Senin, 16 Agustus 2021 | 13:05 Wita

Merdeka dan Hijrah

Editor: Firman
Share

Oleh: Syamril, Direktur Sekolah Islam Athirah

HidayatullahMakassar.id — Ada yang spesial pada peringatan Hari Kemerdekaan RI ke 76 pada tahun 2021 ini. Sepekan sebelumnya juga dirayakan Tahun Baru Hijriyah. Lalu sehari setelah 17 Agustus, umat Islam melakukan puasa 9 dan 10 Muharram. Mari kita coba mengungkap hikmah dari peristiwa agama dan kenegeraan ini.

Tahun Baru 1443 Hijriyah mengenang hijrahnya Rasulullah dari para pengikutnya dari Mekkah ke Medinah. Mereka hijrah karena ingin menyelamatkan iman Islamnya dari gangguan kafir Quraisy. Mereka hijrah agar bisa merdeka lahir dan batin. Merdeka menjalankan ibadah kepada Allah dan mengatur kehidupan masyarakat sesuai tuntunan syariah.

Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 juga memiliki semangat yang sama. Ingin lepas dari penjajahan yang tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Ingin merdeka mengatur diri sendiri menuju masyarakat yang adil makmur. Penjajahan oleh Belanda dan Jepang selama 350 tahun telah menjadikan Indonesia miskin dan sengsara lahir latin. Maka muncullah perlawanan dari seluruh daerah. Terus berlangsung sampai akhirnya merdeka pada 17 Agustus 1945.

Selanjutnya pada peristiwa Hijrah Rasulullah, saat tiba di Medinah langkah pertama beliau adalah membentuk negara dan pemerintahan yang didasarkan pada Piagam Medinah. Negara yang plural bersama kaum Yahudi dan suku Arab lainnya. Diatur dalam perjanjian bersama untuk saling menghormati agama masing-masing dan saling melindungi dari serangan musuh. Hal ini juga mirip dengan Pancasila dan UUD 1945 saat awal kemerdekaan Indonesia. Dijadikan sebagai dasar dan konstitusi negara agar dapat menggapai cita-cita kemerdekaannya.

Merdeka dan hijrah memiliki semangat yang sama. Selepas proklamasi oleh Soekarno – Hatta maka teriakan dan tulisan “Merdeka atau Mati” menghiasi atmosfer dan dinding-dinding kota di seluruh Indonesia. Itu menggambarkan suasana batin para pejuang yang ingin merdeka. Lebih baik mati daripada kembali dijajah. Merdeka menjadi dambaan setiap rakyat Indonesia agar bebas dari penindasan dan penjajahan.

Indonesia telah merdeka 76 tahun yang lalu. Apakah semangat juang kemerdekaan ini masih relevan dengan kondisi sekarang? Tentu saja masih relevan. Perjuangan merdeka di era sekarang bukan lagi merdeka fisik tapi merdeka jiwa.

Merdeka jiwa berarti memberi ruang yang besar kepada pengembangan potensi yang Allah telah anugerahkan kepada manusia. Pendidikan salah satu jalurnya. Untuk itu dibutuhkan pendidikan yang memerdekakan. Tidak mengungkung dan membelenggu. Pendidikan yang memanusiakan manusia. Berkembang menuju keadaan terbaiknya sesuai fitrahnya yang cenderung kepada kebenaran, kebaikan dan keindahan.

Merdeka jiwa berarti membebaskan manusia dari belenggu hawa nafsu yang membuatnya lupa diri sehingga bersifat seperti binatang yang buas, egois, suka berkelahi dan menumpahkan darah sesamanya. Hawa nafsu yang membuatnya menuhankan harta, tahta dan cinta sehingga menghalalkan segala cara untuk meraihnya.

Mereka yang merdeka jiwanya akan mencari harta, tahta dan cinta dengan cara yang benar. Mencari harta yang halal sehingga jauh dari korupsi. Meraih tahta kekuasaan dengan fair dan jauh dari fitnah lawan politik. Meraih cinta yang suci dan jauh dari cinta palsu serta syahwat birahi hawa nafsu.

Untuk meraih kemerdekaan sejati dibutuhkan usaha keras berpindah atau hijrah jiwa. Meningkatkan kualitas iman dan ilmu demi amal yang lebih baik. Selamat merayakan hari kemerdekaan Indonesia yang ke-76. Selamat Tahun Baru Hijriyah 1443. Semoga semangat kemerdekaan dan hijrah membuat diri kita lebih baik menuju Indonesia yang adil makmur lahir dan batin.(*)


Tags:

BACA JUGA