Kamis, 21 Mei 2020 | 17:20 Wita

Tolak Berzakat, Qarun Ditelan Bumi

Editor: Firman
Share

Oleh: Ilham Kadir, Pimpinan Baznas Enrekang

HidayatullahMakassar.id — Salah satu tokoh antagonis yang diabadikan dalam Al-Qur’an adalah seorang hartawan bernama Qarun. Tokoh ini disebut sebanyak empat kali. Di Surah Al-Qashash:76 dan 78, Al-Ankabut: 39, Al-Mu’min:24. Qarun adalah lambang kekuasaan seorang yang kaya raya, merupakan simbol kapitalis tulen zaman Fir’aun.

Al-Quran menyebutkan bahwa Qarun adalah kaum Musa yang diberi kekayaan yang melimpah. Bahkan, Ibnu Katsir mencatat beberapa riwayat status Qarun ternyata masih kerabat Musa bin Imran as. Dia adalah putra dari paman kandung Musa. Ayahnya bernama Yashura bin Qahits, sedangkan ayah Musa adalah Imran bin Qahits.

Al-Quran juga menyebutkan kesombongan Putra Yashura ini. Menurut beberapa mufassirin kesombongan itu nampak dari pakaiannya yang menjulur lebih panjang sejengkal. Dan mufassirin lainnya menyebutkan bahwa kesombongan itu sebab kekayaan yang dimilikinya, sebagaimana yang diabadikan dalam firman Allah, Surah Al-Qashash:76.

“Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. Ingatlah ketika kaumnya berkata kepadanya, ‘Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri’.’

Selain sombong, dia juga terkenal bakhil. Dia menentang Nabi Musa, bahkan memprovokasi Bani Israil untuk melawan Nabi mereka. Cerita tentang penentangan Qarun tertulis dalam Hamisah Tafsir Yasin. Dalam kitab tersebut disebutkan bahwa, Imam Abu Laits meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata:

“Saat Allah SWT memberi perintah Musa agar mengeluarkan zakat, ia berkata kepada Qarun, Sesungguhnya Allah memberi wahyu agar memerintahkanmu mengeluarkan zakat dari hartamu. Berilah lima dirham dari setiap dua ratus dirham.”

Namun Qarun tidak menerima perintah Musa. Putra Imran memberi keringanan agar mengeluarkan zakat satu dirham dari setiap seratus dirham. Qarun tetap menolaknya.

Setelah kejadian itu, Qarun berusaha memprovokasi Bani Isra’il, “Sungguh Musa tidak rela sebelum dia mendapatkan harta kalian, bagaimana pendapat kalian?”

“Kami akan ikut pendapatmu,” jawab mereka.

“Aku punya rencana, kalau kita akan memfitnahnya berzina, setelah itu kita dapat membunuhnya.”

Rencana Qarun dan pengikutnya adalah memanggil seorang pelacur, dan memberinya banyak uang. Mereka menyuruhnya mengaku telah berzina dengan Musa.

Setelah itu, mereka datang bersama seorang pelacur menuju Musa yang sedang bersama masyarakat Bani Israil. Mereka berkata, “Apa hukuman bagi orang yang mencuri?”
“Dipotong tangannya,” jawab Musa. ‘Meskipun kamu pelakunya?” “Iya, meskipun saya.”
“Apakah hukuman bagi orang yang berzina?” “Dirajam atau dicambuk.” “Meskipun kamu yang melakukan?” “Iya, meskipun aku yang melakukan.” “Hai Musa, kamu telah berzina dengan seorang perempuan.”
“Saya?” Nabi Musa terkaget atas tuduhan mereka.

Kemudian mereka membawa pelacur yang telah diberi uang banyak tadi. Saat perempuan itu datang, Musa menyumpah dan bertanya dengan Dzat yang mampu membelah lautan bagi Israil dan menurunkan Kitab Taurat atas orang-orang yang jujur. Tanpa disangka perempuan itu berkata,

“Demi Allah, aku tidak melakukan tuduhan itu. Aku bersaksi bahwa Engkau bersih dan Allah membersihkanmu dari tuduhan keji mereka. Engkau adalah utusan Allah. Mereka telah memberikan harta banyak kepada saya agar mengaku telah berzina denganmu.”

Musa pun terjungkal, bersujud dan menangis. Allah memberikan wahyu kepadanya, “Aku telah menjadikan bumi tunduk kepadamu. Perintahlah dia sesukamu!”

Nabi Musa berdiri, memerintahkan bumi agar menelan Qarun dan pengikutnya. Saat itu Qarun sedang di atas permadani berharganya yang tinggi. Bumi pun mengambil kakinya. Kursi dan permadaninya hilang ditelanya.

Setelah itu, Musa menghinakan dan mengecam mereka. Mereka pun pasrah. Namun Musa semakin marah, meluapkan amarahnya. “Hai Bumi, telanlah mereka,” perintahnya untuk kedua kalinya. Maka tanah menelan tubuh mereka sampai setengah badan mereka terpendam. Sekali lagi Musa memberi perintah bumi. Tanah semakin menarik badan mereka sampai ketiak, tangan mereka melambai-lambai sedangkan tubuhnya terkubur. Belum selesai di situ, Musa kembali menyuruh bumi. Ia pun menelan sampai leher, yang nampak dari mereka hanya kepala. Hingga Musa memberi perintah terakhir, dan mereka terkubur rata oleh tanah.

Setelah itu, Allah SWT menurunkan wahyu, “Hai Musa, hamba-Ku telah tunduk kepadamu, mereka memohon dan meminta belas kasih, namun kamu tidak berbelas kasih. Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, seandainya mereka berdoa dan meminta tolong kepada-Ku satu kali saja maka Aku akan mengasihi mereka.”

Melihat Qarun dan pengikutnya ditenggelamkan, Bani Israil berkomentar, “Harta dan semua simpanan Qarun tidak terpendam, pasti Musa akan menguasainya.”

Beliau pun berdoa agar semua harta dan simpanan Qarun tenggelam. Akhirnya bumi menelan Qarun dan semua kekayaannya sebagaimana disitir dalam Al-Qur’an Surah al-Qashash: 81.

”Maka, Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka, tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang yang dapat membela dirinya.”

Para ulama berkomentar bahwa kehancuran Qarun sebab tiga perkara: cinta dunia, enggan berzakat, dan memfitnah Nabi Allah, Musa. (Alif.id).

Di penghujung Ramadhan ini, detik-detik yang terbaik untuk beribadah, termasuk ibadah harta dengan menunaikan zakat bagi yang sudah memenuhi syarat, atau minimal berinfak dan bersedekah. Selain amal kita akan dilipatgandakan pahalanya, harus diketahui bahwa amal itu yang dihitung dan dinilai adalah penghujung, sekaligus sebagai tanda kesempurnaan sebuah amal.

Pertandingan, dan atau pekerjaan apa pun itu, hasilnya akan dinilai dari penghabisannya. Mari mengikis kekikiran, ego, kerakusan, nafsu, dan segala sifat tercela dengan saling berbagi kepada sesama. Cukuplah kisah Qarun jadi pelajaran untuk kita semua. Wallahu A’lam!

Enrekang, 26 Ramadhan 1441 Hijriyah.



BACA JUGA