Rabu, 12 Februari 2020 | 15:03 Wita

Robianto: Pemimpin Boleh Beda, Tetapi Visi Perjuangan Harus Sama

Editor: Firman
Share

Ketua Pemuda Hidayatullah Sulsel

HidayatullahMakassar.id — Mudah akrab, selalu tampil enerjik, penuh semangat dan tak jarang berapi-api saat memberikan ceramah atau pun pidato di depan banyak orang. Begitulah kiranya gambaran Ketua Umum Pengurus Wilayah (PW) Pemuda Hidayatullah Sulsel, Muhammad Robianto SPd

Pria kelahiran Flores, 10 Mei 1992 ini dikenal dengan kegemarannya mengamati dinamika perpolitikan di Indonesia. Menurutnya, politik merupakan salah satu cara dalam memperjuangkan aspirasi ummat.

“Politik itu jangan dipandang negatif. Politik bisa menjadi sarana berjuang. Memperjuangkan aspirasi ummat Islam,” ucap Robianto saat ditemui di Pesantren Hidayatullah Makassar. Rabu, 18 Jumadil Akhir 1441 H (12/02/2020).

Menjelang akhir dari masa jabatannya sebagai Ketum Pemuda Hidayatullah Sulsel, Robianto menitipkan pesan kepada semua pemudah Hidayatullah Sulsel bahwa estafet kepemimpinan akan terus dilanjutkan dengan visi dan spirit perjuangan yang tetap sama.

“Kepemimpinan itu akan terus diwariskan. Tantangan pendahulu berbeda dengan kita. Akan tetapi, visi dan spirit perjuangan harus tetap sama,” kata Robianto.

Robianto menekankan kepada siapa pun yang kelak akan menduduki puncak kepemimpinan di PW Pemuda Hidayatullah Sulsel, diharapkan bisa masuk ke kampus-kampus guna menggaungkan nama besar Pemuda Hidayatullah.

“Harus masuk ke kampus. Selain ini merupakan amanat Munas di Jakarta, juga karena kampus adalah tempat kita merekrut Sumber Daya Manusia (SDM),” ujar Robianto menjelaskan.■ Ian Kassa

“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi WALI (waly) pemimpin, teman setia, pelindung) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya, dan hanya kepada Allah kamu kembali.” (QS: Ali Imron [3]: 28)