Jumat, 28 Agustus 2020 | 16:18 Wita

Spirit Hijrah dengan Ajimat Al Muzzammil

Editor: Firman
Share

Oleh: Ust Abd Majid MA, Dewan Pembina Yayasan Al Bayan Hidayatullah Makassar

HidayatullahMakassar.id — Kajian tentang hijrah sangat luas. Kali ini kita bahas dari perspektif surah Al Muzzammil. Terutama pada 10 ayat pertamanya.

Pada Al-Muzzammil ayat 10

 وَٱصْبِرْ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَٱهْجُرْهُمْ هَجْرًا جَمِيلًا 

Dengan terjemahan langsungnya: “Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik.”.

Oleh ulama juga dipahami dengan maksud “Sabarlah dari apa yang mereka katakan dan berhijrahlah dari mereka dengan hijrah yang baik atau hindarilah mereka dengan cara menghindari yang baik.”

Di Surah Al Muzzammil ada 7 paket ajimat (sholat malam, baca Al Quran, berdzikir, tabattul, tawakkal, sabar dan hijrah) yang idealnya kita berusaha laksanakan semuanya.

Tapi harus jujur dikatakan betapa tidak mudahnya 7 keutamaan itu bisa kita kerjakan secara maksimal.

Saya kalau ditanya seberapa persen dari perintah surah al Muzzammil ini telah dikerjakan, saya sendiri tak berani katakan 20 persen. Padahal ukuran standar kader dan pejuang dakwah dan tarbiyah (Hidayatullah) itu amalannya di surah al Muzzammil ini.

Mungkin secara substansial pemahaman kandungan Al Muzzammil bisa kita pahami cepat. Tapi menanamkan sikap tauhid yang kuat tak kita ketahui seberapa lama.

Maka sepatutnya kita terus menguatkan ketaatan tauhid sebagaimana perintah Allah dalam Al Muzzammil.

Yakni istiqomah shalat malamnya, baca qurannya, 1 juz standar minimal harusnya 5 juz per hari. Jika 1 juz kesulitan maka seperti apa yang mau disebut sebagai orang yang telah berhijrah.

Demikian pula terkait ketaqwaan dalam Al-Muzzammil ayat 9

 رَّبُّ ٱلْمَشْرِقِ وَٱلْمَغْرِبِ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ فَٱتَّخِذْهُ وَكِيلًا 

(Dialah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung.

Benarkah kita telah bertawakal untuk semua urusan sehingga tak pernah takut.

Makanya kajian hijrah sungguh-sungguh kita hayati dan secara aplikatif dipraktikan di keseharian dalam membentuk kepribadian termasuk berhijrah dalam aspek kehidupan sosial, pendidikan dan ekonomi, termasuk hijrah maqam/tempat.

Demikian pula zikir pagi dan sore, dan bersungguh-sungguh ketika tiba waktu shalat,

Memang sangat mungkin menikmati dan merasakan perubahan standar kepribadian itu atau fluktuatif.

Padahal sesungguhnya orang yang beriman, berhijrah dan berjihad di jalan Allah mereka orang yang mengharapkan rahmat Allah.

Jadi jika sedikit sekali mujahadah kita maka kita tak termasuk yang akan mendapatkan rahmat.

Antara iman, hijrah dan jihad ketiganya saling terkait dan menguatkan. Tidak ada orang yang mengaku beriman yang tak berhijrah, dan bukanlah orang berhijrah yang tak berjihad.

Sikap pragmatis mementingkan isi perut dalam urusan politik bukanlah sikap tauhid orang berhijrah. Sebab kita memiliki prinsip dan keyakinan yang menuntut sikap termasuk dalam pilihan politik.

Karena akan utuh kepribadian jika 7 keutamaan amal dalam Al Muzzammil dilaksanakan dan berjalan maksimal. Minimal sisi mujahadahnya maksimal.

Kaitan dengan hijrah maka kita tingkatkan kualitas ibadah. Salah satu contoh istilah nikah massal kita tak pakai, tapi dengan nikah mubarrak, yang diberkahi maka dalam prosesnya dengan cara Islami, tidak diawali dengan pelanggaran syariat (pacaran) agar menghasilkan kader berkualitas.

Tentu saja melakoni semuanya tak mudah. Apalagi jika sudah berinteraksi

Dengan spirit hijrah akan memudahkan langkah kita. Sebagaimana janji Allah dalam firmanNya di surat An-Nisa Ayat 97

 إِنَّ ٱلَّذِينَ تَوَفَّىٰهُمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ ظَالِمِىٓ أَنفُسِهِمْ قَالُوا۟ فِيمَ كُنتُمْ ۖ قَالُوا۟ كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِى ٱلْأَرْضِ ۚ قَالُوٓا۟ أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ ٱللَّهِ وَٰسِعَةً فَتُهَاجِرُوا۟ فِيهَا ۚ فَأُو۟لَٰٓئِكَ مَأْوَىٰهُمْ جَهَنَّمُ ۖ وَسَآءَتْ مَصِيرًا 

“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: “Dalam keadaan bagaimana kamu ini?”. Mereka menjawab: “Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)”. Para malaikat berkata: “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?”. Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali,

Jadi konsep hijrah tak boleh main-main. Untuk hal mendasar harusnya berhijrah kepada darul hijrah agar maksimal melaksanakan perintah Allah.■ fir

*) Dari catatan on the spot pada taklim rutin warga Hidayatullah Makassar tiap Kamis malam di Masjid Umar Al Faruq.



BACA JUGA