Jumat, 9 September 2022 | 16:17 Wita

Mahasantri Menulis – Memurnikan Aqidah Menjauhkan Syirik di Balik Adat Istiadat

Editor: Humas Yayasan Al Bayan Hidayatullah Makassar
Share

OPINI, HidayatullahMakassar.id –– Allah ta’alla berfirman, “Wahai orang yang beriman, masuklah kamu semua ke dalam Islam. Janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kalian,” (Surat Al-Baqarah ayat 208).

Pada dasarnya kita semua adalah manusia yang diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah dengan merujuk pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Tidak layak jika seandainya seseorang yang telah menimba ilmu pendidikan agama tetapi malah menyelisihinya. Banyak kasus yang terjadi di sekitar kita dengan mencakup label “Ini adat nenek moyang”.

Padahal tanpa disadari, bentuk kesyirikikan tersebut telah dipoles sedemikian rupa dengan embel-embel bahwasanya apa yang dilakukan itu hanyalah mengikuti adat yang pernah di ajarkan oleh para leluhur.

Seperti halnya memberi makan sungai dengan dalil bahwa alam adalah ciptaan Allah, makanya harus berbagi dengan makhluk mitologi di dalamnya.

Padahal setan itu dengan mudah membuat celah agar anak cucu adam terjerumus pada kesesatan yang ia buat.

Pentingnya peran aqidah disini, ia menjadi garis batas dan penopang apa yang masih abstrak di kalangan masyarakat. Firman Allah dalam Qur’an surah Al-Baqarah ayat 208 di atas dan di tafsirkan secara jelas oleh Syekh Wahbah Az-Zuhayli:

“Wahai orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam seluruhnya, bukan sebagian-sebagian, atau berdamailah, dan beramallah sesuai dengan semua hukumnya.

Jangan bersikap munafik. Waspadalah bisikan setan. Jangan kalian ikuti apa yang diperintahkan setan karena ia adalah musuh yang jelas-jelas memusuhimu.

At-Thabarani meriwayatkan bahwa ayat ini turun perihal Abdullah bin Salam dan sahabatnya dari kalangan Yahudi ketika mereka mengagungkan hari Sabtu dan enggan terhadap daging unta setelah mereka memeluk Islam. Tetapi sikap mereka diingkari oleh para sahabat rasul lainnya,”

Ada beberapa poin penting yang mendukung pencegahan terjadinya penyimpangan agama ini. Pertama dengan menimbulkan kesadaran pada diri sendiri, ikut dalam majlis ilmu, kembali menegakkan aqidah yang pernah pupus akibat kesesatan.

Ketiga menghapus program-proram yang mengatas namakan adat, pepatah leluhur dan segala hal yang berbau kesyirikan. Dengan menjaga keseimbangan poin tersebut, semoga Allah Subhanahu wata’ala memberi kita petunjuk dan hidayahnya.(*)

*) Oleh : Alfia Tasya, Mahasantri Prodi Ekonomi Syariah STAI Al Bayan Hidayatullah Makassar



BACA JUGA