Sabtu, 11 Februari 2023 | 17:20 Wita

KH Jamaluddin Nur, Sang Komunikator Handal

Editor: Humas Yayasan Al Bayan Hidayatullah Makassar
Share

Oleh : Ust Suwito Fatah MM, Ketua Yayasan Al Bayan Hidayatullah Makassar

HidayatullahMakassar.id — Berinteraksi dengan KH Jamaluddin Nur selalu menghadirkan semangat dan antusias. Semangat yang didasari jiwa kader untuk mengembangkan dakwah dan tarbiyah. Spiritnya selalu membara dan tekadnya menggebu-gebu.

Ketika lebaran lalu beliau berkunjung ke Makassar, beliau membuat janji dengan salah satu koleganya dari perusahaan Bosowa. Janjian bertemu di Panakukkang Makassar. Beliau menghubungi saya untuk ikut bergabung dan dikenalkan dengan koleganya tersebut.

Kami sampaikan untuk dijemput, beliau bilang, “Tidak usah, nanti ketemuan di sana saja,” beliau tidak mau merepotkan, kami pun berangkat dari BTP menuju Panakukkang, masya Allah pas juga beliau tiba bersama istri.

Ternyata mencarter pete-pete (angkutan umum) dari Gowa ke Panakukkang. Kami pun merasa tidak enak, beliau bilang “Tidak apa-apa, kader harus bisa di segala medan,” ujar beliau.

Sehari sebelumnya kami berempat (bersama akh Rezky, Dr Irfan dan Ustadz Jamal) diajak silaturahim ke rumah Prof Muhammadiyah Amin, Guru Besar UIN Alauddin yang pernah menjabat sebagai Dirjen Binmas Islam.

Beliau sangat dekat malah sudah dianggap sebagai saudara. Kami pun berangkat berempat. Perjalanan dari Gowa menuju rumah Prof diisi dengan semangat cerita pengembangan dakwah di Batam.

Karena belum pernah ke rumah pribadi Prof. Muhammadiyah Amin, maka kami pun mengandalkan google map, sempat berputar-putar dan masih belum ketemu. Akhirnya salah satu dari kami bertanya dimana rumah Prof. Muhammadiyah Amin, mungkin yang ditanya mendengarnya Prof Muhammad sehingga kami diarahkan ke rumah tersebut.

Walhasil kami dipersilahkan masuk oleh anak muda, kami berpikir ini anaknya. “Masuk ki, bapak lagi sholat ashar di masjid,” ujar tuan rumah. Akhirnya kami masuk rumah.

Di dalam rumah sudah ada perasaan mengganjal kok tidak ada foto prof, tapi beliau tetap diam saja. Datanglah yang punya rumah dari masjid, kami pun kaget, termasuk ustadz Jamal, mungkin sang punya rumah juga kaget, siapa ini yang datang.

Ustadz Jamal pun langsung membuka obrolan, berputar-putar hingga tahu bahwa yang punya rumah adalah Prof. Muhammad, guru besar UIN juga.  Masya Allah obrolan  terasa hangat dengan khas ustadz Jamal. Kami pun pamit sambil menanyakan rumah Prof Muhammadiyah Amin ternyata di lorong sebelah.

Ketika kembali ke mobil, kami berempat tertawa lepas, ternyata kita salah rumah. Dengan khasnya beliau “mengolok” kawan yang salah menanyakan alamat “Kalau perang ini kita sudah mati karena salah alamat, syukur tadi enak ngobrolnya. Lain kali diperjelas kalau bertanya,” ujar beliau.

Saya sendiri sudah bingung ketika salah rumah dan speechless tak tahu mau masuk darimana obrolan. Beliau katakan, “Kita harus bisa mengendalikan situasi, termasuk pertanyaan apa yang pas, karena tidak mungkin mau bertanya siapa nama bapak, sementara kita sudah di rumahnya,” ujar beliau.

Seusai dari rumah Prof. Muhammadiyah Amin kami diajak untuk ke Hotel Claro menghadiri pertemuan Saudagar Bugis Makassar.

Masya Allah beliau menelepon Ketua KKSS untuk ketemu mau mengenalkan kami dari Pesantren Hidayatullah Makassar. Dihubungi juga KKSS Batam, akhirnya kita ketemu di cafe dengan KKSS Batam. Obrolan sampai malam dan kembali ke Gowa sekitar pukul 23.00

Masya Allah kami melihat beliau sebagai komunikator handal, bisa bergaul dengan siapa saja dan semua kenal beliau sebagai kyai-nya Batam. Obrolan lepas dan tetap beliau sebagai seorang ustadz dan kyai.

Selamat jalan ustadz, semoga Allah kumpulkan di jannahNya bersama siddiqin dan syuhada.(*)