Minggu, 9 April 2023 | 17:43 Wita

Puasa Membersihkan Hati

Editor: Humas Yayasan Al Bayan Hidayatullah Makassar
Share

Oleh : Ust Ahmad Zaki Ibrahim Lc, Ketua Divisi Dakwah Dept Dakwah Layanan Ummat Yayasan Al Bayan Hidayatullah Makassar

HidayatullahMakassar.id — Allah berfirman tentang orang-orang yang berpuasa:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Wahai orang yang beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa sebagaiman telah diwajibkan kepada umat sebelum kalian agar kamu bertaqwa.” (QS Al-Baqarah : 183)

Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pun berbicara tentang Taqwa, yang merupakan tujuan kita berpuasa, beliau bersabda dalam hadits Abu Hurairah:

التقوى هاهنا.. التقوى هاهنا.. التقوى هاهنا..
(ويشير إلى صدره ثلاث مرات)

Taqwa itu adalah yang ada di dalam hati kita..

Itulah inti dari pada ketakwaan. Oleh karenanya tujuan dari berpuasa adalah agar kita memiliki hati yang bersih.

Bersih dari kesyirikan, bersih dari virus-virus hati, kesombongan, bersih dari riya’, Hubbud Dunya, bersih dari hasad, bersih dari benci dan dari hati yang kotor..

Dan diantara ciri hati kita bersih adalah bagaimana kita memandang, atau membaca sikap, perbuatan atau hal yang dilakukan oleh saudara kita.

Dan berbicara tentang hati yang bersih, seorang tabi’in yang sezaman dengan Hasan al Bashri, yaitu Abu Qulabah Abdullah Bin Zaid pernah menyampaikan kepada kita

((إذا بلَغَكَ عن أخِيك شَيءٌ تُكرهُه
Apabila sampai kepadamu dari saudaramu yang kamu tak suka, (artinya mungkin saudara kita, teman kita, atau sahabat kita melakukan sesuatu, atau mengatakan sesuatu yang membuat kita tidak nyamaan)

فَالتَمِسْ له العذرَ جُهدَك؛
Maka berikanlah dia udzur kepadanya semampu kamu..

(Jadi coba kita maklumi dia mungkin keceplosan, mungkin maksudnya bukan seperti itu, mungkin karena ada maksud lain atau mungkin dia punya sesuatu hal yang membuatnya berbuat demikian)
فإن لم تجد له عذراً
Dan kalau kamu tidak melihat ada satu alasan atau udzur yang jelas, yang bisa kamu mengerti yang bisa kamu ketahui..

فَقُلْ في نَفسِكَ: لَعلَّ لأخي عذراً لا أعلمه)).
Maka katakanlah pada dirimu, bisa jadi saudaraku punya alasan yang aku tidak ketahui.

Katakan, “Bisa jadi saudaraku punya argumentasi yang aku tidak tahu, bisa jadi saudaraku punya pertimbangan yang aku tidak ketahui.”

Ulama mengatakan, beda antara orang yang hatinya bersih dan yang hatinya kotor. Orang yang hatinya bersih itu pasti dia akan mencari alasan bagi saudaranya agar bisa dimengerti atau bisa dimaklumi.

Adapun orang yang hatinya kotor , hatinya sempit, hatinya kerdil. Maka akan mudah menuduh saudaranya, mudah dalam buruk sangka kepada temannya, mudah dalam negative thinking kepada orang lain.

Dan sekali lagi ini adalah ramadhan, ini bulan puasa dan puasa tidak hanya membuat kita tidak makan dan minum dari subuh sampai terbenamnya matahari, tapi fungsi puasa adalah لعلكم تتقون agar kalian bertaqwa.

Dan taqwa sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah adalah هاهنا intinya adalah di hati, hati yang bersih, hati yang tidak punya hasad, hati yang selalu berpikir positif, hati yang senantiasa husnudzon pada orang lain.

Hati yang senantisa mengevaluasi diri sendiri, bukan sebaliknya yang justru mencari kesalahan orang lain tapi lupa pada dirinya sendiri.

Maka salah satu karakter atau mental orang-orang yang berpuasa adalah ia berusaha memberikan udzur, berusaha mencari alasan yang bisa diterima ketika melihat saudaranya atau temannya melakukan satu hal yang membuatnya tidak nyaman ataupun dia tidak suka.

Dan dia tidak cepat-cepat menjudge ataupun menghukumi atau memvonis seseorang bahkan dia mencari alasan mengapa kemudian saudaranya melakukan hal tersebut.

Yang mungkin ada pertimbangan lain, mungkin dia lagi capek, sedang letih, atau mungkin keceplosan, padahal dia tidak bermaksud demikian atau mungkin ada maksud lain atau ada pertimbangan syar’i lain yang aku belum tahu dan seterusnya.

Dan itu menunjukan bahwa hati kita ini bersih dan hati kita tidak ternodai dengan dengki, hasad dan suudzon kepada orang lain.

Kecuali jika memang jika dia berbuat kesalahan yang tidak mungkin dicari lagi alasan syar’inya, maka kita akan nasehati dengan baik, kita akan doakan dia semoga dia diampuni oleh Allah dan kemudian diluruskan oleh allah subhanahu wata’ala.(*)



BACA JUGA