Jumat, 11 November 2022 | 05:56 Wita

Pahlawan dan Perjuangan Hidayatullah

Editor: Humas Yayasan Al Bayan Hidayatullah Makassar
Share

Oleh: Ust Drs H Ahkam Sumadiana MA, Instruktur Nasional Hidayatullah dan Dewan Pembina Yayasan Al Bayan Hidayatullah, Makassar

HidayatullahMakassar.id– Saat ini (10 November 2022) kita berada pada momentum sejarah yang berkontribusi sangat besar pula dalam menentukan posisi Hidayatullah di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini.

NKRI yang hari ini merayakan Hari Pahlawan. Untuk memperingati perjuangan para pahlawan yang telah memerdekakan NKRI.

Hidayatullah memiliki definisi tersendiri tentang pahlawan. Pertama, bahwa pahlawan bangsa Indonesia ini menurut Hidayatullah adalah juga para pejuang ulama yang menjadi syuhada. Bukan sekedar pejuang kemerdekaan saja.

Karena hampir semua ulama terlibat dalam memerangi penjajahan. Ulama berkontribusi dalam kancah perjuangan ini. Maka mereka disebut syuhada karena mati dalam keadaan syahid.

Kedua, bahwa NKRI ini menurut pemahaman Hidayatullah adalah warisan dari hasil perjuangan para ulama kepada generasi bangsa ini.

Konsukuensi atas pengakuan ini, Hidayatullah tak ingin terjebak pada perdebatan Indonesia ini negara Islam atau negara kafir. Karena hal itu tak produktif atau kontraproduktif.

Karena NKRI warisan ulama maka kita wajib mengisinya dengan benar dan lakukan sebaik-baiknya. Sebagaiaman Allah ta’alla perintahkan.


ۨالَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ

Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun. (QS Al Mulk ayat 2)

Karena Allah ta’alla hendak menguji kita. Siapakah yang terbaik. Maka berlomba-lomba melakukan kebaikan. Hidayatullah ingin terlibat dalam kompetisi yang sehat bagi kebaikan. Yakni tidak terjebak terhadap provokasi dan tak ingin memprovokasi.

Kalau ada wacana dan perdebatan teroris, radikal, dan lainnya maka Hidayatullah tak ingin menjebak diri turut sibuk mempersoalkannya. Tapi cukup merespon seperlunya saja. Karena Hidayatullah tahu bahwa hal seperti itu sebagai provokasi. Itu adalah skenario dan permainan idiologi dengan strategi memprovokasi saja.

Hal ini telah Allah ta’alla ingatkan dalam al Quran bahwa orang kafir akan menghalagi kita untuk mengikuti quran dengan membuat hiruk-pikuk agar orang Islam disibukkan dengan hal tersebut.

Ideologi komunis ingin memainkan peran, kapitalis ingin menguasai. Maka Hidayatullah ingin melakukan yang terbaik dalam semua hal, maka memilih sistem (dan ideologi) yang terbaik dalam kehidupan ini, yakni sistem Islam.

Sehingga kemudian Hidayatullah ingin berjuang mengisi kemerdekaan dengan cara dan sistem Islam sebagai yang terbaik, menegakkan syariat. Maka kita ingin melakukan Islamisasi, untuk banyak hal.

Pertama, Islamisasi kehidupan negara dan bangsa ini. Karena tidak ada larangan konstitusi untuk hal ini. Yakni Islamisasi yang kita mulai dari diri dan keluarga kita. Bukan Islamisasi dengan meneror pak RT, camat dan walikota tapi meng-Islamisasi diri, keluarga dan lingkungan.

Namun ternyata Islamisasi diri saja sudah merupakan pekerjaan berat. Sekian lama kita di Hidayatullah telah melakukan, tetap masih banyak kekurangan diri. Dengan ukuran sudah berapa ayat Quran dan sunnhah yang sudah kita kerjakan, mengaji, shalat dan ibadah yang lain, muamalah, produktivitas kerja, berkompetisi dengan baik, dan masih banyak yang lain.

Apalagi untuk Islamisasi ekonomi, politik, sosial budaya. Karenanya, Hidayatullah memilih sebuah methodelogi bernama manhaj Sistematika Wahyu. Dengan strategi perjuangan pro aktif bukan menyerang apalagi bertahan yakni melalui silaturahmi kepada semua pihak.


Maka kita tak pernah bermusuhan dengan kelompok lain. Di Jawa Timur Hidayatullah hadir dengan mulai mendatangi, meminta nasihat dan saran serta juga meminta bantuan para kyai NU. Maka tak mungkin seseorang yang didatangi membenci seseorang yang mendaanginya, apalagi Hidayatullah datang dengan kebaikan.

Bahkan di tempat minoritas seperti Minahasa, pesantren milik Hidayatullah tetap eksis (termasuk di Papua dan daerah Islamnya minoritas lainnya).

Sistematika Wahyu itu methode yang mencontohkan bagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memulai dan mengakhiri perjuangan Islam ini. Dengan menapaktilasi perjuangan Rasulullah (dengan bimbingan urutan wahyu pertama diturunkan kepadanya).

Methode tersebut dilaksanakan dengan tahapan sistematis dan sistemik. Dalam tahapannya tentunya membutuhkan kesabaran, keikhlasan, kerja keras, fokus. Karena dengan kerja keras yang selama ini telah dilakukan para dai Hidayatullah hasilnya masih begini, bagaimana kalau tidak kerja keras.

Momen Hari Pahlawan kita manfaatkan untuk muhasabah. Sudah sejauh mana kita berperan dan melakukan perjuangan penegakan Islam di diri, keluarga dan lingkungan untuk kembali tegaknya peradaban Islam ini.(fir)

*) Disarikan dari Taklim Rutin di Masjid Umar Al Faruq Yayasan Al Bayan Ponpes Hidayatullah, Makassar, Kamis malam 10 November 2022. Simak pula rekaman live di youtube chanel Al Bayan Media TV



BACA JUGA