Rabu, 29 April 2020 | 09:01 Wita
Kerja dan Ibadah
■ Oleh : Syamril, Direktur Sekolah Islam Athirah
HidayatullahMakassar.id — Seorang polisi sangat kaget melihat pencuri yang ditangkapnya shalat di dalam tahanan. Dia bertanya ke pencuri “Bapak kok shalat padahal pencuri?” Apa jawaban pencuri “Shalat itu ibadah, mencuri itu pekerjaan”.
Apa yang aneh dari jawaban pencuri itu? Dia merasa wajar saja karena dia memisahkan antara ibadah dan pekerjaan. Pekerjaan boleh apa saja baik halal atau haram yang penting jangan lupa shalat. Urusan pekerjaan tidak ada hubungan dengan Allah. Jadi kerja dan ibadah sesuatu yang terpisah.
Apa akar masalah dari berbagai perilaku seperti di atas? Itu karena kita belum secara utuh ‘meletakkan’ Allah dalam kehidupan kita. Allah hanya ada di masjid, atau tempat shalat, tidak ada di kantor. Padahal Allah ada di mana saja ruang dan waktu kehidupan kita. Di mana saja dan kapan saja Allah Maha Menyaksikan apa yang kita lakukan.
Selanjutnya itu terjadi karena kita memaknai ibadah hanya ibadah khusus seperti shalat. Padahal tujuan Allah menciptakan manusia adalah untuk beribadah. Jadi seluruh aktivitas kita baik shalat, bekerja, makan, tidur dan lainnya harus bernilai ibadah.
Bulan Ramadhan dengan ibadah puasa selama sekitar 13,5 jam melatih kita untuk merasakan keberadaan Allah di luar waktu shalat. Kita berada dalam keadaan beribadah puasa sambil melakukan pekerjaan sehari-hari.
Harapannya terjadi penyatuan antara pekerjaan dan ibadah. Tumbuh rasa takut untuk berbuat salah di aktivitas pekerjaan karena sedang beribadah puasa.
Semoga itu terus terbawa di luar bulan Ramadhan sehingga kerja dan ibadah menjadi kesatuan dalam diri kita.■
TERBARU
-
Kadep Perkaderan Hidayatullah Raih Doktor di UIN Makassar. Ungkap Strategi Komunikasi Dakwah Pendiri Hidayatullah
26/11/2024 | 13:38 Wita
-
Transformasi dan Transmisi di Masa Transisi Hidayatullah
24/11/2024 | 07:58 Wita
-
Nilai dan Keutamaan Hidup Muhammad Sebelum jadi Rasul
22/11/2024 | 06:04 Wita