Senin, 25 Mei 2020 | 21:48 Wita

Mewaspadai Godaan Setan dan Nafsu

Editor: Firman
Share

Pesan Syawal 01: Dr Ir H Abd Aziz Qahhar Mudzakkar MSi, Ketua Dewan Pembina Yayasan Al Bayan Hidayatullah Makassar

HidayatullahMakassar.id — Kita patut bersyukur karena baru saja melewati suatu momentum selama sebulan penuh, bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, rahmat dan magfirah. Apalagi secara khusus di Hidayatullah dapat melaksanakan dan melalui Ramadhan dengan sangat baik. Masjid-masjid di kampus Hidayatullah tetap melaksanakan amal ibadah berjamaah.

Tentunya kesempatan itu merupakan karunia yang besar di tengah ketakutan karena Covid19 yang juga berimbas dengan berkurangnya aktivitas di luar ponpes dan kampus sehingga ibadah lebih intensif dilaksanakan, tilawah hingga tadabbur quran lebih banyak dilaksanakan. Karena Covid19 pula interaksi dengan jamaah di internal kampus semakin lebih baik.

Tantangan berikutnya adalah bagaimana mempertahankan kualitas iman dan kualitas ibadah pasca Ramadhan, dengan terus memberi perhatian pada amal ketaqwaan. Karena hampir tidak mungkin menyaingi kuantitas amal ibadah saat Ramadhan..

Mempertahankan kualitas iman dan ketaqwaan ini harus benar-benar kita sadari dalam mujahadah yakni meminimalisir godaan hawa nafsu dan godaan setan yang melekat dan permanen di diri yang merupakan sumber persoalan dalam kehidupan.

Sebagaimana dipahami bersma, karakter dasar hawa nafsu itu mendorong padahal yang tak baik kecuali nafsu yang dirahmati Allah ta’ala.

Bahwa ulama menjelaskan tentang nafsu memiliki tingkatan. Ada nafsu amarah yang menjerumuskan manusia dengan selalu mengajak kepada kejahatan. Kedua nafsu Lawwamah, jenis nafsu ini juga menggiring pada kejahatan tapi seseorang akan langsung menyesal dan bertobat. Sedangkan nafsu yang kita harapkan dari seluruh riyadah dan mujahadah saat Ramadhan, yakni diraihnya nafsu Mutmaina, nafsu yang diridhoi Allah bahkan akan mengantar ke surga.

Tentu perjuangan saat Ramadhan harusnya terus dilaksanakan untuk memerangi nafsu buruk, hingga menghadap Allah ta’ala.

Juga yang harus kita waspadai yang sama pentingnya adalah bagaimana peran setan dan iblis dalam kehidupan kita. Yang memang telah Allah peringatkan sebagai musuh yang nyata. Musuh kita bukan sesama makhluk atau penguasa dhalim tapi musuh permanen 24 jam yakni iblis dan setan laknatullah alaih. Ini harus terus diwaspadai.

Akan tetapi, walau pun setan memiliki jam terbang yang panjang untuk menyesatkan dan gelicirkan manusia, tetap saja Allah ta’ala katakan 

إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا

“Sesungguhnya tipu daya syaitan itu lemah” (QS. An Nisa’: 76).

Setan tak sanggup dengarkan bacaan Al Quran dia akan menyingkir, saat adzan setan akan lari terbirit-birit. Setan lemah di hadapan orang beriman dan setan mengakui tak sanggup sesatnya satu jenis manusia yaitu hamba yang ikhlas yang benar benar berbuat semata karena Allah.

Dalam ayat disebutkan,

قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (39) إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (40)

“Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. kecuali hamba-hamba Engkau yang ikhlas di antara mereka.” (QS. Al Hijr: 39-40).

Maka tantangan kita bagaimana menjadi seorang Mukhlas.■ Bersambung/ fir

*) Dari tauziah online Semarak Syawal Hidayatullah Sulsel 25 Mei 2020



BACA JUGA