Rabu, 22 April 2020 | 19:19 Wita

Hikmah Kisah Nabi Daud dan Nabi Sulaiman dalam Menyikapi Covid19

Editor: Firman
Share

Oleh: H.M Said Abd Shamad, Lc, Pengurus Dewan Dakwah Indonesia (DDI) Sulsel

HidayatullahMakassar.id — “Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu. Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat), dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan Hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. Dan kamilah yang melakukannya.” (Q.S. Al-Anbiya (21): 78-79).

Menurut riwayat Ibnu Abbas bahwa sekelompok kambing telah merusak tanaman di waktu malam. Maka yang mempunyai tanaman mengadukan hal ini kepada Nabi Daud a.s. Nabi Daud memutuskan bahwa kambing-kambing itu harus diserahkan kepada yang punya tanaman sebagai ganti rugi tanam-tanaman yang rusak.

Tetapi Nabi Sulaiman a.s. memutuskan supaya kambing-kambing itu diserahkan sementara kepada yang punya tanaman, untuk diambil manfaatnya seperti susu dan bulunya, dan yang punya kambing diharuskan mengganti tanaman itu dengan tanam-tanaman yang baru.

Apabila tanaman yang baru telah dapat diambil hasilnya, mereka yang mempunyai kambing itu boleh mengambil kambingnya kembali. Putusan Nabi Sulaiman a.s. ini adalah keputusan yang lebih tepat.

Dari kisah di atas kita dapati putusan Nabi Daud alahissalam sudah baik, karena telah menghukum pemilik kambing itu agar menyerahkan kambingnya kepada pemilik kebun yang dirusak oleh kambing tersebut sebagai hukuman atas kelalaiannya.

Tapi keputusan Nabi Sulaiman alaihissalam ternyata lebih baik lagi, karena kedua belah pihak kembali mendapat haknya.

Dalam kaitan kisah di atas dengan penanganan Covid-19, maka kebijaksanaan pemerintah membuka beberapa fasilitas pelayanan masyarakat, dan menutup masjid agak mirip dengan keputusan Nabi Daud alaihissalam.

Padahal memakmurkan masjid sangat dipentingkan dalam agama, karena memakmurkan masjid termasuk mengagungkan syiar agama Allah dan tanda keimanan dan ketakwaan hati kepada Allah. Q.S. Al-Hajj (22): 32 dan Q.S. At-Taubah (9): 18.

ذَٰلِكَ وَمَ‍‍نْ يُّ‍‍عَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّ‍‍هَا مِ‍‍نْ تَ‍‍‍‍قْ‍‍وَى الْقُلُوبِ

“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (Q.S. Al-Hajj (22): 32) 

إِنَّ‍‍مَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَنْ يَّ‍‍كُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ

“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah. Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. At-Taubah (9): 18.) 

Oleh karena itu, kami menawarkan suatu cara yang menyerupai fatwa Nabi Sulaiman alaihissalam yang lebih dapat mengakomodasi hablu minallah dan hablu minannas, yaitu: Masjid tetap dibuka dengan syarat memenuhi SOP penanganan Covid-19. Dengan cara ini hak Allah Taala, yang seharusnya didahulukan tetap terpenuhi dan hak manusia juga dijaga dari penyebaran Covid-19 juga terpenuhi.

Untuk melengkapi tulisan ini, kami kutip suatu artikel yang beredar di media sosial dengan judul: Solusi Mencegah Penularan Corona di Masjid.

Ulama dan pemerintah Sulsel sepakat bahwa untuk memutus mata rantal penularan covid19, tempat ibadah dihimbau ditutup, dan cukuplah shalat di rumah saja, termasuk shalat Jumat. Bahkan ibadah selama bulan suci Ramadhan dilaksanakan di rumah saja. Stay at Home.

Kenapa kita tidak boleh masuk Masjid? Informasi yang kita dapatkan bahwa potensi penularan virus bisa terjadi di dalam masjid karena di masjid terjadi kerumunan jamaah, orang bercampur dari berbagi lapisan masyarakat, sering salaman, cipika-cipiki, sering ada yang batuk, bersin, bahkan lantainya berdebu, karpetnya tidak steril, tempat wudhunya tidak bersih, dsb.

Di sisi lain demi memenuhi kebutuhan jasmani manusia kita masih dizinkan berkunjung ke bank, mall dll walau dengan syarat-syarat dan SOP yang ketat. Maka sebaiknya demikian pulalah akan kebutuhan rohani umat islam yang justru lebih urgen lagi dari sekedar kebutuhan jasmani, seharusnya pula bisa dibijaki agar umat Islam tetap boleh berkunjung ke masjid tetapi dengan syarat-syarat dan SOP yang ketat seperti SOP ke bank atau ke mall tersebut.

Jadi solusinya adalah : Gunakan protokol yang sudah ditetapkan pemerintah. Kita Harus kreatif dan berinovasi agar ibadah tetap terjamin dan keselamatan umum terjaga. Saling menghargai. Hindari berdebat apalagi kalau ilmu pas-pasan. Apalagi tidak kompeten. Menambah dosa saja. Untuk melaksanakan protokol tersebut, hal yang harus dilakukan sbb : 

● Ada petugas yang mengatur jamaah, diluar maupun didalam Masjid. 
● Mulai dari halaman masjid jamaah tidak boleh ngumpul, bergerombol. Sebelum memasuki halaman masjid, setiap jamaah sudah memakai masker, dan sudah mencuci tangan menggunakan sabun atau cairan antiseptik. 

● Jaga jarak aman, physical distancing, social distancing.
● Antri di tempat wudhu, jangan berdesak-desakan. 
● Masing-masing jamaah bawa sajadah dari rumah. 

● Setiap jamaah sudah cek suhu tubuh, 
● Hindari droplet yang disemburkan dari orang batuk, bersin, dan teriak. 
● Bagi yang ada gejala sakit, tidak perlu ke Masjid.

● Perhitungkan jarak antara adzan dan iqomat, agar waktunya ditambah agak lama, jangan terburu-buru!! ● Setiap jamaah sudah berwudhu dari rumah. Cuci kaki saja di tempat wudhu. 

● Antri masuk Masjid, harus tertib, jangan berdesakan, niatkan mau menghadap Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa. 

● Bersihkan lantai Masjid dengan cairan disinfectan, jangan pakai karpet. S

● Shaf diatur tidak rapat, harus ada jarak antar jamaah. 

● Tidak boleh salaman atau cipika cipiki. 

● Rajin cuci tangan, cuci muka, cuci kaki. 

● Rajin berwudhu setiap mau shalat, meski belum batal wudhunya. 

● Pada saat pulang ke rumah, bersihkan tangan, muka dan kaki sebelum masuk ke rumah. 

● Buka semua pakaian di luar rumah / teras, simpan sajadah dan songkok dengan baik, sebelum masuk rumah. 

JIKA SEMUA IKHTIAR SUDAH DILAKUKAN, TAWAKKAL KEPADA ALLAH SWT, INSYA ALLAH MASJID CUKUP AMAN DARI PENULARAN VIRUS.■