Senin, 27 Januari 2020 | 08:59 Wita
Ibu Jumriah Ingin Anaknya Jadi Putra Mahkota, Hafal Quran.
HidayatullahMakassar.id — Namanya Jumriah Razaq (41), seorang ibu yang ingin sekali menjadikan anaknya sebagai penghafal Qur’an. Karena katanya, seorang anak penghafal quran adalah anak yang akan memiliki mahkota kelak di akhirat, oleh Jumriah disebut sebagai putra mahkota.
Harapan Jumriah ini disampaikan saat datang menemani anaknya ke Pondok Pesantren (Ponpes) Hidayatullah Makassar. Ahad, 1 Jumadil Akhir 1441 H (26/01/2020), Jalan Tamalanrea Raya BTP Blok M No 26 Makassar.
Keinginannya untuk menjadikan anaknya sebagai penghafal Qur’an sudah sejak lama, bahkan sejak anaknya masih duduk di bangku kelas 4 Sekolah Dasar (SD). Pendidikan di pondok pesantren menurut Jumriah adalah jawaban untuk mewujudkan keinginannya tersebut.
Enam bulan sebelum tamat Sekolah Dasar (SD), ia menyampaikan niat tersebut kepada putra sulungnya, Muhammad Thawaf Qalbi bahwa setelah tamat nanti dia akan sekolahkan ke pondok pesantren. Awalnya anaknya menolak namun setelah berdiskusi panjang, akhirnya dia mengalah tapi dengan dua syarat.
Pertama dia harus memiliki Handphone (Hp) baru dan yang kedua sebelum masuk pondok harus puas dulu main Hp. “Saya karena ingin melihat masa depan anak saya lebih baik, akhirnya saya dan ayahnya, Muhammad Ahksan (47) mengabulkan keinginanya tersebut.” ungkap Jumriah
Sejak saat itu, Jumriah mulai mencari beberapa pondok yang bagus untuk anaknya, di dalam maupun di luar Sulawesi. Yang ada di benaknya kala itu hanya pondok Gontor di Pulau Jawa, namun Suaminya tidak setuju, Ia justru ingin anaknya mondok di tempat yang terjangkau dari pantauan orang tua.
Akhirnya Jumriah dan Akhsan sepakat. Mereka kemudian mengumpulkan beberapa nama pondok di wilayah Sulawesi Selatan. Dari beberapa nama tersebut, ada satu Pondok pesantren (Ponpes) yang menurut mereka cocok, yakni Ponpes Hidayatullah Makassar. Selain dekat dengan pantauan, pondok ini juga menjadikan Al Quran dan Hadits sebagai matrikulasi pembelajaran. Sesuai dengan harapan Jumriah dan suaminya.
Saat anaknya pertama dibawa ke pondok, Jumriah menceritakan betapa berat berpisah dengan calon putra mahkota dalam keluarganya tersebut. rasanya kala itu separuh jiwanya hilang sebab selama hidupnya baru kali ini berpisah jarak dan tempat.
“Bagaimana kalau dia mondok di pulau Jawa, saya sudah bisa bayangkan betapa menderitanya saya menahan rindu, maklum kami bukan background keluarga santri, baru kali ini kami titipkan anak kami di pondok,” cerita Jumriah sedih.
Tapi Jumriah pasrah kepada Allah Ta’ala, Ia optimis bahwa setiap tangis yang jatuh dari matanya itu bernilai pahala. Dia juga ikhlas, bahwa berpisah dengan anak untuk kebaikan adalah cobaan yang tentu ada jalan keluarnya.
“Air mata ini tidak sedikit jatuh setiap mengingat putra kami, saat merapihkan bajunya, saya menangis, saat memasak, saya pun menangis karena teringat kalau yang saya masak ini adalah makanan favoritnya, saat melihat benda kesayangannya, kembali mata ini berkaca-kaca. Kamu sedang apa sekarang nak?” tuturnya.
Namun ia harus tetap kuat demi masa depan calon putra mahkota, untuk bekal perjalanannya dalam mengarungi kehidupan ini. lebih baik Ia menangis sekarang karena berpisah sementara dari pada menangis kelak melihat putranya lalai dan tidak paham akan agama.
“Labih baik menderita sekarang saat berpisah di pondok daripada nanti saya menangis melihat kelakuannya di luar sana,” kata Jumriah tegar.
Kini Muhammad Thawaf Qalbi sudah kelas 2 SMP, dan telah hafal 5 Juz Al Qur’an. Semoga setelah tamat nanti, ia bisa menuntaskan hafalannya hingga 30 Juz. Aamiin.(ridwan gagah)
TERBARU
-
Prodi Pendidikan Guru Madrasah STAI Al Bayan Hidayatullah Makassar Raih Akreditasi Baik
19/12/2024 | 06:21 Wita
-
Tim Akreditasi Visitasi Tadris Matematika STAI Al Bayan Makassar
18/12/2024 | 06:32 Wita
-
BI Sulsel Pilih Al Bayan Hidayatullah Makassar Ponpes Percontohan Wakaf Tunai
10/12/2024 | 09:38 Wita