Kamis, 20 Agustus 2020 | 22:18 Wita

Pemimpin Hakiki itu Dia Adil dan Tak Dholim

Editor: Firman
Share

■ Tafsir As Sa’di Surah Al Baqarah Ayat 124

HidayatullahMakassar.id — Kajian rutin Tafsir As Sa’di oleh Ust Hendra Wijaya Lc MH di Masjid Umar Al Faruq Hidayatullah Makassar telah memasuki pembahasan Surah Al Baqarah ayat 124 hingga 126.

Berikut catatan dari kajian tersebut yang dilengkapi oleh hidayatullahmakassar.id dari laman tafsirweb.com

Surat Al-Baqarah Ayat 124

 وَإِذِ ٱبْتَلَىٰٓ إِبْرَٰهِۦمَ رَبُّهُۥ بِكَلِمَٰتٍ فَأَتَمَّهُنَّ ۖ قَالَ إِنِّى جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا ۖ قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِى ۖ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى ٱلظَّٰلِمِينَ

Arti: Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim”.

Imam bermakna sebagai pemimpin dan panutan.  Dijadikannya Ibrahim sebagai imam merupakan ganjaran Allah di dunia. Nabi Ibrahim juga meminta kepada Allah agar keturunannya juga diberi nikmat menjadi imam.

Dan benarlah seluruh Nabi setelahnya memiliki jalur nasab kepada Ibrahim. Pelajaran lainnya bagi kita orangtua agar mendoakan nikmat Allah juga bagi anak keturunan.

Meminta untuk disolehkan anak keturunan, selain ampunan dosa. 

Lalu Allah berkata tidak akan dijadikan pemimpin orang yang zhalim. Ini sebagai syarat dari Allah atas doa Ibrahim.

Pemimpin yang diakui Allah, yang dimaksudkan yakni pemimpin hakiki imam yang sebenarnya, bukan pemimpin yang dicemooh dan yang sewenang-wenang. Mereka bukanlah pemimpin. Tapi pemimpin itu yang disenangi dan diikuti dengan setia.

Pemimpin yang hakikiki jika seseorang berlaku adil dan tidak dhalim, serta melakukan sebabnya yakni berikhtiar.

—000—

Selengkapnya dari Tafsir As Sa’di menjelaskan ayat ini :

Setelah perdebatan panjang yang telah terjadi antara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan dua kelompok ahli kitab Yahudi dan Nasrani, dan juga orang-orang Musyrik pada ayat-ayat sebelumnya, Allah Ta’ala menyuruh rasulNya untuk mengingat ujian yang diberikan kepada kekasihNya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam berupa perintah-perintah dan larangan-larangan. 

Maka beliau melaksanakan dengan sebaik-baiknya, sehingga Allah memberikan nikmat kepadanya dengan nikmat yang paling besar, yaitu menjadi pemimpin bagi manusia. Di antara beberapa bentuk ujian dan tugas yang dialami oleh Nabi Ibrahim antara lain adalah perjuangan untuk menghadapi para penyembah berhala, dan beliau menghancurkan berhala-berhala mereka. 

Kemudian ujian berupa hijrah meninggalkan negerinya, juga tugas berupa perintah untuk menyembelih anaknya sendiri Isma’il melalui mimpinya, sebagai bentuk pengorbanan kepada Allah Ta’ala. Membangun Ka’bah, berhaji dan menyeru umat manusia untuk berhaji ke baitullah. 

Hal itu semua pantas menjadikannya sebagai pemimpin dan teladan bagi seluruh manusia. Semua ini merupakan jawaban atas pengakuan tiga kelompok yaitu : bangsa Arab, orang-orang musyrik, dan ahli kitab Yahudi Nasrani. 

Karena mereka semua mengaku sebagai pengikut nabi Ibrahim dan hidup di atas agamanya. Tapi itu hanyalah sekedar pengakuan saja. Nabi Ibrahim orang yang bertauhid sedangkan mereka berbuat syirik. 

Ibrahim seorang yang adil sedangkan mereka orang-orang zhalim. Ibrahim mengikuti wahyu yang Allah turunkan sedangkan mereka mengingkarinya. Mereka mendustakan pembawa wahyu. 

Pada ayat ini nampak keinginan Ibrahim agar kepemimpinan dipegang oleh anak keturunannya, dan ini merupakan keinginan yang baik. Oleh karena itu Allah mewujudkannya pada anak keturunan Ibrahim ‘alahissalam sebagaimana keinginannya. 

Kecuali orang-orang yang zhalim maka Allah mengecualikannya karena mereka tidak pantas mendapatkannya. Karena kepemimpinan hanya berhak disandang oleh orang-orang yang baik, adil, penuh kasih sayang. 

Tidak berhak dipegang oleh penguasa yang angkuh, sombong, dan berbuat sewenang-wenang. 

Pelajaran dari ayat : 

• Kepemimpinan hanya dapat diperoleh dengan keyakinan yang benar dan kesabaran untuk menapaki jalan-jalan orang yang mendapatkan petunjuk. 

• Penentuan kepemimpinan dengan cara warisan kepemimpinan dengan standar keimanan, ilmu, amalan, keadilan, dan kesabaran bukan suatu hal yang terlarang dalam agama. 

• Melaksanakan aturan-aturan syariat Islam baik ucapan maupun perbuatan menjadikan seseorang untuk menjadi pemimpin yang baik bagi umat manusia.■ bersambung/fir

Referensi: https://tafsirweb.com/558-quran-surat-al-baqarah-ayat-124.html



BACA JUGA