Kamis, 21 Mei 2020 | 17:48 Wita

Terserah Lo Aja Deh

Editor: Firman
Share

Oleh : Aslam Katutu, Penulis Buku “Membangun Jalan Tol ke Surga”

HidayatullahMakassar.id — Baru kali ini saya menulis lagi sejak mulai memasuki masa mengurung diri selama masa lock down alias stay at home tidak terasa sudah dua bulan lebih. Sebenarnya niatnya ingin benar-benar full lockdown sekaligus mengunci hati dan mulut untuk tidak ikut-ikutan berkomentar atas kondisi saat ini yang sedang dilanda pandemic .

Hanya kekhawatiran saja jangan sampai tergoda ikut-ikutan menjadi pakar kesehatan karbitan yang memberi komentar sana-sini analisis simpang siur tentang Covid 19 atau menjadi ahli fiqih dadakan yang berani berfatwa yang tidak berdasar.

Tapi hari ini, sepulang dari diskusi di teras masjid tadi sore dengan pengurus DKM masjid, saya jadi tergelitik juga untuk menulis yang menjadi trending topik menjelang hari kemenangan atau hari raya idul fitri yang tinggal beberapa hari lagi, yaitu soal sholat Ied berjamaah di hari raya nanti.

Sebenarnya DKM hanya ingin meminta pendapat saya sekaligus mohon restunya bahwa Insya Allah akan diadakan Sholat Ied saat lebaran nanti entah di lapangan seperti setiap tahunnya ataukah di masjid di lingkungan kompleks kami. Alih-alih mereka ingin mengkonfirmasi sekaligus mencoba mendebat kusirkan soalnya sikap saya diawal masa PSBB di DKI menyarankan agar DKM masjid mengindahkan Fatwa MUI untuk tidak menyelenggarakan sholat berjamaah di Masjid untuk sementara waktu.

Sederhana saja jawaban saya, bahwa bukan saya yang membuat fatwa itu, sebagai saudara Muslim yang cinta sama saudaranya berkewajiban menyampaikan fatwa tersebut yang jelas niatnya untuk menghindari mudharatnya terpapar corona, terutama untuk masjid yang hanya berjarak 100 meter dari pintu pagar rumah saya.

Jika fatwanya keliru yang menanggung resikonya tentu bukan saya tapi yang membuat fatwa, namun jika saya menjadi orang yang punya pandangan berlawanan dengan fatwa itu atau masih ngotot mengajak jamaah untuk sholat berjamaah di masjid, lalu karena itu ada yang terpapar covid, maka saya yakin dosanya akan saya tanggung.

Bagaimana pendapat saya untuk rencana penyenggarakan sholat Ied berjamaah? Ini jawaban yang mereka tunggu. Jawaban saya lebih sederhana lagi, “ Terserah lo aja deh….” Orang atas aja sudah bingung bin linglung, masa PSBB malah mengadakan konser virtual, nyata-nyata melanggar aturan yang mereka buat sendiri.

Saat ini kita hanya diminta bisa berpikir dan bertindak cerdas sendiri, siapa yang meminta ya…diri kita sendiri. Kejadian pandemic yang simpang siur, berita yang campur aduk antara yang nyata dan hoax, pendapat ahli yang berbeda-beda, sikap orang atas yang inkonsisten, fatwa yang beragam, jika mau dipikiran semuanya, bisa-bisa kita akan gagal menemukan Tuhan di masa ujian ini.

Kita lebih sibuk memikirkan kebisingan yang terjadi, bukan sibuk pada keheningan. Padahal saya yakin Allah, Tuhannya semua makhluk pasti punya keinginan agar manusia itu bisa menemukan jawaban kenapa semuanya ini terjadi. Ini kejadian yang sungguh luar biasa, harus disikapi dengan luar biasa, tidak cukup dengan cengengesan akan nasib yang akan terjadi besok.

Besok mau makan apa? Besok gimana? Gimana bisnis ? Istilah orang sunda katanya, “engke kumaha ? (Nantinya gimana)” semuanya terfokus pada satu titik kekuatiran yang sama, kekuatiran akan masa depan. Padahal sebenarnya asyik-asyik saja kalau kalimatnya kita bisa rubah menjadi, “kumaha engke…(gimana nanti sajalah) ” EGP emang gue pikiran, anak milineal lebih cerdas. Hehehe.

Ini sama dengan orang Makassar, enteng menyebut, “Ejapi na doang……(nanti berwarna merah baru ketahuan itu udang) . Sindiran ini sebetulnya bermakna positif lo, menurut saya justru inilah ungkapan ikhlas, kepasrahan kepada sesuatu yang akan terjadi entah seperti apa nantinya.

Jika dibungkus dengan semangat spiritual, maka lebih bermakna mengiklaskan semuanya kepada keputusan Allah.
Tentu berbeda dengan kalimat, “ Terserah lo deh…” , kalau ini saya yakin ada kekesalan di balik kalimat itu. Atau setidaknya memilih sikap masa bodo dan malas menyikapi sesuatu.

Gimana dengan Sholat Ied berjamaah? Sekali lagi jawabannya “Terserah lo aja deh” baiknya gimana menurut anda, yang penting jangan ada saling menyalahkan satu sama lain. Masing-masing punya pandangan, punya dalil, yang salah itu orang yang gak punya dalil, lantas bingung bin linglung, yang membuat orang lain jadi cengengesan sulit membedakan mau mudik atau pulang kampung. Hehehe.

Perbedaan pendapat itu rahmat, jangan ada yang merasa harus benar sendiri. Dan sekaligus menitipkan pesan jangan memaksakan kehendak, bukanya lebih asyik jika dijawab, “Terserah lo aja deh….” Daripada harus menegangkan urat leher untuk mempertahankan pandangan yang belum tentu dua-duanya benar.

Yang mau sholat Ied berjamah, sah-sah saja, tapi ijinkan yang memilih melaksanakan sholat Ied di rumah termasuk saya jangan dipermasalahkan juga.

Pada 10 malam terakhir ramadhan tahun ini benar-benar bermakna ganda, berlipat-lipat kekhusyukannya yang bisa diraih di masa lockdown ini dan makin terasa jika benar-benar kita memasuki gua hira kita yang lebih dalam lagi. Kerinduan I’tikaf di masjid akan terbayar jika kesungguhan kepasrahan kita berujung kepada kepasrahan kepada Tuhan, pasrah pada hari esok yang akan terjadi dengan kondisi ujian musibah ini.

Dari sudut kamar anda cobalah berbisik kepada Allah, “Terserah padaMu ya Allah…..apa yang menjadi kehendakMu atas semua ini……”.■

Malam 28 Ramadhan 1441 H



BACA JUGA