Kamis, 17 September 2020 | 13:05 Wita

Perlukah Milenial Muslim Berorganisasi?

Editor: Firman
Share

Dari Webinar Pra Munas V Hidayatullah

HidayatullahMakassar.id — Panitia Munas V Hidayatullah menggelar webinat “Perlukah Milenial Muslim Berorganisasi? Format Organisasi Kepemudaan Muslim yang Lebih Friendly”, Sabtu (12/09/2020) sore lalu.

Webinar ini diisi oleh dua pemateri, yaitu Ketua Umum Pemuda Hidayatullah, Imam Nawawi M.Pd.I, yang juga penulis berbagai buku motivasi kepemudaan dan Ketua Umum Pemuda Dewan Masjid Indonesia (DMI), Drg Muh. Arief Rosyid, M.KM.

Arief merupakan Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) periode 2013 – 2015. Ia dikenal sebagai dokter yang hijrah menjadi aktivis yang peduli pembangunan SDM muda.

Webinar ini dilangsungkan melalui zoom, dipandu host Suhardi Sukiman, mantan Ketua Umum Pemuda Hidayatullah yang kini Ketua Persaudaraan Dai Indonesia (Posdai) DKI Jakarta. Webinar tersebut disiarkan secara live streaming melalui kanal Youtube Hidayatullah.id.

Dalam penyampaiannya, Ketua Umum Pemuda Hidayatullah, Imam Nawawi mengatakan, dengan banyaknya persoalan yang dihadapi bangsa saat ini seperti kemiskinan, putus sekolah, pandemi, sesungguhnya tidak akan bisa dilakukan sendiri-sendiri.

Menurutnya dibutuhkannya upaya bersama terutama dari kaum milenial untuk bergerak dalam satu roda.

“Banyak tantangan dan persoalan bangsa yang setiap hari muncul. Tentunya dibutuhkan upaya bersama untuk menyelesaikan persoalan ini,” ucap penulis buku Sabar Membawa Nikmat, Mengangkat Derajat ini sebagaimana siaran pers panitia Munas V(irtual) Hidayatullah kepada media, Rabu (16/09/2020).

Imam menjelaskan, jikalau melihat perkembangan zaman teknologi untuk saat ini, sesungguhnya manusia bisa saja bersantai-santai dan tidak lagi banyak melakukan aktivitas. Misalnya, memesan makanan bisa secara daring, belajar jarak jauh, dan sebagainya.

Namun, Imam mengatakan, sesungguhnya kehidupan itu bukan sebatas memenuhi kebutuhan pribadi saja, banyak hal yang mestinya bisa dilakukan bersama.

“Tentunya sebagai manusia, kita tidak dapat melakukan apa saja secara sendiri secara terus menerus, karena hal tersebut sebagai konsekuensi menjadi manusia. Akan banyak hal yang bisa dilakukan jika kita bersama-sama,” jelasnya.

Hal tersebutlah yang menjadikan alasan mengapa organisasi sangat penting terlebih lagi di kalangan milenial. Imam menjelaskan bagaimana sesungguhnya sistem organisasi seperti layaknya tubuh manusia.

“Organisasi itu layakanya tubuh manusia. Yang terbagi menjadi beberapa bagian dengan fungsi dan kelebihannya masing-masing. Sesungguhnya kita akan merasakan kemanafatan yang sangat besar jika setiap fungsi itu berjalan dengan baik,” terang Imam.

Imam juga mengatakan, sesungguhnya organisasi juga harus memberikan manfaat yang besar kepada masyarakat. “Organisasi harus benar-benar menampakkan jati dirinya. Tidak boleh sekadar nama saja. Sehingga upaya menebarkan manfaat dapat berjalan dengan baik,” ujarnya.

Ia juga mengatakan, generasi milenial sesungguhnya harus mampu berpikir jauh ke depan atas apa yang akan terjadi dan juga berpikir kritis. “Sehingga persoalan-persoalan yang akan dan sedang dihadapi bangsa dapat segera teratasi,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Umum Pemuda DMI Arief Rosyid, mengatakan, umat Islam di Indonesia mempunyai pekerjaan rumah yang amat besar terkait perkembangan okonomi Islam.

Menurutnya, pandemi Covid-19 merupakan suatu kesempatan besar untuk membuktikan bahwa Islam merupakan sebuah solusi, terkhusus di bidang ekonomi.

“Tentunya kita mempunyai PR bagaimana agar ekonomi Islam dapat secepetnya bangkit. Pandemi kali ini merupakan sebuah kesempatan besar untuk membuktikan bahwa ekonomi Islam merupakan sebuah solusi,” ujar Arief.

“Dalam suatu krisis, keadaan biasanya dapat berbalik 180 derajat. Maka jika kita seringkali mengeluh akan ekonomi Islam yang lesu, mungkin inilah saat kebangkitanya,” jelasnya.

Arief juga mengapresiasi Hidayatullah yang secara konsisten memerhatikan dan berusaha menumbuhkan ekonomi umat. 

“Sebuah apresiasi yang sangat besar kepada Hidayatullah, karena secara istiqamah memerhatikan tumbuhnya ekonomi Islam di Indonesia,” ucapnya.

Dengan banyaknya organisasi Islam, terkhusus kepemudaan Islam, Arief berpendapat bahwa membangun kebangkitan ekonomi Islam tidak bisa dibebankan kepada satu organisasi saja. Dibutuhkan upaya bersama-sama sehingga apa yang diharapkan dapat segera tercapai.

Ia berharap berbagai perbedaan seperti pandangan politik dan lain sebagainya bukan menjadi persoalan untuk bersatu.

“Dengan banyaknya pemuda organisasi Islam, tentunya suatu kesyukuran. Karena upaya mendorong kebangkitan ekonomi umat dapat segera tercapai. Tentunya ini merupakan tanggung jawab bersama. Jika hanya masalah perbedaan pandangan politik, tentunya itu jangan jadi penghalang,” pungkas Arief.

Selama pra Munas, Hidayatullah akan menggelar webinar-webinar selanjutnya dengan pemateri beragam, mulai tokoh nasional hingga tokoh agama. Munas V Hidayatullah akan digelar secara virtual pada 29-31 Oktober 2020.■ rls/fir.



BACA JUGA