Selasa, 18 Februari 2020 | 16:59 Wita

Manhaj Nabawi dalam Kerangka SW, Asset Mahal Hidayatullah

Editor: Firman
Share

HidayatullahMakassar.id — Hidayatullah memiliki aset berharga, lebih berharga dari seluruh harta yang dimiliki setiap kader, sehingga aset tersebut harus dijaga dengan baik, dan aset tersebut afalah Manhaj Nabawi dalam kerangka Sistematika Wahyu (SW).

Demikian disampaikan ustadz Ir Hanifullah Hannan dalam tauziyah singkat usai shalat subuh di Masjid Umar Al Faruq Kampus Utama Hidayatullah Makassar, Selasa 14 Jumadil Akhir 1441 H (18/02/2020).

Berikut penyampaian Ustadz Hanifullah : Begitu besar kekuatan manhaj Nabawi tersebut menghantarkan para kader Hidayatullah mampu berdiri tegak menopang berdirinya lembaga perjuangan Hidayatullah di setiap daerah.

Kita telah menjadi saksi bagaimana merasakan dahsyatnya manhaj ini. Kita merasakan bagaimana merintis cabang dari tidak ada menjadi ada, kalau manhaj terus hidup dalam hati kita insya Allah semua akan menjadi ada.

Harta yang kita miliki itu hanya akan menjadi nol di dunia yang hanya sementara, namun dengan keimanan hidup akan bernilai. Ibarat angka seribu, keimanan adalah angka satunya, apabila tidak ada angka 1 maka angka yang lainnya tidak akan bernilai, begitupun kehidupan kekayaan, harta yang melimpah, jabatan itu tidak akan bernilai apabila tidak ada keimanan sebagai angka satunya.

Beriqra tidak dinodai oleh motivasi lain, hanya semata karena ridho “insya Allah” itu yang akan menjadikan angka nol nol itu menjadi bernilai

Oleh karenannya semua niat, semua derap langkah kita mesti di orientasikan atau diarahkan untuk memanifestasikan keimanan dalam visi besar kita yakni membangun peradaban Islam.

Hidayatullah Makassar sekarang bukan lagi nol. Gedung-gedung pendidikan telah dibangun, masjid sudah berdiri, yang mana awal hadirnya Hidayatullah Makassar di Bawakaraeng, kala itu tempatnya masih berstatus pinjaman, tapi kita bisa ambil hikmahnya, bahwa Hidayatullah Makassar berawal dari minus, namun sekarang bisa menjadi besar seperti ini karena ada iman sebagai modalnya.

Namun harus kita pahami bahwa keadaan yang sekarang bisa saja Allah ta’ala ambil apabila tidak ada lagi iman dalam diri kita.

Keimanan harus diposisikan yang paling utama dalam kehidupan, Al-Alaq merupakan dasar tauhid sebagai motivasi menjalani kehidupan, layaknya di sekitar kita, jika lingkungan kotor sudah pasti bisa dideteksi bahwa orang yang berada di sekitar tersebut memiliki iman yang lemah.

Kalau masing masing individu memanifestasikan iman dalam kesehariannya, insya Allah semua akan berjalan lancar lagi berkah dan itulah semangat kita di Hidayatullah, ingin memanifestasikan iman setinggi tingginya, semaksimal mungkin.

Wujudnya manifestasi iman adalah memprioritaskan kewajiban yang ditetapkan oleh Allah ta’ala. Lewat ibadah-ibadah nawafil.

Semoga dalam kehidupan kita yang hanya sebentar ini mampu kita hantar dalam perjalanan iman yang setinggi-tingginya.■ Lukman

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا بَعِيدًا (١٣٦)

“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.” (Q.S. An Nisa : 136)


Tags:

BACA JUGA