Minggu, 7 November 2021 | 09:53 Wita

Kurangnya Adab Penuntut Ilmu

Editor: Firman
Share

Oleh: Khusnul Khatimah, Mahasantri Albayan Hidayatullah Makassar

HidayatullahMakassar.id — Sering kita melihat video di medsos perilaku tak beradab siswa kepada guru. Kita juga sering menjumpai seorang yang sangat pintar, tapi sombong. Cerdas, tapi tak berprilaku baik. Pandai tapi adab terhadap orang tua dan gurunya kurang baik.

Dwmikian pula sering kita baca berita pejabat tinggi yang mapan ilmunya tetapi korupsi. Acap kali kita pun mendengar beberapa kasus murid yang tak sopan santun terhadap gurunya karena orang tuanya memiliki jabatan tinggi jadi seenaknya terhadap guru.

Padahal orang-orang terdahulu lebih mementingkan adab dari pada ilmu.

Seperti kisah Syaikh Ibnu Mubarak, seorang ulama yang sangat shalih beliau belajar adab 30 tahun lamanya, sedang beliau belajar ilmu 20 tahun lamanya.

Apa sih adab itu ?

Al adab artinya menerapkan segala yang terpuji, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Sebagian ulama juga mendefinisikan, adab adalah penerapan “Akhlak-akhlak yang mulia.”

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Kaum mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR Tirmidzi no. 1162).

Jelas dikatakan, sebaik-baik manusia yang paling baik akhlaknya. Oleh karenanya, jika kita mau menjadi sebaik-baik manusia, caranya dengan memperbaiki akhlak.

Kenapa adab lebih utama dari ilmu ? Begitu pentingnya akhlak dan adab hingga Allah ta’ala menempatkannya sebagai hal yang paling utama.

Sebab kepintaran tidak ada artinya apabila seseorang tidak memiliki adab (etika). Ilmu jadi lebih berbahaya bagi pemiliknya dan bagi orang lain karena tidak dihiasi akhlak.

Imam Malik rahimallah pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy “Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”

Kita telah ketahui bahwa perbedaan manusia dengan binatang adalah akal atau ilmu. Tetapi tingkatan yang lebih tinggi dari ilmu yakni adab atau akhlak. Karena seberapa banyaknya ilmu tanpa disertai adab yang baik akan bisa menjadikan manusia berperilaku seperti binatang, yakni serupa sifat keserakahan, tamak, kejam dan perilaku tercela lainnya.

“Orang beradab sudah pasti berilmu, namun orang berilmu belum tentu beradab.” Maka sebegitu pentingnya mempelajari adab baru ilmu kemudian.

Itulah mengapa adab diutamakan untuk dipelajari terlebih dahulu. Ilmu tidak hanya semata-mata untuk faham dan jadi pintar. Seorang penuntut ilmu harus paham dalan outputnya sebagai penuntut ilmu adalah untuk diamalkan bahkan juga mengajarkan ilmu yang dimiliki.

Diantara penyebab tidak berkahnya ilmu adalah ketika seorang penuntut ilmu menyembunyikan ilmu. Artinya ia gagal denga visi misinya yakni mampu mengamalkan ataupun mengerjakan ilmu yang dimiliki.

Rasulullah SAW dalam sebuah hadits telah menjelaskan ”Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim dan siapa yang menanamkan ilmu kepada yang tidak layak seperti yang meletakkan kalung permata, dan emas di sekitar leher hewan.” (HR Ibmu Majah).■



BACA JUGA