Senin, 14 Maret 2022 | 09:35 Wita

Bacaan Saat Itidal [Bangkit Dari Rukuk)

Editor: Firman
Share

■ Oleh : Ust Abd Qadir Mahmud, Ketua Departemen Dakwah dan Layanan Umat Yayasan Al Bayan Hidayatullah Makassar

KITAB SHALAT, BAB SIFAT SHALAT (Hadits 265)

HidayatullahMakassar.id — Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata;
« كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ قَالَ: «اللّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّموَاتِ ومِلْءَ الأرْضِ، وَمِلءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ، أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالمَجْدِ، أَحَقُّ مَا قَالَ الْعَبْدُ ـ وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ اللّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِي لِمَا مَنَعْتَ، وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الجَدِّ مِنْكَ الجَدُّ» رَوَاهُ مُسْلمٌ.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika telah mengangkat kepalanya dari rukuk, beliau berdoa ‘allahumma rabbanaa lakal hamdu mil-as-samawaati wa mil-al ardhi wa mil-a maa syi’ta min syai’in ba’du, ahlats tsanaa-i wal majdi ahaqqu maa qaalal ‘abdu’ wa kullunaa laka ‘abdun. allahumma laa maani’a limaa a’thaita, wa laa mu’thiya limaa mana’ta, wa laa yanfa’u dzal jaddi minkal jaddu’

[Ya Allah, Rabb kami, segala puji bagi-Mu sepenuh langit dan bumi, sepenuh apa yang Engkau kehendaki. Engkaulah pemilik pujian dan kemuliaan segala yang diucapkan oleh hamba. Kami semua menghambakan diri kepada-Mu. Ya Allah, tidak ada yang kuasa menolak apa yang Engkau cegah, dan tidak bermanfaat kekayaan bagi yang memiliki kekayaan karena kekayaan itu dari Engkau juga].” (HR. Muslim).

Faidah Hadits

■ Hadits ini jadi dalil disyariatkannya membaca dzikir di atas saat I’tidal (bangkit dari ruku’) dan setelah membaca ‘sami’allaahu liman hamidah”.

Dzikir yang wajib adalah “rabbanaa wa lakal hamd” sebagaimana dalam hadits dari Abu Hurairah yang lalu. Dan jika ditambah dengan dzikir diatas, maka itu lebih utama.

■ Bacaan dzikir ini disyari’atkan untuk dibaca oleh imam maupun makmum, dan orang yang shalat munfarid (orang yang shalat sendirian), berlaku pula untuk shalat wajib maupun shalat sunnah.

■ Al-Imam An-Nawawi mengatakan; “Bacaan tersebut mengandung pemasrahan total kepada Allah, pengakuan yang sempurna tentang kekuasaan, keagungan, keperkasaan dan kekuasaan-Nya yang sempurna, serta keesaan-Nya dalam semua itu dan dalam mengatur makhluk-makhluk-Nya.

■ Beberapa bacaan dzikir yang disyari’atkan saat I’tidal, selain dzikir di atas, diantaranya;;

Pertama: Rabbanaa wa lakal hamdu (Wahai Rabb kami, dan bagi-Mu segala puji). [HR. Bukhari dan Muslim]

Kedua: Allahumma rabbanaa wa lakal hamdu (Ya Allah Rabb kami, dan bagi-Mu segala puji). [HR.Bukhari dan Muslim].

Ketiga: Allahumma rabbanaaa lakal hamdu mil-as-samaawaati wa mil-al-ardhi wa mil-a maa syi’ta min syai-in ba’du. (Ya Allah Rabb kami, bagi-Mu segala puji sepenuh langit dan sepenuh bumi, serta sepenuh apa yang ada di antara keduanya dan sepenuh apa yang Engkau inginkan dari sesuatu setelahnya).[HR. Ibnu Majah, Abu Dawud, Nasa’i].

Keempat: Rabbanaa wa lakal hamdu hamdan katsiiran thayyiban mubaarakan fiihi mubaarakan ‘alaihi kamaa yuhibbu rabbunaa wa yardhaa. (Wahai Rabb kami, hanya untuk-Mu segala pujian. Pujian yang banyak, yang baik, yang diberkahi di dalamnya). [HR. Bukhari, Abu Dawud, An-Nasa’i, Ibnu Hibban, At-Thabrani].

Kelima: Rabbanaa wa lakal hamdu hamdan katsiiran thayyiban mubaarakan fiihi jaziilan. (Wahai Rabb kami, hanya untuk-Mu segala pujian. Pujian yang banyak, yang baik, yang diberkahi, yang banyak di dalamnya).[HR. Al-Hakim].

Keenam: Rabbanaa lakal hamdu hamdan katsiiron thoyyiban mubaarokan fiihi, mubaarokan ‘alaihi kamaa yuhibbu rabbunaa wa yardhoo. (Wahai Rabb kami, hanya untuk-Mu segala pujian. Pujian yang banyak, yang baik, yang diberkahi di dalamnya, yang diberkahi atasnya sebagaimana yang dicintai dan diridhoi oleh Rabb kami). [Sifat Shalat Nabi oleh Syaikh Nashiruddin Al-Albani].Wallahu a’lam.■



BACA JUGA