqwa.
Orang beriman dan bertaqwa itu dilihat dari kinerjanya, kontribusi dan perjuangannya. Jika ada orang rajin shalat lail lalu tertidur seharian maka patut dipertanyakan mana kinerja iman itu dalam pribadinya.
Demikian pula dalam kehidupan berjamaah, jika seorang hanya mengeluh tidak ada kinerja maka mana iman dan taqwa itu.
Kinerja itu ikhtiar dalam kebaikan diri, keluarga dan ummat hingga “ketika hampir-hampir tulang punggung kita patah.” Ibadah tidak boleh biasa-biasa saja ditunaikan, demikian pula dalam menjalankan amanah organisasi maupun amanah ummat. Jika bermalasan maka jangan berharap ada jalan keluar dari Allah ta’ala
Pertolongan Allah itu turun ketika kita merasakan kesulitan dan bingung dalam satu kepastian. Jika kita sudah kerja keras bermujahadah namun jika hanya tidur pagi, banyak istirahat, kurang bermusyawarah maka mana mungkin pertolongan Allah turun dan petunjuk Allah datang sebagaimana kita harap dan minta dalam doa. Wallahuallam.■ (habis/fir)
*) Dari tauziah online Semarak Syawal Hidayatullah Sulsel 25 Mei 2020
TERBARU
-
Difasilitasi BI Green House, Santri Putri Al Bayan Kembangkan Minat Berkebun
23/01/2025 | 18:25 Wita
-
Alhamdulillah.. Ketua STAI Al Bayan Tuntaskan Studi Doktoral
23/01/2025 | 06:46 Wita
-
Tausyiah Raker : “Kalau tak memiliki tak mungkin memberi.”
15/01/2025 | 17:20 Wita