Senin, 28 Maret 2022 | 10:55 Wita

Ramadhan Saatnya Quranisasi Diri

Editor: Firman
Share

Oleh : Dr H Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar, Ketua Dewan Pembina Yayasan Al Bayan, Hidayatullah Makassar

HidayatullahMakassar.id — Menyambut Ramadhan kita harus persiapkan mental, pikiran dan fisik. Dan tentunya berdoa agar Allah beri kesempatan menikmati keberkahan Ramadhan.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan doa

 اَللّٰهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِى رَمَضَانَ

“Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban. Serta berkahilah kami dalam bulan Ramadhan.”

Paling tidak pada 2 bulan mempersiapkan diri sebelum memasuki Ramadhan. Para shahabat Rasulullah bahkan menyiapkan diri 6 bulan sebelum Ramadhan.

Maka jika mengikuti sunnah para shahabat seharusnya tarhib Ramadhan sudah dilaksanakan pada 6 bulan lalu. Begitu tingginya penghargaan para shahabat salafus shaleh pada Ramadhan.

Persiapan yang utama yakni berbasis ilmu karena tidak ada amal tanpa ilmu. Sebab saat Ramadhan banyak amal yang harus dikerjakan maka lengkapilah dengan ilmu.

Apalagi ada 3 hal yang tak bisa dipisahkan yakni Iman, ilmu dan amal

Iman yang benar dengan ilmu. Kita tidak boleh merasa beriman saja tanpa dibekali ilmu karena rawan terjatuh pada penyimpangan hingga kesyirikan.

Sedangkan jika kita miliki iman dan ilmunya tapi tidak beramal melaksanakan shalat, puasa dan amalan lainnya, itu sama saja bohong.

Amal utama saat Ramadhan salah satunya shalat taraweh. Karena tidak ada taraweh di bulan lain. Sebagaimana keutamaan tawaf di Makkah karena tidak ada amalan tawaf di tempat lain.

Puasa itu amalan yang sangat pribadi bersama Allah. Maka Allah berkata “..Puasa itu untukku” sebagaimana hadits Bukhari dan Muslim,

عن أَبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قال : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَالَ اللَّهُ : كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu berkata, Rasulullah Shallallahu’alai wa sallam bersabda, “Allah berfirman, ‘Semua amal anak Adam untuknya kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.”

Maka puasa itu dibutuhkan kualitas spiritual. Jika diilustrasikan manusia memiliki dimensi fisik dan rohani. Fisik sudah jelas tunduk pada Allah, yang bisa menolak tunduk rohani kita. Hanya ada dua makhluk Allah yang berpeluang tunduk dan menantang Allah yakni jin dan manusia.

Maka Ramadhan merupakan waktu terbaik bagi kita untuk mengurus dan memperhatikan rohani. Karena kita selama ini sering terlalaikan memperhatikannya karena lebih memikirkan urusan fisik.

Padahal identitas fisik kita hanya sedikit perbedaan dengan binatang. Perbedaan kita dengan binantang karena kita memiliki pada hati dan akal.

Sebagaimana Allah ta’ala jelaskan dalam firmanNya di surah Al-A’raf Ayat 179

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

Manusia akan menjadi penghuni neraka jika di hatinya tidak ada quran, yang ada mendominasi soal jabatan dan harta, mereka punya telinga tapi tidak digunakan untuk dengar quran. “Mereka seperti binatang ternak” maka pembeda dan menjadikan kita manusia jika ada quran di diri kita.

Perhatikan saja keserakahan monyet itu terbatas, beda dengan manusia jika tak ada quran di dirinya keserakahannya tak berbatas. Seorang pejabat tingkat daerah saja pendapatan halalnya rata-rata Rp 15-20 juta itu sudah lebih dari cukup namun tetap korupsi.

Sebinal-binalnya kuda tapi tidak pernah lakukan pesta seks. Satu kali saja selesai. Beda dengan manusia bisa melampaui batas. Itu karena tak miliki quran di pikiran dan hatinya.

Maka ramadhan sebagai bulan untuk urus rohani bukan lagi fisik. Untuk ibu-ibu saatnya kecantikan rohani dirawat daripada kecantikan wajahnya.

Apalagi ramadhan sebagai syahrul Quran, bulan turunnya Quran maka beri makanan utama rohani kita alquran.

Karena Allah ta’ala berfirman dalam surah Asy-Syura ayat 52

وَكَذٰلِكَ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ رُوْحًا مِّنْ اَمْرِنَا ۗمَا كُنْتَ تَدْرِيْ مَا الْكِتٰبُ وَلَا الْاِيْمَانُ وَلٰكِنْ جَعَلْنٰهُ نُوْرًا نَّهْدِيْ بِهٖ مَنْ نَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِنَا ۗوَاِنَّكَ لَتَهْدِيْٓ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍۙ

Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (Al-Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab (Al-Qur’an) dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan Al-Qur’an itu cahaya, dengan itu Kami memberi petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sungguh, engkau benar-benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus,

Hati akan lumpuh jika selain Quran yang kita berikan sebagai makanan utama hati.

Apa sajakah amalan berquran itu ? Tentunya yang pertama dengan Tilawah, membacanya. Sangat dianjurkan kita memperbanyak tilawah apalagi saat Ramadhan. Kita harus bermujahadah untuk membaca quran. Karena itu juga sebagai tahapan pensucian hati.

Dengan tilawah kita bisa merasakan quran sebagai mukjizat. Kita bisa berlama-lama membaca quran padahal tak paham. Karena Quran itu mukjizat.

Kedua mentadaburinya. Dengan cara membaca terjemahan, menyimak tafsirnya dan memahaminya. Dikatakan dalam Quran “mengapa kalian tak mentadabur quran atau hati kalian sudah terkunci”

Dan tentunya yang ketiga mengamalkan isi quran. Mari jadikan Ramadhan untuk bermujahadah mengquranisasi diri kita.

Insyallah secara perlahan tapi pasti akan ada perubahan diri. Termasuk persoalan dan kekurangan organisasi kita di Hidayatullah akan ada solusi dari Allah.■ fir

*) Disarikan dari tausiah pada Tarhib Ramadhan Yayasan Al Bayan Hidayatullah Makassar dan Fokus Islam BTP di Masjid Umar Al Faruk Pesantren Hidayatullah Makassar, Ahad (27/3/2022).



BACA JUGA