Selasa, 14 Januari 2020 | 14:14 Wita
Al Qur’an, Sumber Segala Ilmu
■ Ngopi Peradaban, Oleh: Irfan Yahya, MT, M.Si
HidayatullahMakassar.id — Manusia terlahir ke dunia mengemban dua amanah sekaligus, sebagai hamba Allah sekaligus sebagai khalifatullah di muka bumi ini. Olehnya itu manusia satu-satunya makhluk ciptaan Allah yang dibekali akal pikiran dan hati. Agar misi kehadiran manusia ke dunia ini berjalan sukses, maka Allah SWT memperkenalkan dan mengajarkan melalui perantaraan kalam.
“ Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling pemurah, yang mengajarkan ( manusia ) dengan perantaraan kalam, Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” ( QS. 96: 3-5).
Akal pikiran dan hati manusia dapat aktual dan berkembang secara tepat jika siap menerima pelajaran dengan perantaraan kalam. Jika istilah kalam ini dipahami secara literal, tulis dan baca, dapat dilihat dalam kenyataan hidup di dunia, bahwa sebagian besar manusia meningkat kemampuan dan kecerdasannya karena proses belajar – mengajarnya dengan melalui tulis baca tersebut. Lebih dalam lagi istilah kalam dapat dimaknai sebagai simbol dari model sains yang diperuntukkan bagi manusia.
Sains yang diperoleh melalui proses “membaca”, menginternalisasi dan menkonseptualisasi apa-apa yang ada “di luar diri manusia”, kemudian kita dikenal dengan istilah sains representasi ( science by representation ) dan Sains yang diperoleh dengan ketajaman spiritualitas melalui proses Tazkyatun nafs, penyucian hati yang kemudian dikenal dengan science by present atau ilmu hudhuri, yang merupakan karunia langsung dari haribaan Ilahi, tanpa melalui proses belajar sebagaimana layaknya.
Di samping kedua pengertian diatas, kalam juga bisa dipahami sebagai wahyu yang tertuang dalam Al Qur’an itu sendiri. Dan inilah wujud kemurahan Allah SWT yang begitu besar bagi manusia. Karena dengan Al Qur’an itu orang-orang mukmin ditunjukkan ke jalan keselamatan dan dengan kitab yang sama mereka dapat terbebas dari kegelapan menuju cahaya.
Meskipun dalam kenyataannya manusia memiliki indera dan akal pikiran, namun aktivitas keduanya sangatlah terbatas. Tanpa bimbingan Al Qur’an, akal pikiran manusia akan sampai pada kesimpulan yang relatif keliru. Jika manusia hanya mengandalkan kemampuan akalnya, maka ia bisa terjerumus dalam kesesatan.
Dalam epistemologi Islam, sumber pengetahuan utama adalah Allah SWT, atau yang dalam hal ini adalah Al Qur’an itu sendiri. Disinilah makna yang dapat ditangkap dari ayat; “Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.(QS. 96; 5).
Al Qur’an tidak saja memberikan jawaban terhadap persoalan-persoalan kosmologis, eskatologis, masalah-masalah gaib, tetapi Al Qur’an juga menyampaikan posisi alam semesta berkaitan dengan diri manusia itu sendiri. Tema-tema pembahasan dalam Al Qur’an sangat beragam dan luas, memiliki konsistensi alur logika yang kuat, semangat dan metodologi yang komprehensif. Dalam kerangka referensi inilah, manusia memiliki kemampuan dan peluang untuk memecahkan problem-problem kemanusiaannya, baik dalam perspektif dunia maupun dalam perspektif akhirat kelak. Wallahu ‘alam.
*)Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Bayan
TERBARU
-
Nilai dan Keutamaan Hidup Muhammad Sebelum jadi Rasul
22/11/2024 | 06:04 Wita
-
Raih Belasan Medali, Atlet Tapak Suci Pesantren Ummul Quro Hidayatullah Tompobulu Terbaik di Kejurnas UINAM Cup
18/11/2024 | 05:42 Wita
-
Borong 5 Emas, Al Bayan Taekwondo Juara Umum ElevenKick Makassar
18/11/2024 | 05:20 Wita